Pluvial Carnian Fenomena Hujan 2 Juta Tahun Lalu di Bumi Terungkap
loading...
A
A
A
TEXAS - Peristiwa Pluvial Carnian , sebuah periode basah luar biasa, menyelimuti Bumi selama 2 juta tahun di era Trias Akhir, sekitar 232 juta tahun lalu.
Periode ini menghadirkan perubahan iklim global yang signifikan, ditandai dengan peningkatan curah hujan dan perubahan besar pada biota laut dan daratan.
Di Pegunungan Alpen Timur, tim peneliti menemukan lapisan sedimen siliklastik dalam karbonat. Di Inggris, ahli geologi Alastair Ruffell meneliti batu abu-abu dalam batu merah terkenal.
Kedua temuan ini, dan banyak lainnya, menunjukkan bahwa 232 juta tahun lalu, Bumi mengalami periode basah yang luar biasa selama 1-2 juta tahun di awal zaman dinosaurus.
“Saya sedang mempelajari tanda geokimia dari letusan tersebut beberapa tahun yang lalu dan mengidentifikasi beberapa dampak besar terhadap atmosfer di seluruh dunia. Letusannya sangat besar sehingga mengeluarkan karbon dioksida dan terjadi lonjakan pemanasan global, ” tutur kata Jacopo Dal Corso, yang terlibat dalam penelitian letusan tersebut, kepada Everything Dinosaur.
Penemuan ini menunjukkan bahwa periode basah ini mungkin menjadi "pemicu yang memungkinkan dinosaurus dan fauna darat modern lainnya untuk diversifikasi dan mendominasi daratan".
Periode ini, yang dikenal sebagai peristiwa Pluvial Carnian (atau krisis Carnian), terlihat pada bebatuan di seluruh dunia. Penyebab curah hujan luar biasa ini adalah peningkatan kelembapan, kemungkinan akibat letusan gunung berapi raksasa di Provinsi Beku Besar Wrangellia (Alaska dan British Columbia).
Letusan ini mencapai puncaknya di Carnian, mengeluarkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan menyebabkan pemanasan global. Pangea, benua super saat itu, rentan terhadap angin muson yang membawa uap air dari laut ke daratan, menghasilkan hujan lebat.
Panasnya lautan saat itu (seperti sup panas) meningkatkan uap air, menyebabkan lebih banyak monsun dan curah hujan. Masa lembab ini tidak baik bagi kehidupan, menyebabkan kepunahan akibat hujan asam, gas rumah kaca, dan pemanasan.
Namun, dinosaurus menjadi pemenangnya. Setelah kepunahan tanaman dan herbivora, dinosaurus berkembang pesat dalam keanekaragaman, dampak ekologi, dan distribusi regional di seluruh dunia.
Periode ini menghadirkan perubahan iklim global yang signifikan, ditandai dengan peningkatan curah hujan dan perubahan besar pada biota laut dan daratan.
Di Pegunungan Alpen Timur, tim peneliti menemukan lapisan sedimen siliklastik dalam karbonat. Di Inggris, ahli geologi Alastair Ruffell meneliti batu abu-abu dalam batu merah terkenal.
Kedua temuan ini, dan banyak lainnya, menunjukkan bahwa 232 juta tahun lalu, Bumi mengalami periode basah yang luar biasa selama 1-2 juta tahun di awal zaman dinosaurus.
“Saya sedang mempelajari tanda geokimia dari letusan tersebut beberapa tahun yang lalu dan mengidentifikasi beberapa dampak besar terhadap atmosfer di seluruh dunia. Letusannya sangat besar sehingga mengeluarkan karbon dioksida dan terjadi lonjakan pemanasan global, ” tutur kata Jacopo Dal Corso, yang terlibat dalam penelitian letusan tersebut, kepada Everything Dinosaur.
Penemuan ini menunjukkan bahwa periode basah ini mungkin menjadi "pemicu yang memungkinkan dinosaurus dan fauna darat modern lainnya untuk diversifikasi dan mendominasi daratan".
Periode ini, yang dikenal sebagai peristiwa Pluvial Carnian (atau krisis Carnian), terlihat pada bebatuan di seluruh dunia. Penyebab curah hujan luar biasa ini adalah peningkatan kelembapan, kemungkinan akibat letusan gunung berapi raksasa di Provinsi Beku Besar Wrangellia (Alaska dan British Columbia).
Letusan ini mencapai puncaknya di Carnian, mengeluarkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan menyebabkan pemanasan global. Pangea, benua super saat itu, rentan terhadap angin muson yang membawa uap air dari laut ke daratan, menghasilkan hujan lebat.
Panasnya lautan saat itu (seperti sup panas) meningkatkan uap air, menyebabkan lebih banyak monsun dan curah hujan. Masa lembab ini tidak baik bagi kehidupan, menyebabkan kepunahan akibat hujan asam, gas rumah kaca, dan pemanasan.
Namun, dinosaurus menjadi pemenangnya. Setelah kepunahan tanaman dan herbivora, dinosaurus berkembang pesat dalam keanekaragaman, dampak ekologi, dan distribusi regional di seluruh dunia.
(wbs)