Penyebab Menurunnya Jumlah Sperma Manusia Akhirnya Terkuak
loading...
A
A
A
LONDON - Sebuah tinjauan literatur medis terbaru yang diterbitkan di jurnal Human Reproduction Update menunjukkan jumlah sperma manusia telah menurun lebih dari 50% di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Penelitian ini menganalisis data dari 185 studi yang dilakukan di 53 negara.
Seperti dilansir dari New Science,Jumlah sperma rata-rata turun dari 104 juta sel per mililiter air mani pada tahun 1973 menjadi 49 juta sel per mililiter pada tahun 2018. Penurunan ini terjadi pada semua kelompok usia, tetapi lebih cepat terjadi pada pria yang lebih muda.
Penurunan jumlah sperma ini dapat berdampak pada kesuburan pria. Pria dengan jumlah sperma rendah lebih mungkin mengalami infertilitas.
Para peneliti belum mengetahui secara pasti apa penyebab penurunan jumlah sperma ini. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan, antara lain:
Perubahan gaya hidup: Faktor-faktor gaya hidup seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan paparan polusi telah dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma.
Paparan bahan kimia: Paparan bahan kimia tertentu, seperti pestisida dan polutan lingkungan, juga dapat merusak sperma.
Gangguan endokrin: Gangguan endokrin, seperti hipotiroidisme dan hiperprolaktinemia, dapat memengaruhi produksi sperma.
Faktor genetik: Faktor genetik juga diduga berperan dalam penurunan jumlah sperma.
Para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab penurunan jumlah sperma ini dan untuk mengembangkan strategi untuk mencegah atau membalikkan kondisi ini.
penurunan ini dikaitkan dengan meningkatnya paparan pestisida. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, seperti serangga, gulma, dan jamur.
Mereka dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk makanan, air, dan lingkungan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pestisida dapat memiliki efek negatif pada kesehatan reproduksi pria.
Pestisida dapat merusak sperma, mengurangi jumlah sperma, dan menurunkan motilitas sperma (kemampuan sperma untuk bergerak).
Studi ini adalah yang pertama untuk melihat hubungan antara paparan pestisida dan penurunan jumlah sperma secara global.
Studi ini menunjukkan bahwa paparan pestisida yang meningkat dapat menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan jumlah sperma di seluruh dunia.
Penurunan jumlah sperma dapat memiliki konsekuensi yang serius bagi kesehatan reproduksi pria. Jumlah sperma yang rendah dapat meningkatkan risiko infertilitas, keguguran, dan kelahiran prematur.
Studi ini juga menyoroti pentingnya mengurangi paparan pestisida. Pemerintah dan industri perlu bekerja sama untuk mengembangkan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan mengurangi penggunaan pestisida.
Baca Juga
Seperti dilansir dari New Science,Jumlah sperma rata-rata turun dari 104 juta sel per mililiter air mani pada tahun 1973 menjadi 49 juta sel per mililiter pada tahun 2018. Penurunan ini terjadi pada semua kelompok usia, tetapi lebih cepat terjadi pada pria yang lebih muda.
Penurunan jumlah sperma ini dapat berdampak pada kesuburan pria. Pria dengan jumlah sperma rendah lebih mungkin mengalami infertilitas.
Para peneliti belum mengetahui secara pasti apa penyebab penurunan jumlah sperma ini. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan, antara lain:
Perubahan gaya hidup: Faktor-faktor gaya hidup seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan paparan polusi telah dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma.
Paparan bahan kimia: Paparan bahan kimia tertentu, seperti pestisida dan polutan lingkungan, juga dapat merusak sperma.
Gangguan endokrin: Gangguan endokrin, seperti hipotiroidisme dan hiperprolaktinemia, dapat memengaruhi produksi sperma.
Faktor genetik: Faktor genetik juga diduga berperan dalam penurunan jumlah sperma.
Para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab penurunan jumlah sperma ini dan untuk mengembangkan strategi untuk mencegah atau membalikkan kondisi ini.
penurunan ini dikaitkan dengan meningkatnya paparan pestisida. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama, seperti serangga, gulma, dan jamur.
Mereka dapat ditemukan di berbagai tempat, termasuk makanan, air, dan lingkungan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pestisida dapat memiliki efek negatif pada kesehatan reproduksi pria.
Pestisida dapat merusak sperma, mengurangi jumlah sperma, dan menurunkan motilitas sperma (kemampuan sperma untuk bergerak).
Studi ini adalah yang pertama untuk melihat hubungan antara paparan pestisida dan penurunan jumlah sperma secara global.
Studi ini menunjukkan bahwa paparan pestisida yang meningkat dapat menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan jumlah sperma di seluruh dunia.
Penurunan jumlah sperma dapat memiliki konsekuensi yang serius bagi kesehatan reproduksi pria. Jumlah sperma yang rendah dapat meningkatkan risiko infertilitas, keguguran, dan kelahiran prematur.
Studi ini juga menyoroti pentingnya mengurangi paparan pestisida. Pemerintah dan industri perlu bekerja sama untuk mengembangkan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan mengurangi penggunaan pestisida.
(wbs)