Misteri Fosil Emas Zaman Jurassic Terungkap, Mengandung Mineral Langka
loading...
A
A
A
TEXAS - Misteri fosil berkilau seperti emas yang ditemukan di situs Jurassic Awal, Posidonia Shale, Jerman, berhasil diungkap. Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, kilau keemasan ini berasal dari mineral pyrite (Pirit).
Mineral pirit atau pirit besi, dikenal sebagai badar emas atau emas semu, yang terbentuk dari sulfida besi dengan rumus kimia FeS₂. Pirit dianggap sebagai mineral yang paling umum dari kelompok mineral sulfida.
“Sudah lama dipercaya bahwa segala sesuatu (di Posidonia Shale) mengalami piritisasi,” kata Rowan Martindale, seorang profesor di Departemen Ilmu Geologi di University of Texas (UT) di Austin, kepada Live Science, Selasa (9/5/2023).
Awal tahun ini, tim peneliti internasional mengunjungi situs Jurassic Awal yang terkenal dengan fosil hewan lautnya yang sangat terawat. Mereka mengumpulkan lusinan sampel fosil amonit, bivalvia, dan krustasea seukuran telapak tangan atau lebih besar.
Setelah tim melihat fosil berusia sekitar 183 juta tahun menggunakan mikroskop elektron berkekuatan tinggi. Mereka berjuang untuk menemukan pirit dalam fosil yang menyembul dari serpih hitam. Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Earth-Science Review edisi Maret 2023.
“Ada sedikit mineral pirit pada beberapa fosil, tapi pada dasarnya itu semua kalsit fosfat atau kalsit kuning. Itu cukup mengejutkan bagi semua orang,” ujarnya.
Setelah menganalisis sekitar 70 spesimen, serpih yang mengelilingi fosil dihiasi dengan kelompok kristal pirit mikroskopis, yang disebut framboid. Itu adalah mineral fosfat dengan kalsit kuning yang menjadi sumber cahaya keemasan fosil.
“Framboid terlihat seperti raspberry kecil. Setelah melihat spesimen di bawah mikroskop, saya hanya menemukan beberapa framboid pada fosil," ungkap Sinjini Sinha, seorang kandidat doktoral di Jackson School of Geosciences di UT.
Mengetahui keberadaan pirit dan fosfat di berbagai bagian spesimen sangat penting untuk mengungkapkan informasi tentang lingkungan fosilisasi. Misalnya, pirit terbentuk di lingkungan anoksik yang tidak ada oksigen, sedangkan mineral fosfat seperti kalsit kuning membutuhkan oksigen.
“Proses piritisasi hanya terjadi di lingkungan anoksik (anoxic). Spesimen ini ditemukan dalam serpih hitam gelap, kami memperkirakan ini adalah lingkungan anoksik,” tambah James Schiffbauer, seorang profesor ilmu geologi di University of Missouri.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa meskipun dasar laut anoksik, untuk fosilisasi dibutuhkan semburan oksigen untuk menyebabkan reaksi kimia. Oksigenasi yang dikombinasikan dengan mineral fosfat membantu mengubah fosil menjadi seperti emas.
Mineral pirit atau pirit besi, dikenal sebagai badar emas atau emas semu, yang terbentuk dari sulfida besi dengan rumus kimia FeS₂. Pirit dianggap sebagai mineral yang paling umum dari kelompok mineral sulfida.
“Sudah lama dipercaya bahwa segala sesuatu (di Posidonia Shale) mengalami piritisasi,” kata Rowan Martindale, seorang profesor di Departemen Ilmu Geologi di University of Texas (UT) di Austin, kepada Live Science, Selasa (9/5/2023).
Awal tahun ini, tim peneliti internasional mengunjungi situs Jurassic Awal yang terkenal dengan fosil hewan lautnya yang sangat terawat. Mereka mengumpulkan lusinan sampel fosil amonit, bivalvia, dan krustasea seukuran telapak tangan atau lebih besar.
Setelah tim melihat fosil berusia sekitar 183 juta tahun menggunakan mikroskop elektron berkekuatan tinggi. Mereka berjuang untuk menemukan pirit dalam fosil yang menyembul dari serpih hitam. Hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Earth-Science Review edisi Maret 2023.
“Ada sedikit mineral pirit pada beberapa fosil, tapi pada dasarnya itu semua kalsit fosfat atau kalsit kuning. Itu cukup mengejutkan bagi semua orang,” ujarnya.
Setelah menganalisis sekitar 70 spesimen, serpih yang mengelilingi fosil dihiasi dengan kelompok kristal pirit mikroskopis, yang disebut framboid. Itu adalah mineral fosfat dengan kalsit kuning yang menjadi sumber cahaya keemasan fosil.
“Framboid terlihat seperti raspberry kecil. Setelah melihat spesimen di bawah mikroskop, saya hanya menemukan beberapa framboid pada fosil," ungkap Sinjini Sinha, seorang kandidat doktoral di Jackson School of Geosciences di UT.
Mengetahui keberadaan pirit dan fosfat di berbagai bagian spesimen sangat penting untuk mengungkapkan informasi tentang lingkungan fosilisasi. Misalnya, pirit terbentuk di lingkungan anoksik yang tidak ada oksigen, sedangkan mineral fosfat seperti kalsit kuning membutuhkan oksigen.
“Proses piritisasi hanya terjadi di lingkungan anoksik (anoxic). Spesimen ini ditemukan dalam serpih hitam gelap, kami memperkirakan ini adalah lingkungan anoksik,” tambah James Schiffbauer, seorang profesor ilmu geologi di University of Missouri.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa meskipun dasar laut anoksik, untuk fosilisasi dibutuhkan semburan oksigen untuk menyebabkan reaksi kimia. Oksigenasi yang dikombinasikan dengan mineral fosfat membantu mengubah fosil menjadi seperti emas.
(wib)