Bangkit dari Kepunahan, Ilmuwan Tanam Kembali Pohon Purba
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekelompok ilmuwan menanam kembali pohon purba Wollemia nobilis berusia 66 juta tahun yang sebelumnya dianggap telah punah sejak 2 juta tahun lalu. Ini dilakukan dalam upaya mengembalikan spesies yang hilang tersebut dari kepunahan.
Penanaman kembali pohon pinus purba itu akan dilakukan di tiga lokasi rahasia di Taman Nasional Wollemi, New South Wales, Australia. Ini melibatkan ilmuwan pemerintah Australia dan aktivis konservasi di seluruh dunia, sebagaimana dihimpun dari Live Science pada Kamis (29/3/2024).
"Pinus Wollemia ditanam di ngarai batu pasir di dataran tinggi yang cukup dalam, sempit, dan sisi curam. Lokasi ini bisa menjadi tempat perlindungan dari kebakaran hutan dan kekeringan yang sering terjadi dan hebat,” kata perwakilan ilmuwan dalam sebuah pernyataan.
Pohon Wollemia nobilis pertama ditemukan pada tahun 1994 setelah diyakini menghilang selama 2 juta tahun. Sejumlah pendaki di Blue Mountains Australia berhasil mengidentifikasinya dalam kondisi yang cukup mengenaskan dan sangat rentan untuk mati.
Wollemia nobilis terancam oleh Phytophthora cinnamomi, jamur air patogen yang menyebabkan kematian, dan kebakaran hutan yang merajalela di wilayah New South Wales. Saat ini ia menyandang status sangat terancam punah oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Para ilmuwan telah mengambil langkah ekstensif untuk mencegah masuknya kembali Phytophthora yang bisa menyebabkan Wollemia punah. Selain menanamnya di lokasi tersembunyi, ilmuwan juga akan mensterilkan sepatu mereka ketika mengunjungi Wollemia untuk mengurangi kemungkinan penularan jamur.
"Agar berhasil, populasi yang ditranslokasi harus mampu mandiri, dan tolok ukurnya adalah munculnya bibit generasi kedua. Mengingat lambatnya pertumbuhan dan pematangan pohon pinus Wollemia di alam liar, hal ini kemungkinan akan memakan waktu beberapa dekade, bahkan berabad-abad," kata ilmuwan.
"Mengingat perkiraan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan kebakaran dan kekeringan akibat perubahan iklim yang bisa dibilang merupakan dua ancaman terbesar terhadap pohon-pohon tersebut, populasi keamanan jangka panjang mereka masih jauh dari terjamin," katanya.
Penanaman kembali pohon pinus purba itu akan dilakukan di tiga lokasi rahasia di Taman Nasional Wollemi, New South Wales, Australia. Ini melibatkan ilmuwan pemerintah Australia dan aktivis konservasi di seluruh dunia, sebagaimana dihimpun dari Live Science pada Kamis (29/3/2024).
"Pinus Wollemia ditanam di ngarai batu pasir di dataran tinggi yang cukup dalam, sempit, dan sisi curam. Lokasi ini bisa menjadi tempat perlindungan dari kebakaran hutan dan kekeringan yang sering terjadi dan hebat,” kata perwakilan ilmuwan dalam sebuah pernyataan.
Pohon Wollemia nobilis pertama ditemukan pada tahun 1994 setelah diyakini menghilang selama 2 juta tahun. Sejumlah pendaki di Blue Mountains Australia berhasil mengidentifikasinya dalam kondisi yang cukup mengenaskan dan sangat rentan untuk mati.
Wollemia nobilis terancam oleh Phytophthora cinnamomi, jamur air patogen yang menyebabkan kematian, dan kebakaran hutan yang merajalela di wilayah New South Wales. Saat ini ia menyandang status sangat terancam punah oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Para ilmuwan telah mengambil langkah ekstensif untuk mencegah masuknya kembali Phytophthora yang bisa menyebabkan Wollemia punah. Selain menanamnya di lokasi tersembunyi, ilmuwan juga akan mensterilkan sepatu mereka ketika mengunjungi Wollemia untuk mengurangi kemungkinan penularan jamur.
Baca Juga
"Agar berhasil, populasi yang ditranslokasi harus mampu mandiri, dan tolok ukurnya adalah munculnya bibit generasi kedua. Mengingat lambatnya pertumbuhan dan pematangan pohon pinus Wollemia di alam liar, hal ini kemungkinan akan memakan waktu beberapa dekade, bahkan berabad-abad," kata ilmuwan.
"Mengingat perkiraan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan kebakaran dan kekeringan akibat perubahan iklim yang bisa dibilang merupakan dua ancaman terbesar terhadap pohon-pohon tersebut, populasi keamanan jangka panjang mereka masih jauh dari terjamin," katanya.
(msf)