Gawat, Peneliti Kesulitan Membuat Vaksin COVID-19 untuk Lansia

Minggu, 19 Juli 2020 - 04:41 WIB
loading...
A A A
"Orang-orang yang paling membutuhkan vaksin mungkin sebenarnya adalah orang-orang yang vaksinnya mungkin tidak berfungsi," ujarnya.

"Uji coba pada individu yang lebih tua juga penting lantaran tidak semua orang menua dengan cara yang sama," tambah Friede.

Ini bukan hanya tentang timus. Beberapa orang mungkin pergi ke lapangan golf sementara yang lain terlalu lemah untuk berjalan —dan perbedaan dalam vitalitas individu ini dapat diterjemahkan ke dalam respons vaksin yang berbeda.

Pengembang obat dapat mengubah vaksin mereka untuk meningkatkan kemungkinan orang yang lebih tua lebih dilindungi. Tetapi membuat modifikasi ini -dan membuat orang yang ragu-ragu untuk menerimanya- bisa jadi sulit.

Pembuat vaksin telah mendapatkan beberapa pengalaman dengan “imunosenescence” -disfungsi sistem kekebalan yang menua- dalam menangani influenza. Orang yang lebih tua lebih rentan terhadapnya dan vaksin flu biasanya kurang melindunginya.

Untuk mengatasinya, raksasa vaksin Sanofi Pasteur, misalnya, menciptakan vaksin influenza yang disebut Fluzone untuk orang berusia 65 tahun ke atas yang mengandung 'antigen' perangsang kekebalan, komponen molekuler dari patogen yang dapat memicu tubuh untuk membuat pelindung antibodi. Sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa versi dosis tinggi adalah 24% lebih efektif daripada dosis biasa.

Cara lain untuk meningkatkan kemanjuran imunisasi flu untuk orang lanjut usia adalah dengan menggunakan bahan tambahan, bahan tambahan yang membuat vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh dengan lebih kuat. Vaksin Fluad, misalnya, mengandung adjuvant MF59, yang sebagian berasal dari squalene, minyak alami yang diproduksi oleh kulit dan tanaman.

Adjuvan telah digunakan selama sekitar satu abad dalam penggunaan vaksin, tidak hanya untuk flu atau untuk orang tua. Tetapi bahkan yang sudah dicoba dan diuji telah dianggap berbahaya orang-orang antivaksin.

Misalnya, adjuvan berbasis squalene yang disebut AS03 dari perusahaan farmasi GSK. Ini digunakan dalam vaksin yang digunakan untuk melawan pandemik flu babi tahun 2009. Vaksin ditarik dari pasar setelah laporan narkolepsi muncul di Skandinavia, dan tidak pernah ada di pasaran di Amerika Serikat.

Sebuah studi tahun 2014 dengan 1,5 juta orang yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention, menemukan, tidak ada hubungan antara vaksin pandemik dan narkolepsi. Tetapi kelompok-kelompok antivaksin terus menyalahkan adjuvan, mendorong anggapan bahwa itu menimbulkan reaksi kekebalan yang berlebihan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)