3 Alasan Mengapa Kereta Api Tidak Bisa Berhenti Mendadak Menurut KAI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kecelakaan mengerikan antara KA 112 Brantas dengan truk trailer yang diduga mogok di tengah perlintasan menjadi viral. Tumbukan dahsyat itu mengakibatkan ledakan besar. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Banyak warganet pun berdebat, mengapa kereta api tidak bisa mengerem dengan cepat, sehingga bisa menghindari tabrakan? PT KAI menanggapi hal tersebut melalui salah satu cuitannya di akun resmi Twitter miliknya, @KAI121.
“Masyarakat umum banyak yang belum mengetahui jika kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak. Terbukti dari beberapa komentar netizen, yang menanyakan mengapa masinis tidak melakukan pengereman, saat mengetahui ada truk yang tersangkut di perlintasan sebidang,” tulis PT KAI di Twitter.
Di Indonesia, rata-rata kereta penumpang terdiri dari 8-12 gerbong dengan bobot mencapai 600 ton. Bobot tersebut belum termasuk berat penumpang dan barang bawaannya. Dengan kondisi tersebut, kereta membutuhkan banyak energi untuk membuat rangkaian terhenti.
“Jadi, meski masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat melakukan pengereman,” tulis KAI dalam unggahannya di Twitter.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang memengaruhi jarak pengereman seperti kecepatan, kemiringan, persentase gaya pengereman, jenis kereta api, jenis rem, dan kondisi cuaca.
Banyak warganet pun berdebat, mengapa kereta api tidak bisa mengerem dengan cepat, sehingga bisa menghindari tabrakan? PT KAI menanggapi hal tersebut melalui salah satu cuitannya di akun resmi Twitter miliknya, @KAI121.
“Masyarakat umum banyak yang belum mengetahui jika kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak. Terbukti dari beberapa komentar netizen, yang menanyakan mengapa masinis tidak melakukan pengereman, saat mengetahui ada truk yang tersangkut di perlintasan sebidang,” tulis PT KAI di Twitter.
Nah, alasan dan penjelasannya mengapa kereta api tidak bisa melakukan pengereman mendadak:
1. Rangkaian yang Panjang dan Bobot Besar
Menurut cuitan PT KAI di Twitter, kereta api tidak bisa melakukan pengereman mendadak karena panjang rangkaian dan bobotnya yang besar. Semakin panjang dan berat rangkaian KA, maka jarak yang dibutuhkan untuk benar-benar berhenti akan semakin panjang.Di Indonesia, rata-rata kereta penumpang terdiri dari 8-12 gerbong dengan bobot mencapai 600 ton. Bobot tersebut belum termasuk berat penumpang dan barang bawaannya. Dengan kondisi tersebut, kereta membutuhkan banyak energi untuk membuat rangkaian terhenti.
2. Sistem Pengereman Kereta Api Rumit
Sistem pengereman kereta api ternyata cukup rumit. Untuk jenis yang dipakai saat ini adalah rem udara. Adapun cara kerjanya dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi. Ketika masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi tersebutlah yang akan membuat kereta berhenti.3. Rem Darurat Tidak Bisa Bikin Kereta Langsung Stop
Kendati kereta api saat ini dilengkapi rem darurat, namun tersebut tidak dapat secara langsung membuat rangkaian berhenti. Melainkan membuat tekanan udara dan energi lebih besar sehingga kereta dapat lebih cepat berhenti.“Jadi, meski masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat melakukan pengereman,” tulis KAI dalam unggahannya di Twitter.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang memengaruhi jarak pengereman seperti kecepatan, kemiringan, persentase gaya pengereman, jenis kereta api, jenis rem, dan kondisi cuaca.
(dan)