Ilmuwan Temukan Cara Mendeteksi Penipu yang Wara-wiri di Aplikasi Kencan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ilmuwan menjelaskan beberapa cara yang bisa dilakukan guna mendeteksi penipu yang wara-wiri di aplikasi kencan agar tidak banyak jatuh korban. Para penipu saat ini memang banyak beredar di aplikasi-aplikasi asmara seperti Tinder, Bumble, OkCupid, hingga Match guna mencari korban.
Salah satu kasus penipuan terbesar yang terjadi di aplikasi kencan bahkan pernah didokumentasikan dalam film berjudul Tinder Swindler. Dalam film itu seorang pria yang diduga bernama Simon Leviev menipu dan menguras harta banyak wanita dengan bermodalkan kelihaian berbicara dan tampang memesona.
Dalam aksinya Simon Leviev selalu beredar di Tinder. Dari situlah film Tinder Swindler yang menghebohkan banyak orang bermula.
Hal itulah yang coba dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan dari The Abertay University, Skotlandia dalam mendeteksi para penipu yang beredar di aplikasi kencan.
"Penipuan dengan kedok asmara terus menjadi masalah yang berkembang, dan penelitian di ruang ini penting untuk mengurangi korban," ujar Dr Lynsay A Shepherd.
"Penipu terus-menerus menemukan cara baru untuk menipu orang, oleh karena itu penting untuk meneliti dan menemukan cara baru untuk melindungi orang dari penipuan ini," tambahnya.
Sebagai bagian dari penelitian, para ilmuwan menyaring 232 makalah untuk mencari informasi tentang profil penipuan asmara, penanggulangan, dan korban yang ditargetkan. Lebih dari 40 makalah dianggap relevan, membantu para ahli menyatukan tanda-tanda utama penipu dalam analisis akhir.
Dari situ mereka menemukan beberapa modus yang paling sering dilakukan. Pertama ada profiling. Para penipu selalu berupaya tampil sebagai sosok ideal dari pasangan yang diinginkan para korban.
Cara profiling sendiri berbeda-beda tergantung lokasi. Banyak pelaku profiling dari Italia menyamar sebagai agen real estat, sementara pelaku dari Filipina umumnya tertarik pada karir penjualan palsu.
Profiling yang paling banyak ditemukan juga dilakukan dengan mengaku sebagai anggota militer dan sejenisnya. Mereka memasang foto lengkap dengan seragam militer guna menipu korban yang memang tertarik dengan tentara dan sejenisnya.
Setelah pengguna aplikasi jatuh cinta pada teknik profiling ini, penipu umumnya menggunakan sejumlah teknik persuasif untuk menjalin keintiman dan kepercayaan.
Mereka akan mulai menyentuh sisi ekspresi liris. Misalnya memberikan perhatian pada hewan peliarhaan dan sanjungan langsung untuk menunjukkan kerinduan yang kuat pada pasangan.
Wanita berusia antara 35 dan 54 tahun sering diyakini menjadi sasaran ini, terutama jika mereka memiliki pengalaman internet yang terbatas dan pemahaman yang buruk tentang penipuan.
Ketika korban akhirnya terpikat, penipu kemudia mulai menguras harta korban dengan berbagai cara.
Pelaku profiling dengan gaya militer biasanya meminta uang untuk melarikan diri dari situasi darurat. Entah terkait dengan kesehatan atau ketidakmampuan mengakses dana.
Memberikan bantuan kepada anggota keluarga adalah alasan utama lain untuk penipuan permintaan uang selain kebutuhan makanan dan obat-obatan.
Dengan perincian ini sekarang, para ahli berharap bahwa lebih banyak skema pencegahan dilakukan di aplikasi-aplikasi kencan itu. Tujuannya membantu pengguna kencan online menghindari situasi berisiko.
Salah satunya adalah penggunaan detektor pembelajaran mesin yang bisa memblokir profil penipuan dari situs kencan.Hanya saja teknik ini masih belum matang karena kekurangan data umum untuk melakukan pengujian.
