5 Fakta Unik Ranpur Bradley, Dibekali Rudal Pembunuh Tank
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bradley Infantry Fighting Vehicle Bradley (Bradley IFV) adalah platform kendaraan tempur lapis baja yang dirancang untuk mengangkut personel infanteri. Kendaraan Tempur Infanteri Bradley juga punya peran tambahan sebagai pengintai dan memberikan tembakan perlindungan untuk menekan musuh.
Jadi Bradley bukan tank, karena fungsi utamanya mengangkut dan memberikan perlindungan personel infanteri. Berbeda dengan tank tempur utama (main battle tank) yang dirancang punya fungsi destruktif, seperti menghancurkan tank musuh atau target potensial lainnya.
Berikut 5 fakta unik tentang kendaraan tempur (Ranpur) Bradley yang sering dikira tank, dirangkum SINDOnews dari laman Military, Reuters, dan New York Times, Jumat (21/7/2023).
Bradley hadir untuk menjembatani kekosongan peran antara tank konvensional dan ranpur pengangkut personel di medan perang. Tank dirancang untuk menghancurkan target musuh, namun tidak bisa membawa banyak personel infanteri.
Sedangkan ranpur pengangkut personel, tidak mempunyai daya gempur sehebat tank meskipun mampu memobilisasi banyak pasukan infanteri. Nah, Bradley hadir sebagai ranpur pengangkut personel dengan kemampuan memberikan tembakan setara dengan tank.
Untuk itu, Bradley dibekali senjata mematikan meriam kecil 25 milimeter yang sering membuatnya dikira tank. Padahal tank tempur utama menggunakan meriam besar 120 milimeter dan tank tempur ringan memakai meriam 105 milimeter.
Ranpur lapis baja Bradley dibekali senjata mematikan yang mampu menghancurkan tank musuh, yaitu rudal anti-tank TOW. Rudal anti-tank TOW atau Tube-launched, Optically tracked, Wire-guided dipasangan di turret (menara) komando bersama dengan meriam dan senapan mesin.
Rudal anti-tank TOW ditembakkan dari tabung peluncur, melacak target menggunakan optik, dan dipandu secara nirkabel. Rudal yang digunakan biasanya BGM-71 TOW yang dapat melaju 300 meter/detik dengan jangkauan 3.750 meter.
Senjata yang dikenal sebagai pembunuh tank ini awalnya dirancang oleh Hughes Aircraft pada 1960-an dan sekarang diproduksi oleh Raytheon. Rudal BGM-71 TOW berukuran panjang antara 1,1 hingga 1,5 meter, diameter 152 mm, dan rentang sayap 0,46 meter.
Ranpur Bradley dirancang untuk mengangkut personel infanteri atau pengintai dengan perlindungan lapis baja. Bradley juga diberikan kemampuan memberikan tembakan perlindungan untuk menekan pasukan dan kendaraan lapis baja musuh.
Untuk itu, selaku pengembang Bradley FMC Corporation dan BAE Systems Land & Armaments, sebelumnya United Defense, menghadirkan sejumlah varian. Paling banyak dikenal adalah M2 Bradley dan M3 Bradley untuk melakukan tugas tambahan sebagai kendaraan pengintai.
M2 Bradley menampung tiga awak, terdiri dari seorang komandan, penembak, dan pengemudi. M2 Bradley mampu membawa enam personel tentara bersenjata lengkap. Sedangkan M3 Bradley untuk misi pengintaian membawa dua pasukan pengintai selain tiga awak reguler, dengan ruang untuk rudal BGM-71 TOW tambahan.
Ranpur Bradley memiliki pelindung atau armor lapis baja untuk menahan gempuran peluru 14,5 mm di bagian depan dan turret. Armor lapis baja seluruh bagian bodi mampu menahan peluru 7,62 mm hingga 12,7 mm dan serpihan artileri.
Armor pada lambung dan menara Bradley dibuat dari aluminium yang dilas dan dilengkapi di lokasi kritis dengan pelindung laminasi. Selain itu, Bradley memiliki armor baja applique yang dapat dipasangi armor pasif tambahan atau Explosive Reactive Armor (ERA).
ERA terdiri dari 96 ubin yang dipasang di sisi bodi, turret, dan depan, mampu meningkatkan perlindungan terhadap berbagai amunisi anti-lapis baja. Termasuk Rocket Propelled Grenades (RPG) yang diluncurkan di bahu.
Ranpur Bradley dirancang sebagai kendaraan personel lapis baja ringan untuk bergerak cepat. Dengan bobot standar 24,9 ton, Bradley didukung mesin diesel 500 tenaga kuda, supercharged, delapan silinder, dan berpendingin cairan.
Kemampuan ini memberikan tenaga yang cukup untuk bersaing dengan kendaraan lapis baja lainnya seperti tank M1 Abrams. Dengan rasio power-to-weight 20 tenaga kuda per ton, Bradley dapat mencapai kecepatan tertinggi 40 mil/jam atau 64,4 km/jam di jalan beraspal. Sebagai perbandingan, tank M1 Abrams ditenagai oleh mesin turbin 1.500 tenaga kuda melaju dengan kecepatan 30 mil/jam atau 48,3 km/jam.
Bradley dirancang untuk melintasi segala medan, termasuk di dalam air, dengan beralih ke mode amfibi dalam lima menit. Varian Bradley terbaru, M2A3 dan M3A3, memiliki ponton tiup di bagian depan dan samping untuk mendorong melewati air dengan kecepatan tertinggi sekitar 4 mil/jam atau 6,4 km/jam.
