Pro Kontra Bentuk Bumi, Teori Terkini Bumi Itu Penyok

Selasa, 15 Agustus 2023 - 10:02 WIB
loading...
Pro Kontra Bentuk Bumi,...
Bentuk bumi yang dinamis akibat tarikan gravitasi. Foto: International Centre for Global Earth Models/Wikimedia, CC BY 4.0
A A A
JAKARTA - Pro dan kontra bentuk bumi bulat atau datar terjadi di antara berbagai kalangan. Tim bumi bulat dan tim bumi rata punya teori tersendiri, faktanya bentuk bumi dinamis bahkan bentuk bumi ada yang penyok.

Bentuk bumi yang dinamis tadi akibat tarikan gravitasi. Dari sisi geologi, tarikan gravitasi antarbenda di muka bumi membuat kepadatan dataran bumi bervariasi. Lantaran daya gravitasi menarik massa dengan tingkat kekuatan yang berbeda secara halus.

Gambaran ini kemudian divisualisasikan ke dalam peta bergelombang yang dikenal sebagai geoid. Jauh di bawah Samudra Hindia, tarikan itu melemah hingga sangat rendah, meninggalkan apa yang dianggap sebagai 'lubang' gravitasi masif berukuran kira-kira 3 juta kilometer persegi.

Akibatnya, dasar laut tenggelam makin ke dalam pusaran besar. Salah satu anomali gravitasi di Bumi dibuktikan melalui survei berbasis data kapal dan pengukuran satelit. Cara ini telah lama mengungkapkan bahwa permukaan laut di ujung anak benua turun karena tarik-menarik gravitasi antara geoid Samudra Hindia.



Apa yang menyebabkan tarik menarik dua kekuatan kutub ini belum pernah terungkap secara jelas. Dua peneliti dari Indian Institute of Science berpikir mereka memiliki gagasan yang lebih baik tentang jenis fenomena planet yang mungkin terlibat.

Ahli geosains Debanjan Pal dan Attreyee Ghosh menjelaskan dalam makalah terbitan mereka yang telah dipublikasikan di Geophysical Research Letters. Mereka berpikir jawabannya terletak lebih dari 1.000 kilometer (621 mil) di bawah kerak bumi, di mana sisa-sisa laut purba yang dingin dan padat jatuh ke dalam 'kuburan lempengan' di bawah Afrika sekitar 30 juta tahun yang lalu. Komponen ini mengaduk batuan cair yang panas.

Dilansir dari New Scientist, Selasa (15/8/2023), hasil penelitian ini belum dibuktikan dengan model komputer. Sehingga belum menyelesaikan perdebatan sengit tentang asal usul geoid – setidaknya sampai lebih banyak data dikumpulkan. Pada tahun 2018, sejumlah ilmuwan dari Pusat Penelitian Kutub dan Lautan Nasional India mulai menyebarkan serangkaian seismometer di sepanjang dasar laut zona deformasi, untuk memetakan area tersebut.

Berada jauh di lepas pantai, hanya sedikit data seismik yang telah dikumpulkan di area tersebut sebelumnya. Hasil survei itu menunjukkan adanya semburan panas dari batuan cair yang muncul di bawah Samudera Hindia dan entah bagaimana berkontribusi pada penyok yang besar.

Tapi ada pandangan visioner untuk merekonstruksi geoid pada fase awalnya. Jadi Pal dan Ghosh menelusuri kembali pembentukan geoid masif dengan memodelkan bagaimana lempeng tektonik meluncur di atas mantel Bumi yang panas dan lengket selama 140 juta tahun terakhir.



Saat itu, lempeng tektonik India baru saja mulai melepaskan diri dari benua super, Gondwana, untuk memulai perjalanannya ke utara. Saat lempeng India maju, dasar laut samudra purba yang disebut Laut Tethys tenggelam ke dalam mantel Bumi, dan Samudra Hindia terbuka di belakangnya.

Pal dan Ghosh menjalankan simulasi menggunakan lebih dari selusin model komputer gerakan lempeng dan gerakan mantel, membandingkan bentuk rendah samudera yang diprediksi model tersebut dengan pengamatan penyok itu sendiri. Model-model yang mereproduksi geoid rendah Samudra Hindia dalam bentuknya saat ini semuanya memiliki satu kesamaan: semburan magma panas dan berkepadatan rendah yang melayang di bawahnya.

Selain struktur mantel, ada yang membuat geoid menjadi rendah; jika ada kompomen yang naik cukup tinggi. Mengingat hasil mereka konsisten dengan elemen pekerjaan pemodelan Ghosh sebelumnya dari 2017, duo ini menyarankan gumpalan tanda didorong ke atas setelah dasar laut Tethys tenggelam ke dalam mantel bawah, mengganggu 'gumpalan Afrika' yang terkenal.

Namun, beberapa peneliti tidak yakin. Mereka menginformasikan belum ada bukti seismografi yang jelas bahwa gumpalan simulasi sebenarnya ada di bawah Samudra Hindia. Meski data geoid akan segera terungkap, para peneliti merasa tidak perlu terburu-buru menyimpulkan. Lantaran geoid rendah diperkirakan akan bertahan selama jutaan tahun lagi, sehingga kesan bumi penyok masih membekas lama.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1822 seconds (0.1#10.140)