Teknologi LIDAR Ungkap Detail Fosil dan Artefak di Kota Dewa Monyet
loading...
A
A
A
LIMA - Misteri White City atau Lost City of Monkey God yang ditutupi oleh hutan hujan tropis masih menjadi misteri.
Christopher Fisher, seorang ahli Mesoamerika dari Colorado State University, AS menjelaskan sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh pembuat film dokumenter Steve Elkins, melakukan survei udara di la Mosquitia, Honduras, menggunakan teknologi penginderaan jauh (LIDAR).
Hasil Scan mengungkapkan bukti fitur buatan manusia membentang selama lebih dari satu mil pada sebuah lembah.
Ketika Fischer dan rekan-rekannya menelusuri kedalaman kota yang hilang ini, mereka menemukan lokasinya yang terpencil itu setidaknya bisa menghindari pejarahan untuk waktu yang lama.
“Memang itu merupakan hutan hujan perawan yang paling tidak terusik oleh tangan-tangan jahil manusia di Amerika Selatan,” kata Dr. Mark Plotkin, seorang ahli Ethnobotany dari tim perlindungan hutan Amazon kepada National Geographic Channel.
“White City” atau “Lost City of Monkey God/ Kota Dewa Monyet” yang hilang ini mungkin terdengar seperti sesuatu di dalam film Indiana Jones, namun tiga tahun lalu di Meksiko, Fisher menemukan sebuah kota yang hilang, yang memiliki peradaban setara dengan bangsa Aztec.
Tim arkeologi ini percaya bahwa penemuan terbaru ini adalah salah satu kota di tengah hutan hujan tropis, dan merupakan asal legenda “White City” di Mosquitia Honduras.
Masa makmur dibangunnya kota bangunan itu diperkirakan antara tahun 1000 – 1400 M. Sementara faktor yang menyebabkan kehancuran mereka masih belun diketahui saat ini.
“Kita hanya bisa mengetahui dari penelitian awal temuan ini, kemudian membandingkannya dengan peradaban yang dekat dengan periode mereka yang sama,” jelas tim arkeolog.
Salah satu objek yang paling berkesan dalam temuan tersebut adalah sesosok “jaguar berbentuk manusia,” dan benda-benda yang ada di sana tidak ada satu pun yang pernah disentuh, tapi ada yang mengambil gambarnya, meskipun sebagian besar belum dipublikasikan ke publik.
Penemuan ini termasuk 52 artefak yang setengah tertimbun, sekilas tampak seperti benda-benda ritual pengorbanan di depan altar.
Salah satu di antaranya adalah sesosok kepala yang menyerupai wujud jaguar, dan masih banyak artefak yang diyakini terkubur lebih dalam di bawah tanah.
Konon tempat ini digunakan oleh orang-orang terdahulu untuk menyembah atau memuja kera yang mereka anggap sebagai Dewa Kera.
Tempat ini menyimpan kisah horor dimana banyak orang yang mengatakan jika anda berkunjung di tempat ini sendirian anda tidak akan kembali lagi.
Terisolasinya situs ini juga telah melestarikan keanekaragaman hayatinya, tetapi para peneliti khawatir bahwa ini mungkin tidak berlangsung lama.
Sementara mereka telah merahasiakan lokasinya untuk mencegah penjarahan, selain itu, hutan Honduras dengan cepat hancur karena peternakan, dan karena pengungkapan kota yang hilang itu, mereka khawatir kota itu akan mengalami kerusakan.
Penemuan kota kuno merupakan upaya dari pembuat film dokumenter Steve Elkins dan Bill Benenson yang mengidentifikasi lokasi pemetaan udara, dan memberi petunjuk pada Fisher.
Para arkeolog percaya bahwa populasi kota yang hilang ini kemungkinan karena terpapar wabah penyakit menular, yang mungkin dibawa oleh penjajah Eropa pertama.