Jadi Bradley bukan tank, karena fungsi utamanya mengangkut dan memberikan perlindungan personel infanteri. Berbeda dengan tank tempur utama (main battle tank) yang dirancang punya fungsi destruktif, seperti menghancurkan tank musuh atau target potensial lainnya.
Berikut 5 fakta unik tentang kendaraan tempur (Ranpur) Bradley yang sering dikira tank, dirangkum SINDOnews dari laman Military, Reuters, dan New York Times, Jumat (21/7/2023).
1. Peran yang Istimewa
Bradley hadir untuk menjembatani kekosongan peran antara tank konvensional dan ranpur pengangkut personel di medan perang. Tank dirancang untuk menghancurkan target musuh, namun tidak bisa membawa banyak personel infanteri.
Sedangkan ranpur pengangkut personel, tidak mempunyai daya gempur sehebat tank meskipun mampu memobilisasi banyak pasukan infanteri. Nah, Bradley hadir sebagai ranpur pengangkut personel dengan kemampuan memberikan tembakan setara dengan tank.
Untuk itu, Bradley dibekali senjata mematikan meriam kecil 25 milimeter yang sering membuatnya dikira tank. Padahal tank tempur utama menggunakan meriam besar 120 milimeter dan tank tempur ringan memakai meriam 105 milimeter.
2. Dibekali Rudal Pembunuh Tank
Ranpur lapis baja Bradley dibekali senjata mematikan yang mampu menghancurkan tank musuh, yaitu rudal anti-tank TOW. Rudal anti-tank TOW atau Tube-launched, Optically tracked, Wire-guided dipasangan di turret (menara) komando bersama dengan meriam dan senapan mesin.
Rudal anti-tank TOW ditembakkan dari tabung peluncur, melacak target menggunakan optik, dan dipandu secara nirkabel. Rudal yang digunakan biasanya BGM-71 TOW yang dapat melaju 300 meter/detik dengan jangkauan 3.750 meter.
Senjata yang dikenal sebagai pembunuh tank ini awalnya dirancang oleh Hughes Aircraft pada 1960-an dan sekarang diproduksi oleh Raytheon. Rudal BGM-71 TOW berukuran panjang antara 1,1 hingga 1,5 meter, diameter 152 mm, dan rentang sayap 0,46 meter.
3. Ada 2 Varian Bradley
Ranpur Bradley dirancang untuk mengangkut personel infanteri atau pengintai dengan perlindungan lapis baja. Bradley juga diberikan kemampuan memberikan tembakan perlindungan untuk menekan pasukan dan kendaraan lapis baja musuh.
Untuk itu, selaku pengembang Bradley FMC Corporation dan BAE Systems Land & Armaments, sebelumnya United Defense, menghadirkan sejumlah varian. Paling banyak dikenal adalah M2 Bradley dan M3 Bradley untuk melakukan tugas tambahan sebagai kendaraan pengintai.
M2 Bradley menampung tiga awak, terdiri dari seorang komandan, penembak, dan pengemudi. M2 Bradley mampu membawa enam personel tentara bersenjata lengkap. Sedangkan M3 Bradley untuk misi pengintaian membawa dua pasukan pengintai selain tiga awak reguler, dengan ruang untuk rudal BGM-71 TOW tambahan.
4. Armor Lapis Baja Anti-RPG
Ranpur Bradley memiliki pelindung atau armor lapis baja untuk menahan gempuran peluru 14,5 mm di bagian depan dan turret. Armor lapis baja seluruh bagian bodi mampu menahan peluru 7,62 mm hingga 12,7 mm dan serpihan artileri.
Armor pada lambung dan menara Bradley dibuat dari aluminium yang dilas dan dilengkapi di lokasi kritis dengan pelindung laminasi. Selain itu, Bradley memiliki armor baja applique yang dapat dipasangi armor pasif tambahan atau Explosive Reactive Armor (ERA).
ERA terdiri dari 96 ubin yang dipasang di sisi bodi, turret, dan depan, mampu meningkatkan perlindungan terhadap berbagai amunisi anti-lapis baja. Termasuk Rocket Propelled Grenades (RPG) yang diluncurkan di bahu.
5. Mampu Bergerak Cepat dan Amfibi
Ranpur Bradley dirancang sebagai kendaraan personel lapis baja ringan untuk bergerak cepat. Dengan bobot standar 24,9 ton, Bradley didukung mesin diesel 500 tenaga kuda, supercharged, delapan silinder, dan berpendingin cairan.
Kemampuan ini memberikan tenaga yang cukup untuk bersaing dengan kendaraan lapis baja lainnya seperti tank M1 Abrams. Dengan rasio power-to-weight 20 tenaga kuda per ton, Bradley dapat mencapai kecepatan tertinggi 40 mil/jam atau 64,4 km/jam di jalan beraspal. Sebagai perbandingan, tank M1 Abrams ditenagai oleh mesin turbin 1.500 tenaga kuda melaju dengan kecepatan 30 mil/jam atau 48,3 km/jam.
Bradley dirancang untuk melintasi segala medan, termasuk di dalam air, dengan beralih ke mode amfibi dalam lima menit. Varian Bradley terbaru, M2A3 dan M3A3, memiliki ponton tiup di bagian depan dan samping untuk mendorong melewati air dengan kecepatan tertinggi sekitar 4 mil/jam atau 6,4 km/jam.
(wib)