Mengerikan! Penampakan Mata Sahara di Dataran Tinggi Adrar Mauritania
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mata Sahara atau yang dikenal dengan Eye of Africa, berada di dataran tinggi Adrar, Gurun Sahara, Republik Islam Mauritania. Mata Sahara terdiri dari kubah elips batuan sedimen yang terkikis.
Dilansir dari Heritage Daily, Mata Sahara berasal dari masa Proterozoikum atau 2.500 hingga 538,8 juta tahun lalu dan Ordovician, pada 488,3 hingga 443,7 juta tahun yang lalu.
"Kubah ini memiliki diameter 40 kilometer dengan interior yang terdiri dari batuan beku yang ekstrusif, termasuk batuan vulkanik rhyolitic, gabbros, karbonat dan kimberlit," tulis laman itu, dikutip Rabu (24/5/2023).
Batuan gabroik yang ada, membentuk dua tanggul cincin konsentris, dengan tanggul cincin bagian dalamnya memiliki lebar 20 meter, dan terletak 3 kilometer dari pusat struktur.
Sedangkan lebar cincin luarnya sekitar 50 meter dan terletak 7 hingga 8 kilometer dari pusat. Proses yang membentuk struktur Mata Sahara ini merupakan dampak meteorik atau intrusi magmatik yang dalam.
"Penelitian arkeologis telah mengungkapkan bukti, bahwa ada aktivitas manusia di Mata Sahara. Hal ini terlihat dari banyaknya endapan artefak pra-Akheulian dan Acheulian, dan kapak berbentuk oval, serta pir," jelasnya.
Alat Acheulean diproduksi selama era palaeolitik bawah di seluruh Afrika dan sebagian besar Asia Barat, Asia Selatan, Asia Timur dan Eropa, dan pertama kali berkembang sekitar 1,76 juta tahun lalu dari teknologi Oldowan.
"Penelitian oleh para arkeolog telah menemukan situs Acheulean yang terletak di sepanjang wadi yang menempati depresi annular terluar dari struktur, di mana singkapan kuarsait untuk bahan bakunya," tukasnya.
Dilansir dari Heritage Daily, Mata Sahara berasal dari masa Proterozoikum atau 2.500 hingga 538,8 juta tahun lalu dan Ordovician, pada 488,3 hingga 443,7 juta tahun yang lalu.
"Kubah ini memiliki diameter 40 kilometer dengan interior yang terdiri dari batuan beku yang ekstrusif, termasuk batuan vulkanik rhyolitic, gabbros, karbonat dan kimberlit," tulis laman itu, dikutip Rabu (24/5/2023).
Batuan gabroik yang ada, membentuk dua tanggul cincin konsentris, dengan tanggul cincin bagian dalamnya memiliki lebar 20 meter, dan terletak 3 kilometer dari pusat struktur.
Sedangkan lebar cincin luarnya sekitar 50 meter dan terletak 7 hingga 8 kilometer dari pusat. Proses yang membentuk struktur Mata Sahara ini merupakan dampak meteorik atau intrusi magmatik yang dalam.
"Penelitian arkeologis telah mengungkapkan bukti, bahwa ada aktivitas manusia di Mata Sahara. Hal ini terlihat dari banyaknya endapan artefak pra-Akheulian dan Acheulian, dan kapak berbentuk oval, serta pir," jelasnya.
Alat Acheulean diproduksi selama era palaeolitik bawah di seluruh Afrika dan sebagian besar Asia Barat, Asia Selatan, Asia Timur dan Eropa, dan pertama kali berkembang sekitar 1,76 juta tahun lalu dari teknologi Oldowan.
"Penelitian oleh para arkeolog telah menemukan situs Acheulean yang terletak di sepanjang wadi yang menempati depresi annular terluar dari struktur, di mana singkapan kuarsait untuk bahan bakunya," tukasnya.
(san)