Pesawat Tempur F-15EX Eagle II Terbang Perdana, Boeing Siap Produksi Massal
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Setelah dua tahun penerbangan perdana pesawat model, Boeing melakukan penerbangan awal jet tempur F-15EX Eagle II ketiga. Ini merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat dalam bentuk operasional akhir dan siap diproduksi massal.
Pesawat Eagle II memulai penerbangan perdananya dengan cat primer dan nomor seri kecil (20-0003) pada ekor berpasangannya. Pesawat ini dijadwalkan untuk mendapatkan warna dan lambang terakhirnya sebelum dikirim ke Angkatan Udara AS.
Data yang dikumpulkan saat ini sedang menjalani pengawasan ketat oleh Pusat Uji dan Evaluasi Operasional Angkatan Udara dan Direktur Uji dan Evaluasi Operasional Kantor Menteri Pertahanan. Informasi tersebut akan mempengaruhi fase proyek berikutnya, dinotasikan sebagai fase produksi tingkat penuh.
Menurut Donn Yates, direktur eksekutif Pengembangan Bisnis Pesawat Tempur dan Pelatih Angkatan Udara Boeing, enam F-15EX akan dikirim dalam rentang waktu antara akhir kuartal keempat tahun fiskal 2023 dan kuartal pertama tahun fiskal 2024.
Empat dari pesawat ini akan bergabung dengan EX-1 dan EX-2 di Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida. Duo yang tersisa diperkirakan akan tiba di Kingsley Field di Klamath Falls, Oregon.
Angkatan Udara sedang memodifikasi rencana lain, dengan tujuan untuk membeli hanya 104 pesawat tempur F-15EX, turun dari yang semula 144 unit. Biaya unit per pesawat dari 104 pesawat tersebut akan menjadi USD93,95 juta (Rp1,5 triliun), menandai penurunan 5,24% dari rencana sebelumnya.
Boeing awalnya memperkirakan biaya unit akan mencapai USD80 juta (Rp1,2 triliun) per pesawat. Lonjakan biaya terkait penambahan fitur AN/ALQ-250 Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS). Ini merupakan sebuah sistem peperangan elektronik dan pengawasan yang akan menjadi standar pada pesawat tempur F-15EX.
Pesawat Eagle II memulai penerbangan perdananya dengan cat primer dan nomor seri kecil (20-0003) pada ekor berpasangannya. Pesawat ini dijadwalkan untuk mendapatkan warna dan lambang terakhirnya sebelum dikirim ke Angkatan Udara AS.
Data yang dikumpulkan saat ini sedang menjalani pengawasan ketat oleh Pusat Uji dan Evaluasi Operasional Angkatan Udara dan Direktur Uji dan Evaluasi Operasional Kantor Menteri Pertahanan. Informasi tersebut akan mempengaruhi fase proyek berikutnya, dinotasikan sebagai fase produksi tingkat penuh.
Menurut Donn Yates, direktur eksekutif Pengembangan Bisnis Pesawat Tempur dan Pelatih Angkatan Udara Boeing, enam F-15EX akan dikirim dalam rentang waktu antara akhir kuartal keempat tahun fiskal 2023 dan kuartal pertama tahun fiskal 2024.
Empat dari pesawat ini akan bergabung dengan EX-1 dan EX-2 di Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida. Duo yang tersisa diperkirakan akan tiba di Kingsley Field di Klamath Falls, Oregon.
Angkatan Udara sedang memodifikasi rencana lain, dengan tujuan untuk membeli hanya 104 pesawat tempur F-15EX, turun dari yang semula 144 unit. Biaya unit per pesawat dari 104 pesawat tersebut akan menjadi USD93,95 juta (Rp1,5 triliun), menandai penurunan 5,24% dari rencana sebelumnya.
Boeing awalnya memperkirakan biaya unit akan mencapai USD80 juta (Rp1,2 triliun) per pesawat. Lonjakan biaya terkait penambahan fitur AN/ALQ-250 Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS). Ini merupakan sebuah sistem peperangan elektronik dan pengawasan yang akan menjadi standar pada pesawat tempur F-15EX.
Baca Juga