Berhenti selama 50 Tahun, AS Bakal Lanjutkan Misi ke Bulan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sudah lebih dari 50 tahun berlalu setelah misi Apollo terkahir, Amerika Serikat melalui NASA akan kembali menjalankan misi pendaratan ke Bulan. Ini akan dilangsungkan awal tahun 2024 mendatang.
Melansir dari Science Alert, Jumat (1/12/2023) AS akan kembali mencoba mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan pada tanggal 25 Januari. Namun pada misi kali ini AS tidak akan membawa siapa pun.
AS akan menggunakan pesawat bernama Peregrine. Pesawat ini dikembangkan oleh perusahaan Astrobotic, dan akan membawa sejumlah alat untuk mempelajari lingkungan bulan sebagai antisipasi misi berawak Artemis NASA.
Beberapa tahun yang lalu, NASA memilih untuk menugaskan perusahaan-perusahaan AS untuk mengirimkan eksperimen dan teknologi ilmiah ke Bulan melalui sebuah program yang disebut sebagai CLPS.
Kontrak harga tetap ini akan memungkinkan pengembangan ekonomi Bulan, dan menyediakan layanan transportasi dengan biaya lebih rendah.
“Salah satu tantangan besar yang kami upayakan di sini adalah upaya peluncuran dan pendaratan di permukaan Bulan dengan biaya yang lebih murah,” kata CEO Astronotic, John Thornton.
"Hanya sekitar setengah dari misi ke permukaan Bulan yang berhasil," katanya. Jadi ini tentu saja merupakan tantangan yang menakutkan. Saya akan merasa takut dan senang sekaligus di setiap tahap ini," lanjutnya.
Lepas landas dijadwalkan pada 24 Desember dari Florida dengan menaiki penerbangan perdana roket baru dari grup industri ULA, bernama Vulcan Centaur.
Pesawat tersebut dijadwalkan lepas landas pada 24 Desember dan memakan waktu beberapa hari untuk mencapai orbit Bulan, namun harus menunggu hingga 25 Januari sebelum mencoba mendarat.
Ini akan dilakukan secara mandiri, tanpa campur tangan manusia, namun akan dipantau dari pusat kendali perusahaan. Selain Astrobotic, NASA telah menandatangani kontrak dengan perusahaan lain, seperti Firefly Aerospace, Draper, dan Intuitive Machines.
Melansir dari Science Alert, Jumat (1/12/2023) AS akan kembali mencoba mendaratkan pesawat ruang angkasa di Bulan pada tanggal 25 Januari. Namun pada misi kali ini AS tidak akan membawa siapa pun.
AS akan menggunakan pesawat bernama Peregrine. Pesawat ini dikembangkan oleh perusahaan Astrobotic, dan akan membawa sejumlah alat untuk mempelajari lingkungan bulan sebagai antisipasi misi berawak Artemis NASA.
Beberapa tahun yang lalu, NASA memilih untuk menugaskan perusahaan-perusahaan AS untuk mengirimkan eksperimen dan teknologi ilmiah ke Bulan melalui sebuah program yang disebut sebagai CLPS.
Kontrak harga tetap ini akan memungkinkan pengembangan ekonomi Bulan, dan menyediakan layanan transportasi dengan biaya lebih rendah.
“Salah satu tantangan besar yang kami upayakan di sini adalah upaya peluncuran dan pendaratan di permukaan Bulan dengan biaya yang lebih murah,” kata CEO Astronotic, John Thornton.
"Hanya sekitar setengah dari misi ke permukaan Bulan yang berhasil," katanya. Jadi ini tentu saja merupakan tantangan yang menakutkan. Saya akan merasa takut dan senang sekaligus di setiap tahap ini," lanjutnya.
Lepas landas dijadwalkan pada 24 Desember dari Florida dengan menaiki penerbangan perdana roket baru dari grup industri ULA, bernama Vulcan Centaur.
Pesawat tersebut dijadwalkan lepas landas pada 24 Desember dan memakan waktu beberapa hari untuk mencapai orbit Bulan, namun harus menunggu hingga 25 Januari sebelum mencoba mendarat.
Ini akan dilakukan secara mandiri, tanpa campur tangan manusia, namun akan dipantau dari pusat kendali perusahaan. Selain Astrobotic, NASA telah menandatangani kontrak dengan perusahaan lain, seperti Firefly Aerospace, Draper, dan Intuitive Machines.
(wbs)