Ilmuwan Peringatkan Bahaya Meredupkan Matahari, Ini Alasannya

Jum'at, 08 Maret 2024 - 08:48 WIB
loading...
Ilmuwan Peringatkan...
Bahaya rencana meredupkan matahari. FOTO/ SCIENCE ALERT
A A A
JAKARTA - Majelis Lingkungan Hidup PBB minggu ini membahas resolusi mengenai modifikasi radiasi matahari, sebuah teknologi kontroversial yang bertujuan untuk meredam efek pemanasan gas rumah kaca dengan memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa.



Pendukungnya berargumen bahwa teknologi ini dapat membatasi dampak perubahan iklim. Namun, "geoengineering" ini berisiko mengganggu stabilitas sistem iklim yang sudah rapuh. Dampak penuhnya pun tidak diketahui sampai setelah diterapkan.

Seperti dilansir dari Science Alert, rancangan resolusi awal menyerukan pembentukan kelompok ahli untuk mengkaji manfaat dan risiko modifikasi radiasi matahari. Mosi tersebut ditarik pada hari Kamis karena tidak ada konsensus yang dicapai mengenai topik kontroversial ini.

Beberapa negara di Dunia Selatan menyerukan "tidak menggunakan" modifikasi radiasi matahari, dan ini adalah posisi yang kami dukung. Perubahan iklim yang disebabkan manusia sudah merupakan eksperimen berskala planet – kita tidak memerlukan eksperimen lain.

Di beberapa kalangan, geoengineering tenaga surya semakin populer sebagai solusi krisis iklim. Namun, penelitian menunjukkan potensi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi ini, seperti:

Hilangnya keanekaragaman hayati, terutama jika teknologi dihentikan secara tiba-tiba.

Merusak ketahanan pangan, misalnya dengan mengurangi penerangan dan meningkatkan salinitas tanah

Pelanggaran hak asasi manusia lintas generasi, mewariskan risiko besar kepada generasi mendatang
Berikut adalah beberapa contoh modifikasi radiasi matahari dan potensinya:

Pada bulan April 2022, sebuah perusahaan startup Amerika meluncurkan dua balon cuaca ke udara dari Meksiko tanpa persetujuan pihak berwenang. Eksperimen ini menunjukkan kurangnya akuntabilitas dan transparansi dalam geoengineering.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3331 seconds (0.1#10.140)