Alasan Amerika Ciptakan Bom Nuklir yang Lebih Dahsyat dari Nagasaki dan Hiroshima
loading...
A
A
A
JAKARTA - Amerika Serikat mengumumkan rencana mengembangkan bom nuklir yang ledakannya 24 kali lebih dahsyat ketimbang yang pernah dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima.
Belakangan terungkap keputusan besar ini diambil setelah China mengumumkan ekspansi hulu ledak nuklir untuk memperkuat militernya.
Dikutip dari Metro, Kamis (2/11/2023), bom gravitasi nuklir B61-13 yang dikembangkan Amerika Serikat berbiaya sekitar 569 juta Poundsterling. Bom nuklir ini dapat membunuh hampir seluruh penduduk kota dengan populasi satu juta orang dalam radius ledakan 3,5 mil.
Dengan jangkauan 6.000 mil dan ledakan sebesar 360 kiloton, radiasi fallout akan jauh lebih menghancurkan dibandingkan dengan Hiroshima dan Nagasaki. Bom yang dijatuhkan di Jepang hanya memiliki daya ledak sekitar 15 kiloton, namun masih mengakibatkan hampir 200.000 orang tewas.
Senjata nuklir baru ini belum ditandatangani oleh Kongres tetapi diharapkan akan mendapatkan dukungan dari Partai Republik. Pentagon mengatakan bom nuklir B61-13 akan memperkuat efek penangkalan terhadap lawan dengan militer yang kuat.
Bom nuklir baru ini dapat diluncurkan oleh pesawat pembom siluman B-21 Raider berteknologi tinggi dan dapat menghancurkan target bawah tanah dengan akurasi lebih tinggi.
Pengumuman pengembangan bom nuklir ini datang hanya beberapa hari setelah China mengumumkan akan menggandakan persediaan senjata nuklirnya menjadi hampir 1.000 hulu ledak. Saat ini, Amerika Serikat memiliki sekitar 1.400 hulu ledak nuklir dan Rusia memiliki sekitar 1.500. Sementara China berencana menggandakan persediaan saat ini yang berjumlah 500 hulu ledak dalam satu dekade.
China juga mengumumkan sedang mengembangkan sistem rudal balistik antarbenua baru yang memungkinkan untuk menyerang daratan AS.
Asisten Sekretaris Pertahanan AS untuk Kebijakan Luar Angkasa, John Plumb, mengisyaratkan aspirasi nuklir yang baru ini untuk merespons China dan Rusia.
“Pengumuman hari ini mencerminkan lingkungan keamanan yang berubah dan ancaman yang semakin meningkat dari lawan potensial. Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk terus menilai dan mengembangkan kemampuan yang diperlukan secara kredibel, dan jika perlu, merespons serangan strategis, serta memberikan jaminan kepada sekutu kami,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Pengumuman dari kedua pihak, baik China maupun AS, datang hanya beberapa pekan sebelum pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Joe Biden dijadwalkan bertemu tatap muka dalam Konferensi Kepemimpinan Ekonomi Asia-Pasifik pada pertengahan November mendatang.
Belakangan terungkap keputusan besar ini diambil setelah China mengumumkan ekspansi hulu ledak nuklir untuk memperkuat militernya.
Dikutip dari Metro, Kamis (2/11/2023), bom gravitasi nuklir B61-13 yang dikembangkan Amerika Serikat berbiaya sekitar 569 juta Poundsterling. Bom nuklir ini dapat membunuh hampir seluruh penduduk kota dengan populasi satu juta orang dalam radius ledakan 3,5 mil.
Dengan jangkauan 6.000 mil dan ledakan sebesar 360 kiloton, radiasi fallout akan jauh lebih menghancurkan dibandingkan dengan Hiroshima dan Nagasaki. Bom yang dijatuhkan di Jepang hanya memiliki daya ledak sekitar 15 kiloton, namun masih mengakibatkan hampir 200.000 orang tewas.
Senjata nuklir baru ini belum ditandatangani oleh Kongres tetapi diharapkan akan mendapatkan dukungan dari Partai Republik. Pentagon mengatakan bom nuklir B61-13 akan memperkuat efek penangkalan terhadap lawan dengan militer yang kuat.
Bom nuklir baru ini dapat diluncurkan oleh pesawat pembom siluman B-21 Raider berteknologi tinggi dan dapat menghancurkan target bawah tanah dengan akurasi lebih tinggi.
Pengumuman pengembangan bom nuklir ini datang hanya beberapa hari setelah China mengumumkan akan menggandakan persediaan senjata nuklirnya menjadi hampir 1.000 hulu ledak. Saat ini, Amerika Serikat memiliki sekitar 1.400 hulu ledak nuklir dan Rusia memiliki sekitar 1.500. Sementara China berencana menggandakan persediaan saat ini yang berjumlah 500 hulu ledak dalam satu dekade.
China juga mengumumkan sedang mengembangkan sistem rudal balistik antarbenua baru yang memungkinkan untuk menyerang daratan AS.
Asisten Sekretaris Pertahanan AS untuk Kebijakan Luar Angkasa, John Plumb, mengisyaratkan aspirasi nuklir yang baru ini untuk merespons China dan Rusia.
“Pengumuman hari ini mencerminkan lingkungan keamanan yang berubah dan ancaman yang semakin meningkat dari lawan potensial. Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk terus menilai dan mengembangkan kemampuan yang diperlukan secara kredibel, dan jika perlu, merespons serangan strategis, serta memberikan jaminan kepada sekutu kami,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Pengumuman dari kedua pihak, baik China maupun AS, datang hanya beberapa pekan sebelum pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Joe Biden dijadwalkan bertemu tatap muka dalam Konferensi Kepemimpinan Ekonomi Asia-Pasifik pada pertengahan November mendatang.
(msf)