Temuan Baru, Ilmuwan Ungkap Bakteri Pendeteksi Tumor di DNA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para peneliti berhasil mengungkap sebuah temuan baru, bakteri pendeteksi tumor di DNA. Penemuan bakteri sebagai sensor biologis di tubuh makhluk hidup ini dimulai sejak empat tahun lalu. Pembuktiannya dilakukan melalui pemberian sejumlah bakteri dalam usus tikus.
Bakteri yang punya sifat biosensorik ini merespons keberadaan tumor , kanker, dan berbagai biang penyakit infeksi lainnya.
Manfaat bakteri pada penelitian medis sebelumnya sangat banyak. Namun, kali ini pertama kalinya bakteri digunakan untuk mengidentifikasi DNA secara spesifik. Bakteri ini juga mengenali mutasi di luar sel.
Melalui teknologi yang dikembangkan oleh University of California, San Diego bernama CATCH (Cellular Assay for Targeted CRISPR), pengujian sel telah dijelaskan dalam jurnal Science.
Salah satu peneliti, Rob Cooper menjelaskan, sebagian besar bakteri mempunyai kemampuan alami untuk mengenali DNA dari lingkungan sekitar. "Kemampuan bakteri Acinetobacter baylyi inilah yang kita pakai untuk mendeteksi kanker," kata Cooper dilansir dari Indian Express, Senin (14/8/2023).
Acinetobacter baylyi diteliti dengan teknologi CRISPR untuk mendeteksi transfer mutasi gen DNA KRAS yang banyak mempengaruhi pertumbuhan sel kanker usus.
Jenis sel ini terkenal resisten terhadap jenis obat antibiotik tertentu. Para peneliti kemudian menemukan bahwa jika bakteri juga menjadi resisten terhadap obat, maka disitulah letak sumber kanker berada.
"Awalnya kita belum yakin jika bakteri mampu menjadi sensor kanker untuk DNA mamalia. Dalam perkembangannya, lesi pra-kanker dan kanker pencernaan bereaksi terhadap kehadiran bakteri. Hal ini pun menjadi sebuah temuan yang sangat menarik," kata salah satu peneliti sekaligus profesor UC San Diego School of Biological Sciences and Jacobs School of Engineering, Jeff Hasty.
DNA tumor dikenal cepat menyebar ke organ tubuh makhluk hidup. Jenis DNA ini dianalisa sulit terdekteksi. Melalui teknologi CATCH, DNA yang dites bersifat mengambang dan dipadukan dengan hasil lab DNA pra kanker pada manusia.
Bakteri yang punya sifat biosensorik ini merespons keberadaan tumor , kanker, dan berbagai biang penyakit infeksi lainnya.
Manfaat bakteri pada penelitian medis sebelumnya sangat banyak. Namun, kali ini pertama kalinya bakteri digunakan untuk mengidentifikasi DNA secara spesifik. Bakteri ini juga mengenali mutasi di luar sel.
Melalui teknologi yang dikembangkan oleh University of California, San Diego bernama CATCH (Cellular Assay for Targeted CRISPR), pengujian sel telah dijelaskan dalam jurnal Science.
Salah satu peneliti, Rob Cooper menjelaskan, sebagian besar bakteri mempunyai kemampuan alami untuk mengenali DNA dari lingkungan sekitar. "Kemampuan bakteri Acinetobacter baylyi inilah yang kita pakai untuk mendeteksi kanker," kata Cooper dilansir dari Indian Express, Senin (14/8/2023).
Acinetobacter baylyi diteliti dengan teknologi CRISPR untuk mendeteksi transfer mutasi gen DNA KRAS yang banyak mempengaruhi pertumbuhan sel kanker usus.
Jenis sel ini terkenal resisten terhadap jenis obat antibiotik tertentu. Para peneliti kemudian menemukan bahwa jika bakteri juga menjadi resisten terhadap obat, maka disitulah letak sumber kanker berada.
"Awalnya kita belum yakin jika bakteri mampu menjadi sensor kanker untuk DNA mamalia. Dalam perkembangannya, lesi pra-kanker dan kanker pencernaan bereaksi terhadap kehadiran bakteri. Hal ini pun menjadi sebuah temuan yang sangat menarik," kata salah satu peneliti sekaligus profesor UC San Diego School of Biological Sciences and Jacobs School of Engineering, Jeff Hasty.
DNA tumor dikenal cepat menyebar ke organ tubuh makhluk hidup. Jenis DNA ini dianalisa sulit terdekteksi. Melalui teknologi CATCH, DNA yang dites bersifat mengambang dan dipadukan dengan hasil lab DNA pra kanker pada manusia.
(msf)