"Para penipuan asmara itu akan semakin lihai beradaptasi dengan keadaamn. Penelitian di masa depan harus mengimbangi para pelaku dan mengembangkan cara baru untuk mencegah korban terus berjatuhan," tegas Dr Lynsay A Shepherd.
Salah satu kasus penipuan terbesar yang terjadi di aplikasi kencan bahkan pernah didokumentasikan dalam film berjudul Tinder Swindler. Dalam film itu seorang pria yang diduga bernama Simon Leviev menipu dan menguras harta banyak wanita dengan bermodalkan kelihaian berbicara dan tampang memesona.
Dalam aksinya Simon Leviev selalu beredar di Tinder. Dari situlah film Tinder Swindler yang menghebohkan banyak orang bermula.
Hal itulah yang coba dipecahkan oleh sekelompok ilmuwan dari The Abertay University, Skotlandia dalam mendeteksi para penipu yang beredar di aplikasi kencan.
"Penipuan dengan kedok asmara terus menjadi masalah yang berkembang, dan penelitian di ruang ini penting untuk mengurangi korban," ujar Dr Lynsay A Shepherd.
"Penipu terus-menerus menemukan cara baru untuk menipu orang, oleh karena itu penting untuk meneliti dan menemukan cara baru untuk melindungi orang dari penipuan ini," tambahnya.
Sebagai bagian dari penelitian, para ilmuwan menyaring 232 makalah untuk mencari informasi tentang profil penipuan asmara, penanggulangan, dan korban yang ditargetkan. Lebih dari 40 makalah dianggap relevan, membantu para ahli menyatukan tanda-tanda utama penipu dalam analisis akhir.
Dari situ mereka menemukan beberapa modus yang paling sering dilakukan. Pertama ada profiling. Para penipu selalu berupaya tampil sebagai sosok ideal dari pasangan yang diinginkan para korban.
Cara profiling sendiri berbeda-beda tergantung lokasi. Banyak pelaku profiling dari Italia menyamar sebagai agen real estat, sementara pelaku dari Filipina umumnya tertarik pada karir penjualan palsu.
Profiling yang paling banyak ditemukan juga dilakukan dengan mengaku sebagai anggota militer dan sejenisnya. Mereka memasang foto lengkap dengan seragam militer guna menipu korban yang memang tertarik dengan tentara dan sejenisnya.
Setelah pengguna aplikasi jatuh cinta pada teknik profiling ini, penipu umumnya menggunakan sejumlah teknik persuasif untuk menjalin keintiman dan kepercayaan.
Mereka akan mulai menyentuh sisi ekspresi liris. Misalnya memberikan perhatian pada hewan peliarhaan dan sanjungan langsung untuk menunjukkan kerinduan yang kuat pada pasangan.
Wanita berusia antara 35 dan 54 tahun sering diyakini menjadi sasaran ini, terutama jika mereka memiliki pengalaman internet yang terbatas dan pemahaman yang buruk tentang penipuan.
Ketika korban akhirnya terpikat, penipu kemudia mulai menguras harta korban dengan berbagai cara.
Pelaku profiling dengan gaya militer biasanya meminta uang untuk melarikan diri dari situasi darurat. Entah terkait dengan kesehatan atau ketidakmampuan mengakses dana.
Memberikan bantuan kepada anggota keluarga adalah alasan utama lain untuk penipuan permintaan uang selain kebutuhan makanan dan obat-obatan.
Dengan perincian ini sekarang, para ahli berharap bahwa lebih banyak skema pencegahan dilakukan di aplikasi-aplikasi kencan itu. Tujuannya membantu pengguna kencan online menghindari situasi berisiko.
Salah satunya adalah penggunaan detektor pembelajaran mesin yang bisa memblokir profil penipuan dari situs kencan.Hanya saja teknik ini masih belum matang karena kekurangan data umum untuk melakukan pengujian.
"Para penipuan asmara itu akan semakin lihai beradaptasi dengan keadaamn. Penelitian di masa depan harus mengimbangi para pelaku dan mengembangkan cara baru untuk mencegah korban terus berjatuhan," tegas Dr Lynsay A Shepherd.
(wsb)