Media AS Bahas Potensi Serangan Bom Nuklir B61-13 ke Rusia, Ini Dampak Mengerikan yang Terjadi
loading...
A
A
A
NEW YORK - Militer Amerika Serikat (AS) secara resmi mengumumkan pengembangan bom nuklir baru yang lebih canggih B61-13 berkekuatan maksimum 350 kiloton pada 27 Oktober 2023. Media AS pun membahas potensi serangan bom nuklir itu Rusia dan dampak mengerikan yang ditimbulkan.
Dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan oleh Newsweek, outlet media yang berbasis di New York, menjelaskan secara rinci bom nuklir taktis B61-13 memiliki kapasitas untuk melenyapkan lebih dari 310.000 penduduk Moskow, ibu kota Rusia . Semua bisa dilakukan melalui serangan jarak jauh dalam serangan tunggal dari jet tempur generasi kelima F-35.
Lebih jauh lagi, jika senjata nuklir diarahkan ke pusat kota St. Petersburg yang berpenduduk lebih padat, laporan tersebut memproyeksikan jumlah korban jiwa berpotensi melebihi 360.000 orang. Bahkan laporan ini menjelaskan cakupan dampak destruktif sangatlah luas.
Area dalam radius setengah mil dari titik ledakan bom akan terbakar oleh bola api yang sangat besar. Sementara yang berada dalam jarak dua mil dari ledakan kemungkinan besar akan musnah dalam waktu satu bulan karena paparan radiasi yang parah.
Selain itu, laporan tersebut menunjukkan bahwa 15% dari populasi yang bertahan hidup akan berisiko tertular kanker mematikan. Lebih banyak lagi yang menderita luka bakar yang melemahkan.
“Di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan NATO sejak awal tahun 2022, media semakin sering memberitakan potensi perang nuklir,” tulis laman Bulgarian Military dikutip SINDOnews, Minggu (5/11/2023).
Meningkatnya situasi dalam perang Rusia-Ukraina, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan Barat. Jadi semakin memperkuat kemungkinan intervensi Blok Barat terhadap pasukan Rusia di wilayah ini.
Menurut laporan Pentagon, tujuan pengembangan senjata baru berdaya ledak tinggi ini adalah untuk memperkuat persenjataan strategis terhadap target militer tertentu yang lebih keras dan memiliki wilayah yang luas. "B61-13 dirancang untuk dapat diangkut melalui pesawat modern, sehingga memperkuat kemampuan pencegahan terhadap musuh," keterangan Pentagon.
Bom tersebut diproyeksikan menghasilkan ledakan maksimum sekitar 350 kiloton, sebuah lompatan besar jika dibandingkan dari hasil maksimal bom nuklir B61-12 yaitu 50 kiloton. Sebagai perbandingan, dampak bom atom Little Boy yang meluluhlantahkan Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945 berkekuatan sebesar 15 kiloton.
Bom nuklir B61-12 bukan senjata baru, namun sudah dimodifikasi memanfaatkan komponen dari model bentuk B61 lama dan menggabungkan fitur-fitur yang ditingkatkan. Metode produksi B61-13 masa depan diperkirakan akan mengikuti pola yang sama.
Fitur yang membedakan B61-12 adalah paket panduan presisi, sehingga biaya produksinya cukup mahal. Bom nuklir B61-12 merupakan bom gravitasi yang merupakan bagian dari persenjataan nuklir AS.
B61-12 adalah senjata termonuklir, yang berarti menggunakan reaksi fisi dan fusi untuk melepaskan sejumlah besar energi. B61-12 dirancang untuk dijatuhkan dari pesawat, menjadikannya senjata yang dikirimkan melalui udara.
Hulu ledak, yang berisi bahan nuklir, terbuat dari inti uranium atau plutonium yang diperkaya tinggi dan dikelilingi oleh tamper dan bahan bakar fusi. Bahan-bahan ini dirancang dengan cermat untuk memulai dan mempertahankan reaksi nuklir.
Pesawat tempur F-35, menjadi satu-satunya jet tempur siluman Barat yang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir. Ditambah dilengkapi fitur untuk menghindari deteksi radar, sehingga penempatan di berbagai titik perbatasan Rusia dinilai sangat mengancam.
Rusia pun melakukan investasi besar-besaran untuk menghadapi ancaman pesawat tempur siluman, termasuk jaringan pertahanan udara berbasis darat yang paling tangguh di dunia. Radar operasional multi-waveband yang digunakan dalam sistem S-400 merupakan inti dari mekanisme pertahanan ini.
Radar ini dirancang untuk mengintensifkan kemampuan deteksi terhadap pesawat siluman. Bahkan, pesawat tempur Rusia Su-35 dan Su-57 yang baru mengintegrasikan beberapa radar untuk tujuan serupa.
Sistem S-500 baru-baru ini telah memperkuat kesadaran situasional jaringan pertahanan. Sekaligus melengkapi kemampuan untuk menetralisir pesawat pengisian bahan bakar di udara dan satelit pada jarak ekstrem, yang sangat penting bagi operasi F-35.
