Ilmuwan Ungkap Penyebab Terjadinya Hujan Es di Saturnus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para peneliti mengungkapkan cincin Saturnus ternyata membawa pengaruh terhadap suhu atmosfer. Hal ini disebabkan hujan partikel es dari cincin tersebut.
Cincin Saturnus yang terbentuk diperkirakan terbentuk 150 juta tahun lalu ini, perlahan-lahan akan berkurang setiap tahunnya. Artinya, cincin Saturnus tidaklah tetap. Hujan partikel cincin ini kemudian mempengaruhi atmosfer di sekitarnya.
Peneliti menjelaskan bahwa partikel tersebut akan menuju ke arah atmosfer hingga mengubah komposisinya. Adanya tumbukan di sekitar gas membuat panas meningkat di atmosfer.
“Mereka mengubah atmosfer bagian atas dan komposisi. Kemudian mengalami proses tumbukan dengan gas atmosfer yang mungkin memanaskan atmosfer pada ketinggian tertentu,” jelas kata Lotfi Ben-Jaffel dari Institut Astrofisika, dikutip dari IFL Science, Selasa (4/4/2023).
Ben-Jaffel juga mengaku terkejut melihat pengaruhnya terhadap kandungan atom hidrogen di planet ini. Hal ini terungkap dari pengamatan teleskop Hubble NASA, misi Cassini, serta misi Voyager 1 dan 2.
Data tersebut kemudian dikalibrasi untuk memverifikasi hasil temuan. Faktanya, peneliti menemukan bahwa efeknya memang benar-benar nyata.
“Ketika semuanya dikalibrasi, kami melihat bahwa spektrumnya konsisten di semua misi. Ini mungkin karena kami memiliki titik referensi yang sama, dari Hubble, pada laju transfer energi dari atmosfer yang diukur selama beberapa dekade,” jelas Ben-Jaffel.
Baca Juga
Cincin Saturnus yang terbentuk diperkirakan terbentuk 150 juta tahun lalu ini, perlahan-lahan akan berkurang setiap tahunnya. Artinya, cincin Saturnus tidaklah tetap. Hujan partikel cincin ini kemudian mempengaruhi atmosfer di sekitarnya.
Peneliti menjelaskan bahwa partikel tersebut akan menuju ke arah atmosfer hingga mengubah komposisinya. Adanya tumbukan di sekitar gas membuat panas meningkat di atmosfer.
“Mereka mengubah atmosfer bagian atas dan komposisi. Kemudian mengalami proses tumbukan dengan gas atmosfer yang mungkin memanaskan atmosfer pada ketinggian tertentu,” jelas kata Lotfi Ben-Jaffel dari Institut Astrofisika, dikutip dari IFL Science, Selasa (4/4/2023).
Ben-Jaffel juga mengaku terkejut melihat pengaruhnya terhadap kandungan atom hidrogen di planet ini. Hal ini terungkap dari pengamatan teleskop Hubble NASA, misi Cassini, serta misi Voyager 1 dan 2.
Data tersebut kemudian dikalibrasi untuk memverifikasi hasil temuan. Faktanya, peneliti menemukan bahwa efeknya memang benar-benar nyata.
“Ketika semuanya dikalibrasi, kami melihat bahwa spektrumnya konsisten di semua misi. Ini mungkin karena kami memiliki titik referensi yang sama, dari Hubble, pada laju transfer energi dari atmosfer yang diukur selama beberapa dekade,” jelas Ben-Jaffel.
(wbs)