Dorong Daun Kelor Mendunia, Unej Ciptakan Alat Pengering untuk Petani Madura
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para petani di Desa Pakandangan Sangra, Kecamata Bluto, Sumenep, Madura, mendapat bantuan alat pengering daun kelor dari Universitas Jember (Unej).
Manfaat alat ini sungguh luar biasa lantaran mempercepat proses produksi turunan daun kelor seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang, untuk bersaing di pasar global.
Dengan alat ciptaan Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Reseach Grub Universitas Jember (Unej) ini pula kandungan nutrisi daun kelor tidak hilang saat proses produksi.
Kelebihan alat ini adalah tidak bergantung sinar matahari. Selain itu, juga efisien lantaran proses pengeringan lebih cepat dibanding dengan penjemuran biasa menggunakan terik matahari serta daun kelor tidak terkontaminasi kotoran.
"Kapasitas produksi pengeringan mencapai 8 kg per harinya, jika dengan suhu 60⁰C hanya butuh waktu 4 jam, jika diatur suhu 50⁰C hanya butuh waktu 5 jam, tinggal para petani dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan, dan yang terpenting dengan alat pengering ini produk turunan kelor lebih higienis untuk dikonsumsi," ujar Djoko Soedjono, SP., MP., dosen Fakultas Pertanian Unej melalui siaran pers, Senin (4/9/2023).
Dekan Fakultas Peetanian Universitas Jember , Prof Soetriono mengatakan, pihaknya melakukan pendampingan kepara para petani kelor dengan harapan Desa Bluto bisa menjadi pusat riset atau pusat produksi tanaman kelor dan turunannya di Pulau Madura. Produk turunan kelor harus terjaga kebersihan dan harus dijaga kadar nutrisi kelornya. Pasalnya, jika langsung dikeringkan diterik matahari kadar nutrisi kelor bisa berkurang.
"Saya berharap desa ini menjadi destinasi riset bagi para ilmuan yang membidanginya, dan menjadi destinasi edukasi masyarakat yang ada di Pulau Madura. Jika mau belajar tentang budidaya tanaman kelor ataupun produksi beserta turunannya dapat belajar langsung ke desa ini," kata Soetriono.
Sebelumnya Fakultas Pertani Universitas Jember juga telah menghibahkan alat penyuling daun kelor pada 22 Januari 2023 lalu.
Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Ahmad Nurdi, mengatakan, hibah alat ini sangat bermanfaat. Sebab, petani selama ini sangat kesulitan memproduksi produk-produk turunan kelor saat musim hujan.
"Alat ini sangat bermanfaat sekali, apalagi kalau musim penghujan. Padahal permintaan produk-produk turunan kelor ini harus tetap dipenuhi. Yang kami produksi sekarang seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang untuk oleh-oleh khas Pulau Madura," katanya.
Menurutnya, budidaya kelor ini harus ditingkatkan, karena masih sangat dibutuhkan oleh pasar dunia. Saat ini suplai kelor terbesar dunia hanya dari Indonesia dan India, itupun hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan. Sehingga potensinya masih terbuka luas.
Ahmad Nurdi juga berharap, ke depan petani dan pengusaha kelor di tempatnya bisa meniru inovasi membuat alat pengeringan kelor ini. Karena dengan dioven hasilnya lebih steril, aman dari debu.
Manfaat alat ini sungguh luar biasa lantaran mempercepat proses produksi turunan daun kelor seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang, untuk bersaing di pasar global.
Dengan alat ciptaan Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Reseach Grub Universitas Jember (Unej) ini pula kandungan nutrisi daun kelor tidak hilang saat proses produksi.
Kelebihan alat ini adalah tidak bergantung sinar matahari. Selain itu, juga efisien lantaran proses pengeringan lebih cepat dibanding dengan penjemuran biasa menggunakan terik matahari serta daun kelor tidak terkontaminasi kotoran.
"Kapasitas produksi pengeringan mencapai 8 kg per harinya, jika dengan suhu 60⁰C hanya butuh waktu 4 jam, jika diatur suhu 50⁰C hanya butuh waktu 5 jam, tinggal para petani dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan, dan yang terpenting dengan alat pengering ini produk turunan kelor lebih higienis untuk dikonsumsi," ujar Djoko Soedjono, SP., MP., dosen Fakultas Pertanian Unej melalui siaran pers, Senin (4/9/2023).
Dekan Fakultas Peetanian Universitas Jember , Prof Soetriono mengatakan, pihaknya melakukan pendampingan kepara para petani kelor dengan harapan Desa Bluto bisa menjadi pusat riset atau pusat produksi tanaman kelor dan turunannya di Pulau Madura. Produk turunan kelor harus terjaga kebersihan dan harus dijaga kadar nutrisi kelornya. Pasalnya, jika langsung dikeringkan diterik matahari kadar nutrisi kelor bisa berkurang.
"Saya berharap desa ini menjadi destinasi riset bagi para ilmuan yang membidanginya, dan menjadi destinasi edukasi masyarakat yang ada di Pulau Madura. Jika mau belajar tentang budidaya tanaman kelor ataupun produksi beserta turunannya dapat belajar langsung ke desa ini," kata Soetriono.
Sebelumnya Fakultas Pertani Universitas Jember juga telah menghibahkan alat penyuling daun kelor pada 22 Januari 2023 lalu.
Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Ahmad Nurdi, mengatakan, hibah alat ini sangat bermanfaat. Sebab, petani selama ini sangat kesulitan memproduksi produk-produk turunan kelor saat musim hujan.
"Alat ini sangat bermanfaat sekali, apalagi kalau musim penghujan. Padahal permintaan produk-produk turunan kelor ini harus tetap dipenuhi. Yang kami produksi sekarang seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang untuk oleh-oleh khas Pulau Madura," katanya.
Menurutnya, budidaya kelor ini harus ditingkatkan, karena masih sangat dibutuhkan oleh pasar dunia. Saat ini suplai kelor terbesar dunia hanya dari Indonesia dan India, itupun hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan. Sehingga potensinya masih terbuka luas.
Ahmad Nurdi juga berharap, ke depan petani dan pengusaha kelor di tempatnya bisa meniru inovasi membuat alat pengeringan kelor ini. Karena dengan dioven hasilnya lebih steril, aman dari debu.
(msf)