Jaringan Pipa Terbengkalai di Laut Utara Siap Lepaskan Racun Berbahaya

Selasa, 27 Februari 2024 - 07:34 WIB
loading...
Jaringan Pipa Terbengkalai di Laut Utara Siap Lepaskan Racun Berbahaya
Jaringan Pipa Terbengkalai siao lepaskan racun. FOTO/ WION NEWS
A A A
OSLO - Jaringan pipa minyak dan gas yang terbengkalai dan memburuk di Laut Utara menimbulkan potensi bahaya.



Seperti dilansir dari Wion News, (27/2/2024), para ilmuwan memperingatkan bahwa pipa-pipa tersebut dapat melepaskan sejumlah besar zat berbahaya, seperti merkuri, timbal radioaktif, dan polonium-210, yang terkenal karena perannya dalam keracunan pembelot Rusia Alexander Litvinenko.

Merkuri, unsur beracun yang terdapat secara alami dalam minyak dan gas, menempel pada bagian dalam pipa dan terakumulasi seiring waktu. Ketika pipa tersebut terkorosi, merkuri ini terlepas ke laut.

Metilmerkuri, bentuk logam yang paling beracun, dikeluarkan melalui pipa-pipa ini, dan bentuk-bentuk lain berpotensi berubah menjadi merkuri.

Konvensi Minamata tentang Merkuri secara internasional memperingatkan bahwa peningkatan kadar merkuri pada mamalia laut seperti lumba-lumba, paus, dan anjing laut dapat menyebabkan kegagalan reproduksi, perubahan perilaku, dan bahkan kematian. Burung laut dan ikan predator besar, seperti tuna dan ikan todak, juga berisiko tinggi.

Lhiam Paton, peneliti di Institut Kimia Analitik Universitas Graz, yang menyoroti masalah polusi merkuri, menekankan bahwa sedikit saja kenaikan kadar merkuri di laut dapat berdampak signifikan pada hewan-hewan yang menduduki peringkat teratas dalam rantai makanan.

Laut Utara memiliki sekitar 27.000 km jaringan pipa gas, dan para ahli memperkirakan bahwa konsentrasi logam di laut dapat melonjak antara 3 persen hingga 160 persen di atas tingkat saat ini.

Berbeda dengan beberapa negara yang peraturannya mewajibkan penghapusan jaringan pipa setelah penghentian sumur minyak, perusahaan-perusahaan di Laut Utara diperbolehkan membiarkan jaringan pipa tersebut rusak.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2173 seconds (0.1#10.140)