Otak Kanan Seniman VS Otak Kiri Ilmuwan, Mitos atau Fakta?

Sabtu, 30 September 2023 - 06:30 WIB
loading...
Otak Kanan Seniman VS Otak Kiri Ilmuwan, Mitos atau Fakta?
Meski ada bagian-bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi tertentu, otak bekerja sebagai sebuah kesatuan. Foto: Adobe Stock
A A A
JAKARTA - Banyak anggapan jika kepribadian , gaya berpikir, serta cara kita melakukan sesuatu dipengaruhi oleh bagian sisi otak yang dominan. Misalnya, ketika orang yang dominan menggunakan otak kiri cenderung kuat di logika. Sebaliknya, orang yang dominan menggunakan otak kanan cenderung kreatif atau berbakat di bidang seni.

Asalnya dari Prancis

Pemahaman tersebut ternyata berasal dari penelitian ilmuwan Prancis, Pierre Paul Broca, yang pertama kali mengidentifikasi bahwa kemampuan berbicara berhubungan dengan bagian otak depan kiri.

Artinya, jika area tersebut mengalami kerusakan, individu dapat mengalami kesulitan berkomunikasi atau bahkan mengalami stroke ringan.

Selain itu, Broca juga mencatat bahwa memutus jembatan otak (corpus callosum), yang menghubungkan otak kanan dan kiri, dapat mengurangi kejang pada penderita epilepsi.

Meski demikian, dr. Roslan Yusni Hasan, Pakar Neurosains dari Indonesia, mengungkapkan bahwa persepsi ini adalah kesalahpahaman masyarakat. Menurutnya, penelitian Broca telah memberikan manfaat besar, terutama bagi penderita epilepsi. “Namun, pandangan mengenai perbedaan dominasi otak perlu disesuaikan,” beber Ryu Hasan, sapaan akrabnya.

Penelitian lain yang dilakukan Dr. Jeffrey Anderson dari Universitas Utah pada tahun 2013 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dominasi otak yang signifikan. Sementara

Stephen M. Kosslyn dari Harvard juga menyatakan bahwa meskipun ada perbedaan dalam fungsi otak, kedua bagian otak bekerja sama dalam memproses detail dan bentuk.

Pendiri dan CEO Zenius Sabda PS menyebut, meskipun ada bagian-bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi tertentu, otak bekerja sebagai sebuah kesatuan.

“Sebagai contoh, seorang pelukis menggunakan otak kanan untuk memproses warna dan bentuk, namun otak kiri juga diperlukan untuk menggerakkan tangan dan berkoordinasi dengan kuas di atas kanvas,” ungkapnya.

Keterbatasan pandangan ini dapat mencegah seseorang dari eksplorasi berbagai keterampilan baru. Sebagai contoh, seseorang yang dianggap sebagai “otak kanan” mungkin enggan mempelajari matematika atau logika karena merasa bahwa hal tersebut lebih sesuai untuk otak kiri mereka.



“Akibatnya, mitos ini juga dapat memengaruhi keputusan pendidikan seseorang, seperti menghindari mata pelajaran tertentu hanya karena dianggap tidak sesuai dengan tipe otak mereka,” ungkapnya.

Padahal, menurut Sabda, setiap orang harus memiliki growth mindset. ”Harus senantiasa berpikir jika otak sangat plastis, fleksibel. IQ bisa ditingkatkan, karakter bisa dibangun, kebiasaan bisa diperbaiki. dan segala kemampuan seperti kreativitas, seni, logika, matematika, bisa dilatih dan dipelajari. Lebih baik kita fokus pada growth mindset dari pada terperangkap dengan stereotip otak kanan dan otak kiri,”beberSabda.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1716 seconds (0.1#10.140)