Fenomena Hari Tanpa Bayangan Melanda Indonesia, Waspada Panas Menyengat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami fenomena hari tanpa bayangan pada Senin (9/10/2023). Walhasil, cuaca panas diprediksi akan melanda lantaran posisi matahari tepat berada di atas kepala.
Fenomena hari tanpa bayangan, menurut Badan Meterologi dan Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terjadi dua kali dalam setahun, karena posisi Indonesia berada di garis khatulistiwa.
Hanya saja setiap kota fenomena terjadinya matahari di atas kepala akan berbeda-beda.
"Kulminasi utama terjadi saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut," tulis BMKG.
Pada posisi kulminasi utama, Matahari akan tepat berada di atas kepala atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak terlihat menghilang sekitar 30 detik sesudah dan sebelum waktu puncak di masing-masing. Kulminasi berdampak pada kondisi suhu udara yang lebih panas dari biasanya.
"Kulminasi utama terjadi saat kedudukan Matahari tepat di atas kepala kita. Pada saat itu sudut datang sinar matahari akan tegak lurus dengan permukaan bumi, sehingga energi sinar Matahari akan terkonsentrasi pada area yang sempit," tulis BMKG.
"Hal ini menyebabkan permukaan bumi menerima energi yang lebih besar, sehingga kondisi suhu udara lebih panas dari biasanya."
Kendati demikian, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan fenomena ini tak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem.
"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar terhadap suhu di suatu wilayah," tutur dia, pekan lalu.
Fenomena hari tanpa bayangan, menurut Badan Meterologi dan Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terjadi dua kali dalam setahun, karena posisi Indonesia berada di garis khatulistiwa.
Hanya saja setiap kota fenomena terjadinya matahari di atas kepala akan berbeda-beda.
"Kulminasi utama terjadi saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut," tulis BMKG.
Pada posisi kulminasi utama, Matahari akan tepat berada di atas kepala atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak terlihat menghilang sekitar 30 detik sesudah dan sebelum waktu puncak di masing-masing. Kulminasi berdampak pada kondisi suhu udara yang lebih panas dari biasanya.
"Kulminasi utama terjadi saat kedudukan Matahari tepat di atas kepala kita. Pada saat itu sudut datang sinar matahari akan tegak lurus dengan permukaan bumi, sehingga energi sinar Matahari akan terkonsentrasi pada area yang sempit," tulis BMKG.
"Hal ini menyebabkan permukaan bumi menerima energi yang lebih besar, sehingga kondisi suhu udara lebih panas dari biasanya."
Kendati demikian, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan fenomena ini tak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem.
"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar terhadap suhu di suatu wilayah," tutur dia, pekan lalu.