Bersamaan dengan strategi pertahanan, Rusia telah secara eksponensial meningkatkan peningkatan kemampuan ofensifnya menyerang pangkalan udara F-35 di wilayah musuh, termasuk daratan Amerika. F-35 menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap serangan ini karena kebutuhan perawatannya yang ekstensif dan jangkauan yang terbatas.
Dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan oleh Newsweek, outlet media yang berbasis di New York, menjelaskan secara rinci bom nuklir taktis B61-13 memiliki kapasitas untuk melenyapkan lebih dari 310.000 penduduk Moskow, ibu kota Rusia . Semua bisa dilakukan melalui serangan jarak jauh dalam serangan tunggal dari jet tempur generasi kelima F-35.
Lebih jauh lagi, jika senjata nuklir diarahkan ke pusat kota St. Petersburg yang berpenduduk lebih padat, laporan tersebut memproyeksikan jumlah korban jiwa berpotensi melebihi 360.000 orang. Bahkan laporan ini menjelaskan cakupan dampak destruktif sangatlah luas.
Area dalam radius setengah mil dari titik ledakan bom akan terbakar oleh bola api yang sangat besar. Sementara yang berada dalam jarak dua mil dari ledakan kemungkinan besar akan musnah dalam waktu satu bulan karena paparan radiasi yang parah.
Selain itu, laporan tersebut menunjukkan bahwa 15% dari populasi yang bertahan hidup akan berisiko tertular kanker mematikan. Lebih banyak lagi yang menderita luka bakar yang melemahkan.
“Di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan NATO sejak awal tahun 2022, media semakin sering memberitakan potensi perang nuklir,” tulis laman Bulgarian Military dikutip SINDOnews, Minggu (5/11/2023).
Meningkatnya situasi dalam perang Rusia-Ukraina, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan Barat. Jadi semakin memperkuat kemungkinan intervensi Blok Barat terhadap pasukan Rusia di wilayah ini.
Menurut laporan Pentagon, tujuan pengembangan senjata baru berdaya ledak tinggi ini adalah untuk memperkuat persenjataan strategis terhadap target militer tertentu yang lebih keras dan memiliki wilayah yang luas. "B61-13 dirancang untuk dapat diangkut melalui pesawat modern, sehingga memperkuat kemampuan pencegahan terhadap musuh," keterangan Pentagon.
Baca Juga
Bom tersebut diproyeksikan menghasilkan ledakan maksimum sekitar 350 kiloton, sebuah lompatan besar jika dibandingkan dari hasil maksimal bom nuklir B61-12 yaitu 50 kiloton. Sebagai perbandingan, dampak bom atom Little Boy yang meluluhlantahkan Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945 berkekuatan sebesar 15 kiloton.
Bom nuklir B61-12 bukan senjata baru, namun sudah dimodifikasi memanfaatkan komponen dari model bentuk B61 lama dan menggabungkan fitur-fitur yang ditingkatkan. Metode produksi B61-13 masa depan diperkirakan akan mengikuti pola yang sama.
Fitur yang membedakan B61-12 adalah paket panduan presisi, sehingga biaya produksinya cukup mahal. Bom nuklir B61-12 merupakan bom gravitasi yang merupakan bagian dari persenjataan nuklir AS.
B61-12 adalah senjata termonuklir, yang berarti menggunakan reaksi fisi dan fusi untuk melepaskan sejumlah besar energi. B61-12 dirancang untuk dijatuhkan dari pesawat, menjadikannya senjata yang dikirimkan melalui udara.
Baca Juga
Hulu ledak, yang berisi bahan nuklir, terbuat dari inti uranium atau plutonium yang diperkaya tinggi dan dikelilingi oleh tamper dan bahan bakar fusi. Bahan-bahan ini dirancang dengan cermat untuk memulai dan mempertahankan reaksi nuklir.
Pesawat tempur F-35, menjadi satu-satunya jet tempur siluman Barat yang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir. Ditambah dilengkapi fitur untuk menghindari deteksi radar, sehingga penempatan di berbagai titik perbatasan Rusia dinilai sangat mengancam.
Rusia pun melakukan investasi besar-besaran untuk menghadapi ancaman pesawat tempur siluman, termasuk jaringan pertahanan udara berbasis darat yang paling tangguh di dunia. Radar operasional multi-waveband yang digunakan dalam sistem S-400 merupakan inti dari mekanisme pertahanan ini.
Radar ini dirancang untuk mengintensifkan kemampuan deteksi terhadap pesawat siluman. Bahkan, pesawat tempur Rusia Su-35 dan Su-57 yang baru mengintegrasikan beberapa radar untuk tujuan serupa.
Sistem S-500 baru-baru ini telah memperkuat kesadaran situasional jaringan pertahanan. Sekaligus melengkapi kemampuan untuk menetralisir pesawat pengisian bahan bakar di udara dan satelit pada jarak ekstrem, yang sangat penting bagi operasi F-35.
Bersamaan dengan strategi pertahanan, Rusia telah secara eksponensial meningkatkan peningkatan kemampuan ofensifnya menyerang pangkalan udara F-35 di wilayah musuh, termasuk daratan Amerika. F-35 menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap serangan ini karena kebutuhan perawatannya yang ekstensif dan jangkauan yang terbatas.
(wib)