Peninggalan dari kota ini hanya tinggal sisa-sisa piramida, patung batu yang memiliki ukiran rumit, gedung pengadilan Kuno, dan beberapa artefak lainnya.
Christopher Fisher, seorang ahli Mesoamerika dari Colorado State University, AS menjelaskan sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh pembuat film dokumenter Steve Elkins, melakukan survei udara di la Mosquitia, Honduras, menggunakan teknologi penginderaan jauh (LIDAR).
Hasil Scan mengungkapkan bukti fitur buatan manusia membentang selama lebih dari satu mil pada sebuah lembah.
Ketika Fischer dan rekan-rekannya menelusuri kedalaman kota yang hilang ini, mereka menemukan lokasinya yang terpencil itu setidaknya bisa menghindari pejarahan untuk waktu yang lama.
“Memang itu merupakan hutan hujan perawan yang paling tidak terusik oleh tangan-tangan jahil manusia di Amerika Selatan,” kata Dr. Mark Plotkin, seorang ahli Ethnobotany dari tim perlindungan hutan Amazon kepada National Geographic Channel.
“White City” atau “Lost City of Monkey God/ Kota Dewa Monyet” yang hilang ini mungkin terdengar seperti sesuatu di dalam film Indiana Jones, namun tiga tahun lalu di Meksiko, Fisher menemukan sebuah kota yang hilang, yang memiliki peradaban setara dengan bangsa Aztec.
Tim arkeologi ini percaya bahwa penemuan terbaru ini adalah salah satu kota di tengah hutan hujan tropis, dan merupakan asal legenda “White City” di Mosquitia Honduras.
Masa makmur dibangunnya kota bangunan itu diperkirakan antara tahun 1000 – 1400 M. Sementara faktor yang menyebabkan kehancuran mereka masih belun diketahui saat ini.
“Kita hanya bisa mengetahui dari penelitian awal temuan ini, kemudian membandingkannya dengan peradaban yang dekat dengan periode mereka yang sama,” jelas tim arkeolog.
Salah satu objek yang paling berkesan dalam temuan tersebut adalah sesosok “jaguar berbentuk manusia,” dan benda-benda yang ada di sana tidak ada satu pun yang pernah disentuh, tapi ada yang mengambil gambarnya, meskipun sebagian besar belum dipublikasikan ke publik.
Penemuan ini termasuk 52 artefak yang setengah tertimbun, sekilas tampak seperti benda-benda ritual pengorbanan di depan altar.
Salah satu di antaranya adalah sesosok kepala yang menyerupai wujud jaguar, dan masih banyak artefak yang diyakini terkubur lebih dalam di bawah tanah.
Konon tempat ini digunakan oleh orang-orang terdahulu untuk menyembah atau memuja kera yang mereka anggap sebagai Dewa Kera.
Tempat ini menyimpan kisah horor dimana banyak orang yang mengatakan jika anda berkunjung di tempat ini sendirian anda tidak akan kembali lagi.
Terisolasinya situs ini juga telah melestarikan keanekaragaman hayatinya, tetapi para peneliti khawatir bahwa ini mungkin tidak berlangsung lama.
Sementara mereka telah merahasiakan lokasinya untuk mencegah penjarahan, selain itu, hutan Honduras dengan cepat hancur karena peternakan, dan karena pengungkapan kota yang hilang itu, mereka khawatir kota itu akan mengalami kerusakan.
Penemuan kota kuno merupakan upaya dari pembuat film dokumenter Steve Elkins dan Bill Benenson yang mengidentifikasi lokasi pemetaan udara, dan memberi petunjuk pada Fisher.
Para arkeolog percaya bahwa populasi kota yang hilang ini kemungkinan karena terpapar wabah penyakit menular, yang mungkin dibawa oleh penjajah Eropa pertama.
Peninggalan dari kota ini hanya tinggal sisa-sisa piramida, patung batu yang memiliki ukiran rumit, gedung pengadilan Kuno, dan beberapa artefak lainnya.
(wbs)