Lubang Ozon di Atas Antartika Terbuka 16 Juta Km Persegi, Dampaknya Bikin Khawatir
loading...
A
A
A
FLORIDA - Lubang ozon di atas Antartika telah terbuka secara luar biasa pada awal tahun ini dan luasnya mencapai 16 Juta Kilometer persegi. Kondisi ini akan terus tumbuh hingga sekitar akhir September sehingga kondisi di Antartika mulai menghangat saat memasuki periode musim semi.
Data baru yang dirilis oleh badan pemantau lingkungan Eropa, Copernicus, menunjukkan konsentrasi ozon di atas Antartika turun sangat rendah pada awal Juli. Kerusakan lapisan ozon ini terjadi secara cepat sekitar belasan kali dalam 43 tahun sejak pengukuran ilmiah dimulai.
Data menunjukkan luasnya lubang ozon pada Agustus 2023 menempati urutan ke-10 terbesar yang pernah tercatat. Saat ini, lubang tersebut berukuran lebih dari 6 juta mil persegi atau 16 juta kilometer persegi.
“Lubang tersebut akan tertutup setidaknya hingga akhir November, namun kemungkinan akan bertahan lebih lama,” laporan Copernicus dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (5/9/2023).
Para ilmuwan berpendapat kondisi ini terjadi akibat letusan gunung berapi Hunga Tonga yang dahsyat dan menimbulkan gelombang kejutan di seluruh dunia pada Januari 2022. Letusan gunung berapi Hunga Tonga menyuntikan air dalam jumlah besar ke stratosfer sehingga merusak lapisan ozon.
Para ahli ozon memperkirakan awal tahun ini letusan tersebut, menyuntikkan 50 juta ton atau 45 juta metrik ton uap air ke atmosfer bumi. Dampaknya konsentrasi uap air di stratosfer, lapisan atmosfer bumi terendah kedua tempat lapisan ozon berada, meningkat sebesar 10%.
“Pendinginan signifikan di stratosfer, merupakan berita buruk bagi tingkat ozon,” kata Paul Newman, kepala ilmu atmosfer di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA kepada live Science.
Pendinginan stratosfer akibat peningkatan konsentrasi uap air di stratosfer menyebabkan lebih sering terjadi pembentukan awan stratosfer kutub. Para ilmuwan percaya bahwa awan stratosfer yang warna-warni pada ketinggian antara 15 hingga 25 kilometer membentuk zat kimia perusak ozon (ODS).
Zat-zat seperti klorofluorokarbon dan hidrofluorokarbon membutuhkan waktu puluhan tahun mengurainya dan konsentrasi di atmosfer masih tinggi. Selain itu, para ilmuwan berpendapat perubahan iklim yang terus berlanjut semakin berkontribusi terhadap penipisan ozon.
Lubang yang sangat besar ini merupakan berita buruk bagi Antartika, yang sudah merasakan tekanan akibat pemanasan suhu. Karena lapisan ozon melindungi Antartika dari radiasi UV matahari, lubang tersebut bisa berarti benua dan laut di sekitarnya terkena lebih banyak panas.
“Semakin banyak radiasi UV yang mencapai Antartika dan Samudra Selatan, berarti semakin banyak energi yang tersedia untuk mencairkan es. Ada risiko bahwa Samudra Selatan akan semakin memanas dan secara tidak langsung mencairkan lebih banyak es karena air di sekitar es tersebut lebih hangat,” kata Dr Martin Jucker, dosen di Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Universitas New South Wales, kepada The Guardian.
Data baru yang dirilis oleh badan pemantau lingkungan Eropa, Copernicus, menunjukkan konsentrasi ozon di atas Antartika turun sangat rendah pada awal Juli. Kerusakan lapisan ozon ini terjadi secara cepat sekitar belasan kali dalam 43 tahun sejak pengukuran ilmiah dimulai.
Data menunjukkan luasnya lubang ozon pada Agustus 2023 menempati urutan ke-10 terbesar yang pernah tercatat. Saat ini, lubang tersebut berukuran lebih dari 6 juta mil persegi atau 16 juta kilometer persegi.
“Lubang tersebut akan tertutup setidaknya hingga akhir November, namun kemungkinan akan bertahan lebih lama,” laporan Copernicus dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Selasa (5/9/2023).
Para ilmuwan berpendapat kondisi ini terjadi akibat letusan gunung berapi Hunga Tonga yang dahsyat dan menimbulkan gelombang kejutan di seluruh dunia pada Januari 2022. Letusan gunung berapi Hunga Tonga menyuntikan air dalam jumlah besar ke stratosfer sehingga merusak lapisan ozon.
Para ahli ozon memperkirakan awal tahun ini letusan tersebut, menyuntikkan 50 juta ton atau 45 juta metrik ton uap air ke atmosfer bumi. Dampaknya konsentrasi uap air di stratosfer, lapisan atmosfer bumi terendah kedua tempat lapisan ozon berada, meningkat sebesar 10%.
“Pendinginan signifikan di stratosfer, merupakan berita buruk bagi tingkat ozon,” kata Paul Newman, kepala ilmu atmosfer di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA kepada live Science.
Pendinginan stratosfer akibat peningkatan konsentrasi uap air di stratosfer menyebabkan lebih sering terjadi pembentukan awan stratosfer kutub. Para ilmuwan percaya bahwa awan stratosfer yang warna-warni pada ketinggian antara 15 hingga 25 kilometer membentuk zat kimia perusak ozon (ODS).
Zat-zat seperti klorofluorokarbon dan hidrofluorokarbon membutuhkan waktu puluhan tahun mengurainya dan konsentrasi di atmosfer masih tinggi. Selain itu, para ilmuwan berpendapat perubahan iklim yang terus berlanjut semakin berkontribusi terhadap penipisan ozon.
Lubang yang sangat besar ini merupakan berita buruk bagi Antartika, yang sudah merasakan tekanan akibat pemanasan suhu. Karena lapisan ozon melindungi Antartika dari radiasi UV matahari, lubang tersebut bisa berarti benua dan laut di sekitarnya terkena lebih banyak panas.
“Semakin banyak radiasi UV yang mencapai Antartika dan Samudra Selatan, berarti semakin banyak energi yang tersedia untuk mencairkan es. Ada risiko bahwa Samudra Selatan akan semakin memanas dan secara tidak langsung mencairkan lebih banyak es karena air di sekitar es tersebut lebih hangat,” kata Dr Martin Jucker, dosen di Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Universitas New South Wales, kepada The Guardian.
(wib)