Beri Pelajaran AS, Rusia Hancurkan Stasiun Komunikasi Satelit Starlink Ukraina
loading...
A
A
A
MOSCOW - Militer Rusia menghancurkan stasiun komunikasi satelit Starlink Ukraina dan pusat kendali drone di dekat Bakhmut.
"Artileri kelompok (pasukan Rusia) menghancurkan stasiun komunikasi Starlink, pusat kendali pesawat tak berawak bersama dengan drone Leleka-100, pusat komunikasi dan truk pikap," menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia kepada Sputnik.
Selain itu, tentara Rusia berhasil menghalau serangan kelompok penyerang Ukraina di dekat desa Berkhivka di wilayah Bakhmut.
Sementara itu, peringatan serangan udara di beberapa wilayah Ukraina dikeluarkan pada Sabtu malam, menurut data Kementerian Transformasi Digital Ukraina.
Sirene juga terdengar di bagian Dnipropetrovsk, Kirovohrad, Mykolaiv dan Kyiv yang dikuasai Zaporizhzhia dan Kherson.
Media Ukraina melaporkan bahwa ledakan terdengar di wilayah Mykolaiv dan di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina.
Serangan terhadap infrastruktur Ukraina telah berlangsung sejak 10 Oktober (dua hari setelah serangan teroris di Jembatan Krimea).
Pentagon telah mengkonfirmasi akan mempekerjakan SpaceX untuk menyediakan layanan komunikasi ke Ukraina, dengan 4.000 satelit Starlink.
Departemen Pertahanan AS menyatakan, pihaknya terus bekerja dengan berbagai mitra global untuk memastikan Ukraina, memiliki kemampuan satelit dan komunikasi yang mereka butuhkan.
"Komunikasi satelit merupakan lapisan vital di jaringan komunikasi keseluruhan Ukraina dan kontrak departemen dengan Starlink untuk layanan jenis ini," bunyi keterangan Departemen Pertahanan AS, dikutip dari Defense News.
Pentagon tidak mengungkapkan rincian pembelian, termasuk biaya, waktu kontrak atau lamanya layanan tersebut.
Sementara itu, Presiden SpaceX Gwynne Shotwell mengatakan, perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Elon Musk ini telah menyediakan terminal Starlink sejak 2022 untuk Ukraina.
Namun, Musk mengindikasikan mulai Oktober tidak lagi dapat mendanai penggunaan satelit Ukraina, yang menelan biaya perusahaan USD80 juta sejak awal perang.
"Itu tidak pernah dimaksudkan untuk dipersenjatai. Ukraina telah memanfaatkannya dengan cara yang tidak disengaja dan bukan bagian dari perjanjian apa pun," pungkasnya.
"Artileri kelompok (pasukan Rusia) menghancurkan stasiun komunikasi Starlink, pusat kendali pesawat tak berawak bersama dengan drone Leleka-100, pusat komunikasi dan truk pikap," menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia kepada Sputnik.
Selain itu, tentara Rusia berhasil menghalau serangan kelompok penyerang Ukraina di dekat desa Berkhivka di wilayah Bakhmut.
Sementara itu, peringatan serangan udara di beberapa wilayah Ukraina dikeluarkan pada Sabtu malam, menurut data Kementerian Transformasi Digital Ukraina.
Sirene juga terdengar di bagian Dnipropetrovsk, Kirovohrad, Mykolaiv dan Kyiv yang dikuasai Zaporizhzhia dan Kherson.
Media Ukraina melaporkan bahwa ledakan terdengar di wilayah Mykolaiv dan di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina.
Serangan terhadap infrastruktur Ukraina telah berlangsung sejak 10 Oktober (dua hari setelah serangan teroris di Jembatan Krimea).
Pentagon telah mengkonfirmasi akan mempekerjakan SpaceX untuk menyediakan layanan komunikasi ke Ukraina, dengan 4.000 satelit Starlink.
Departemen Pertahanan AS menyatakan, pihaknya terus bekerja dengan berbagai mitra global untuk memastikan Ukraina, memiliki kemampuan satelit dan komunikasi yang mereka butuhkan.
"Komunikasi satelit merupakan lapisan vital di jaringan komunikasi keseluruhan Ukraina dan kontrak departemen dengan Starlink untuk layanan jenis ini," bunyi keterangan Departemen Pertahanan AS, dikutip dari Defense News.
Pentagon tidak mengungkapkan rincian pembelian, termasuk biaya, waktu kontrak atau lamanya layanan tersebut.
Sementara itu, Presiden SpaceX Gwynne Shotwell mengatakan, perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Elon Musk ini telah menyediakan terminal Starlink sejak 2022 untuk Ukraina.
Namun, Musk mengindikasikan mulai Oktober tidak lagi dapat mendanai penggunaan satelit Ukraina, yang menelan biaya perusahaan USD80 juta sejak awal perang.
"Itu tidak pernah dimaksudkan untuk dipersenjatai. Ukraina telah memanfaatkannya dengan cara yang tidak disengaja dan bukan bagian dari perjanjian apa pun," pungkasnya.
(wbs)