Air Tertua di Bumi Ditemukan, Ternyata Begini Rasanya
loading...
A
A
A
NEW YORK - Ahli geologi bernama profesor Barbara Sherwood Lollar membuat penemuan yang luar biasa.
BACA JUGA - Air di Bumi Ternyata Asalnya dari Matahari, Kok Bisa?
Pada kedalaman sekitar 3 kilometer (1,8 mil), ia dan timnya menemukan air, yang menurut pengujian berusia antara 1,5 miliar hingga 2,64 miliar tahun.
Dikatakan bahwa itu merupakan air tertua yang berhasil ditemukan di Bumi. Dan menariknya, air ini tidak hanya mengendap di kubangan melainkan mengalir dengan sangat deras pada kecepatan liter permenit, melansir dari IFL Science, Jumat (16/6/2023).
"Ketika orang berpikir tentang air ini, mereka akan menganggap itu hanya sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu. Tapi ini mengalir dengan kecepatan liter per menit. Volume airnya jauh lebih besar daripada yang diduga oleh siapa pun," ungkap Barbara.
Dengan melihat sulfat di dalam air, Barbara dan timnya dapat melihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya kehidupan. Mereka pun menyimpulkan bahwa air yang mereka temukan mengandung unsur spesial yang hanya bisa diproduksi oleh mikrobiologi.
Kandungan ini disebut harus diproduksi dalam skala waktu yang sangat lama. Barbara mengatakan mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak dapat melakukannya dalam semalam, harus menjadi indikasi bahwa organisme telah hadir dalam cairan ini pada skala waktu geologis.
“Sulfat dalam air purba ini bukanlah sulfat modern dari air permukaan yang mengalir ke bawah. Apa yang kami temukan adalah bahwa sulfat, seperti hidrogen, sebenarnya diproduksi di tempat melalui reaksi antara air dan batu. Artinya, reaksi akan terjadi secara alami dan bertahan miliaran tahun," jelasnya.
Barbara pun mengaku telah mencicipi rasa air berusia miliaran tahun tersebut dan menyebut rasanya unik. Dia mengatakan bahwa rasa air berusia lebih dari 2 miliar tahun itu sangat asin serta pahit.
"Sangat asin dan pahit. Jauh lebih asin daripada air laut," tandasnya.
BACA JUGA - Air di Bumi Ternyata Asalnya dari Matahari, Kok Bisa?
Pada kedalaman sekitar 3 kilometer (1,8 mil), ia dan timnya menemukan air, yang menurut pengujian berusia antara 1,5 miliar hingga 2,64 miliar tahun.
Dikatakan bahwa itu merupakan air tertua yang berhasil ditemukan di Bumi. Dan menariknya, air ini tidak hanya mengendap di kubangan melainkan mengalir dengan sangat deras pada kecepatan liter permenit, melansir dari IFL Science, Jumat (16/6/2023).
"Ketika orang berpikir tentang air ini, mereka akan menganggap itu hanya sejumlah kecil air yang terperangkap di dalam batu. Tapi ini mengalir dengan kecepatan liter per menit. Volume airnya jauh lebih besar daripada yang diduga oleh siapa pun," ungkap Barbara.
Dengan melihat sulfat di dalam air, Barbara dan timnya dapat melihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya kehidupan. Mereka pun menyimpulkan bahwa air yang mereka temukan mengandung unsur spesial yang hanya bisa diproduksi oleh mikrobiologi.
Kandungan ini disebut harus diproduksi dalam skala waktu yang sangat lama. Barbara mengatakan mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak dapat melakukannya dalam semalam, harus menjadi indikasi bahwa organisme telah hadir dalam cairan ini pada skala waktu geologis.
“Sulfat dalam air purba ini bukanlah sulfat modern dari air permukaan yang mengalir ke bawah. Apa yang kami temukan adalah bahwa sulfat, seperti hidrogen, sebenarnya diproduksi di tempat melalui reaksi antara air dan batu. Artinya, reaksi akan terjadi secara alami dan bertahan miliaran tahun," jelasnya.
Barbara pun mengaku telah mencicipi rasa air berusia miliaran tahun tersebut dan menyebut rasanya unik. Dia mengatakan bahwa rasa air berusia lebih dari 2 miliar tahun itu sangat asin serta pahit.
"Sangat asin dan pahit. Jauh lebih asin daripada air laut," tandasnya.
(wbs)