Kehadiran El Nino Terdeteksi Satelit NASA, Gelombang Hangat Kelvin Lintasi Pasifik
loading...
A
A
A
FLORIDA - NASA telah mengidentifikasi tanda-tanda awal kehadiran El Nino dari luar angkasa menggunakan satelit Sentinel-6 Michael Freilich. Satelit NASA ini merekam kemunculan gelombang hangat Kelvin yang bergerak ke arah timur melintasi Pasifik.
Gelombang Kelvin merupakan sebuah fenomena yang sering dianggap sebagai pendahulu El Nino. Data dari satelit Sentinel-6 Michael Freilich, yang memantau permukaan laut, menunjukkan gelombang Kelvin bergerak melintasi Pasifik.
Gelombang Kelvin merupakan gelombang laut panjang setinggi hanya 5 sampai 10 cm, tetapi lebarnya ratusan mil. Mereka dianggap sebagai pendahulu El Nino ketika mereka terbentuk di ekuator dan memindahkan lapisan atas air yang hangat ke Pasifik barat.
Salah satu satelit NASA mendeteksi gelombang hangat Kelvin di Samudra Pasifik bergerak ke arah timur menuju pantai barat Amerika Selatan pada bulan Maret dan April. “Kami mengawasi El Nino ini seperti elang,” kata Josh Willis, seorang ilmuwan proyek di Sentinel-6 Michael Freilich di NASA's Jet Propulsion Laboratory (JPL) dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Rabu (17/5/2023).
Satelit Sentinel-6 antara awal Maret dan akhir April menunjukkan gelombang Kelvin menggerakkan air hangat ke timur, menyatukannya di lepas pantai Kolombia, Ekuador, dan Peru. Bagian merah dan putih dari animasi mewakili air yang lebih hangat dan permukaan laut yang lebih tinggi.
"Gelombang laut mengeluarkan panas di sekitar planet, membawa panas dan kelembapan ke pantai dan mengubah cuaca," kata Nadya Vinogradova Shiffer, ilmuwan program NASA dan manajer Sentinel-6 Michael Freilich.
El Nino adalah bagian dari siklus iklim El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Biasanya, angin timur di sepanjang khatulistiwa yang dikenal sebagai angin pasat, meniupkan air permukaan ke barat melintasi Pasifik.
Angin ini memindahkan air laut yang hangat dari Amerika Selatan menuju Asia. Hal ini menyebabkan dampak yang signifikan pada pola cuaca di seluruh dunia.
El Nino biasanya terjadi setiap tiga sampai lima tahun sekali, tetapi dapat terjadi lebih sering atau lebih jarang. El Nino terakhir terjadi pada 2019 dan berlangsung selama enam bulan, antara Februari dan Agustus.
National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) pada 11 Mei 2023 mengatakan, ada 90% kemungkinan El Nino akan melanda tahun ini dan bertahan hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara. Menurut prediksi NOAA, ada kemungkinan 80% terjadi El Nino sedang, yang mengakibatkan suhu permukaan laut naik 1,8 derajat Fahrenheit atau 1 derajat Celcius.
NOAA dan NASA akan terus memantau kondisi di Pasifik selama beberapa bulan mendatang untuk menentukan apakah dan kapan El Nino akan melanda dan seberapa kuatnya. Pada bulan April, para ilmuwan mencatat suhu permukaan laut tertinggi yang pernah ada, dengan rata-rata global mencapai 21,1 derajat Celcius.
Willis mengatakan kombinasi alam, antara fenomena El Nino dan peningkatan suhu laut bisa berarti serangkaian rekor tertinggi dalam 12 bulan ke depan. “Tahun mendatang akan menjadi perjalanan yang liar jika El Nino benar-benar muncul,” katanya.
Gelombang Kelvin merupakan sebuah fenomena yang sering dianggap sebagai pendahulu El Nino. Data dari satelit Sentinel-6 Michael Freilich, yang memantau permukaan laut, menunjukkan gelombang Kelvin bergerak melintasi Pasifik.
Gelombang Kelvin merupakan gelombang laut panjang setinggi hanya 5 sampai 10 cm, tetapi lebarnya ratusan mil. Mereka dianggap sebagai pendahulu El Nino ketika mereka terbentuk di ekuator dan memindahkan lapisan atas air yang hangat ke Pasifik barat.
Salah satu satelit NASA mendeteksi gelombang hangat Kelvin di Samudra Pasifik bergerak ke arah timur menuju pantai barat Amerika Selatan pada bulan Maret dan April. “Kami mengawasi El Nino ini seperti elang,” kata Josh Willis, seorang ilmuwan proyek di Sentinel-6 Michael Freilich di NASA's Jet Propulsion Laboratory (JPL) dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Rabu (17/5/2023).
Satelit Sentinel-6 antara awal Maret dan akhir April menunjukkan gelombang Kelvin menggerakkan air hangat ke timur, menyatukannya di lepas pantai Kolombia, Ekuador, dan Peru. Bagian merah dan putih dari animasi mewakili air yang lebih hangat dan permukaan laut yang lebih tinggi.
"Gelombang laut mengeluarkan panas di sekitar planet, membawa panas dan kelembapan ke pantai dan mengubah cuaca," kata Nadya Vinogradova Shiffer, ilmuwan program NASA dan manajer Sentinel-6 Michael Freilich.
El Nino adalah bagian dari siklus iklim El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Biasanya, angin timur di sepanjang khatulistiwa yang dikenal sebagai angin pasat, meniupkan air permukaan ke barat melintasi Pasifik.
Angin ini memindahkan air laut yang hangat dari Amerika Selatan menuju Asia. Hal ini menyebabkan dampak yang signifikan pada pola cuaca di seluruh dunia.
El Nino biasanya terjadi setiap tiga sampai lima tahun sekali, tetapi dapat terjadi lebih sering atau lebih jarang. El Nino terakhir terjadi pada 2019 dan berlangsung selama enam bulan, antara Februari dan Agustus.
National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) pada 11 Mei 2023 mengatakan, ada 90% kemungkinan El Nino akan melanda tahun ini dan bertahan hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara. Menurut prediksi NOAA, ada kemungkinan 80% terjadi El Nino sedang, yang mengakibatkan suhu permukaan laut naik 1,8 derajat Fahrenheit atau 1 derajat Celcius.
NOAA dan NASA akan terus memantau kondisi di Pasifik selama beberapa bulan mendatang untuk menentukan apakah dan kapan El Nino akan melanda dan seberapa kuatnya. Pada bulan April, para ilmuwan mencatat suhu permukaan laut tertinggi yang pernah ada, dengan rata-rata global mencapai 21,1 derajat Celcius.
Willis mengatakan kombinasi alam, antara fenomena El Nino dan peningkatan suhu laut bisa berarti serangkaian rekor tertinggi dalam 12 bulan ke depan. “Tahun mendatang akan menjadi perjalanan yang liar jika El Nino benar-benar muncul,” katanya.
(wib)