Penerbangan ke Luar Angkasa Ternyata Jadikan Lapisan Ozon Cepat Menipis
loading...
A
A
A
NEW YORK - Perusahaan penerbangan luar angaksa SpaceX , Virgin Galactic, dan Space Adventures ingin membuat pariwisata luar angkasa tersedia untuk masyarakat umum. Uniknya banyak orang yang tertarik. Namun apakah terdampak terhadap lingkungan bumi?
Professor ilmu geografi fisik di Universitas College London, Eloise Marais mengatakan, satu kali penerbangan roket luar angkasa menghasilkan maksimal 3 ton karbon dioksida per penumpang.
Sementara satu roket untuk empat penumpang menimbulkan 300 ton CO2. Melansir Futurism, kerosin dan metana roket mampu membakar dan merusak lapisan ozon.
Saat ini, peluncuran roket masih dalam hitungan minimal. Tahun lalu, 114 roket mencapai orbit, kondisi yang kontras dibanding dunia penerbangan yang mencapai lebih kurang 100.000 penerbangan per hari. Namun tetap saja, terjadi kenaikan jumlah peluncuran roket yang signifikan, dan diperkirakan angkanya meningkat di tahun-tahun mendatang. Yang menjadi kekhawatiran adalah, roket-roket tersebut mengeluarkan CO2, klorin dan zat kimia lain yang menemari langsung atmosfir hingga 2 atau 3 tahun mendatang.
"Kita belum mengetahui efek penuh bahan bakar roket terhadap atmosfer dan lingkungan, karena para peneliti baru saja mulai mempelajari topik tersebut," katanya dikutip dari Mashable.
Kendati demikian, di tengah krisis iklim yang terjadi saat ini di Bumi, mengirim miliarder ke luar angkasa dengan roket bukanlah keputusan yang ramah lingkungan. Pasalnya, roket yang terbakar melalui sejumlah besar propelan untuk lepas landas dan mendarat. Baik itu minyak tanah di roket Falcon 9 SpaceX, metana di Starship, atau hidrogen cair di Sistem Peluncuran Luar Angkasa (SLS) baru NASA, yang membakar material itu dan berdampak pada atmosfer bumi.
Tidak peduli bahan bakar apa yang digunakan, semua peluncuran memancarkan banyak panas yang mengaduk nitrogen di atmosfer untuk menciptakan oksida nitrogen yang mengganggu.
"Tergantung di mana mereka dilepaskan di ketinggian, oksida nitrogen itu dapat berkontribusi pada pembentukan ozon atau penipisan ozon ," jelasnya.
Professor ilmu geografi fisik di Universitas College London, Eloise Marais mengatakan, satu kali penerbangan roket luar angkasa menghasilkan maksimal 3 ton karbon dioksida per penumpang.
Sementara satu roket untuk empat penumpang menimbulkan 300 ton CO2. Melansir Futurism, kerosin dan metana roket mampu membakar dan merusak lapisan ozon.
Saat ini, peluncuran roket masih dalam hitungan minimal. Tahun lalu, 114 roket mencapai orbit, kondisi yang kontras dibanding dunia penerbangan yang mencapai lebih kurang 100.000 penerbangan per hari. Namun tetap saja, terjadi kenaikan jumlah peluncuran roket yang signifikan, dan diperkirakan angkanya meningkat di tahun-tahun mendatang. Yang menjadi kekhawatiran adalah, roket-roket tersebut mengeluarkan CO2, klorin dan zat kimia lain yang menemari langsung atmosfir hingga 2 atau 3 tahun mendatang.
"Kita belum mengetahui efek penuh bahan bakar roket terhadap atmosfer dan lingkungan, karena para peneliti baru saja mulai mempelajari topik tersebut," katanya dikutip dari Mashable.
Kendati demikian, di tengah krisis iklim yang terjadi saat ini di Bumi, mengirim miliarder ke luar angkasa dengan roket bukanlah keputusan yang ramah lingkungan. Pasalnya, roket yang terbakar melalui sejumlah besar propelan untuk lepas landas dan mendarat. Baik itu minyak tanah di roket Falcon 9 SpaceX, metana di Starship, atau hidrogen cair di Sistem Peluncuran Luar Angkasa (SLS) baru NASA, yang membakar material itu dan berdampak pada atmosfer bumi.
Tidak peduli bahan bakar apa yang digunakan, semua peluncuran memancarkan banyak panas yang mengaduk nitrogen di atmosfer untuk menciptakan oksida nitrogen yang mengganggu.
"Tergantung di mana mereka dilepaskan di ketinggian, oksida nitrogen itu dapat berkontribusi pada pembentukan ozon atau penipisan ozon ," jelasnya.
(wbs)