China Temukan Material Superlangka di Bumi
loading...
A
A
A
JAKARTA - China berhasil menemukan material superlangka dari dalam bumi yang disebut niobobaotite. Material ini mengandung niobium, barium, titanium, besi, dan klorida. Harganya sangat mahal lantaran memiliki kemampuan superkonduktif, yang sangat cocok untuk bahan baku baterai.
Dilansir dari South China Morning Post, Kamis (12/10/2023), logam niobium yang berwarna abu-abu terang ini digunakan terutama dalam produksi baja. Material ini mampu memperkuat baja tanpa menambah berat secara signifikan.
Royal Society of Chemistry mencatat, niobium juga digunakan dalam pembuatan logam lainnya dan dapat ditemukan dalam akselerator partikel dan peralatan ilmiah canggih karena bersifat superkonduktor pada suhu rendah. Penemuan ini bisa menjadi berkah bagi China, yang saat ini mengimpor 95 persen niobium.
"Tergantung pada volume dan kualitas niobium ini, ini bisa membuat China mandiri," kata Antonio H. Castro Neto, profesor teknik elektro dan komputer di National University of Singapore (NUS).
Brasil adalah pemasok terbesar niobium di dunia, disusul Kanada. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, proyek untuk membuka tambang dan fasilitas pengolahan niobium sedang berlangsung di selatan Nebraska. Proyek Mineral Kritis Elk Creek akan menjadi satu-satunya tambang niobium di Amerika Serikat.
Logam ini juga mungkin akan lebih banyak diminati di masa depan, karena peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan baterai niobium-litium dan niobium-grafin.
Menurut S&P Global, baterai-baterai ini dapat mengurangi risiko kebakaran ketika digunakan bersama dengan lithium. Baterai niobium-litium juga mengisi daya lebih cepat dan dapat diisi ulang lebih sering daripada baterai lithium tradisional.
Para peneliti di Centre for Advanced 2D Materials (CA2DM) di NUS, yang mengembangkan baterai niobium-grafin, mengatakan baterai ini dapat bertahan sekitar 30 tahun, 10 kali lebih lama daripada baterai ion lithium . Juga dapat mengisi daya sepenuhnya dalam waktu kurang dari 10 menit.
Dilansir dari South China Morning Post, Kamis (12/10/2023), logam niobium yang berwarna abu-abu terang ini digunakan terutama dalam produksi baja. Material ini mampu memperkuat baja tanpa menambah berat secara signifikan.
Royal Society of Chemistry mencatat, niobium juga digunakan dalam pembuatan logam lainnya dan dapat ditemukan dalam akselerator partikel dan peralatan ilmiah canggih karena bersifat superkonduktor pada suhu rendah. Penemuan ini bisa menjadi berkah bagi China, yang saat ini mengimpor 95 persen niobium.
"Tergantung pada volume dan kualitas niobium ini, ini bisa membuat China mandiri," kata Antonio H. Castro Neto, profesor teknik elektro dan komputer di National University of Singapore (NUS).
Brasil adalah pemasok terbesar niobium di dunia, disusul Kanada. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, proyek untuk membuka tambang dan fasilitas pengolahan niobium sedang berlangsung di selatan Nebraska. Proyek Mineral Kritis Elk Creek akan menjadi satu-satunya tambang niobium di Amerika Serikat.
Logam ini juga mungkin akan lebih banyak diminati di masa depan, karena peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan baterai niobium-litium dan niobium-grafin.
Menurut S&P Global, baterai-baterai ini dapat mengurangi risiko kebakaran ketika digunakan bersama dengan lithium. Baterai niobium-litium juga mengisi daya lebih cepat dan dapat diisi ulang lebih sering daripada baterai lithium tradisional.
Para peneliti di Centre for Advanced 2D Materials (CA2DM) di NUS, yang mengembangkan baterai niobium-grafin, mengatakan baterai ini dapat bertahan sekitar 30 tahun, 10 kali lebih lama daripada baterai ion lithium . Juga dapat mengisi daya sepenuhnya dalam waktu kurang dari 10 menit.
(msf)