Riset Beberkan Tanda-tanda Jelang Kematian yang Pasti Dialami Manusia
loading...
A
A
A
LONDON - Sekelompok ilmuwan membeberkan ada beberapa tanda-tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang mendekati ajalnya. Tanda-tanda ini bervariasi pada setiap orang.
Riset yang dilakukan ilmuwan menemukan ketika seseorang mendekati ajalnya, mereka mungkin tidak lagi membutuhkan atau menginginkan makanan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan berat badan yang signifikan.
Kelelahan yang parah adalah tanda umum bahwa tubuh sedang mati. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak lagi mampu menghasilkan energi yang cukup untuk menjalankan fungsinya.
Fakta lain ditemukan ketika fenomena aneh pasien demensia yang "kembali" sesaat sebelum meninggal, yang dikenal sebagai terminal lucidity, memang membingungkan dan masih belum sepenuhnya dipahami.
Para ilmuwan masih berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan lonjakan kesadaran dan ingatan mendadak ini pada individu yang mengalami penurunan kognitif parah.
Seperti dilansir dari Science Alert, Selasa (7/5/2024) Fenomena ini dikenal sebagai kejernihan terminal atau kejernihan paradoks.
Meskipun penelitian telah dilakukan, belum ada jawaban pasti mengenai penyebab pasti di balik kejernihan terminal. Berikut beberapa teori yang diajukan:
1. Perubahan neurokimia: Kematian mendekati kemungkinan memicu pelepasan neurokimia di otak yang secara sementara meningkatkan fungsi kognitif.
2. Pengurangan stres: Saat tubuh mulai mati, stres dan kecemasan mungkin berkurang, memungkinkan fungsi otak yang tersisa untuk bekerja lebih baik.
3. Penggunaan memori yang tersimpan: Kejernihan terminal mungkin bukan pemulihan ingatan, melainkan akses ke memori yang tersimpan dalam yang biasanya ditekan oleh demensia.
4. Kematian sel otak: Kematian sel otak yang terkait dengan demensia mungkin mengikuti pola tertentu, memungkinkan periode kejernihan sementara ketika area otak tertentu yang penting untuk fungsi kognitif mati terakhir.
Penting untuk dicatat bahwa kejernihan terminal bukanlah pengalaman universal bagi pasien demensia. Beberapa orang tidak mengalaminya sama sekali, sementara yang lain mungkin mengalaminya dalam derajat yang berbeda-beda.
Meskipun kita mungkin tidak pernah sepenuhnya memahami misteri kejernihan terminal, fenomena ini memberikan pengingat mengharukan tentang kekuatan dan ketahanan jiwa manusia, bahkan dalam menghadapi kematian.
Baca Juga
Riset yang dilakukan ilmuwan menemukan ketika seseorang mendekati ajalnya, mereka mungkin tidak lagi membutuhkan atau menginginkan makanan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan berat badan yang signifikan.
Kelelahan yang parah adalah tanda umum bahwa tubuh sedang mati. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak lagi mampu menghasilkan energi yang cukup untuk menjalankan fungsinya.
Fakta lain ditemukan ketika fenomena aneh pasien demensia yang "kembali" sesaat sebelum meninggal, yang dikenal sebagai terminal lucidity, memang membingungkan dan masih belum sepenuhnya dipahami.
Para ilmuwan masih berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan lonjakan kesadaran dan ingatan mendadak ini pada individu yang mengalami penurunan kognitif parah.
Seperti dilansir dari Science Alert, Selasa (7/5/2024) Fenomena ini dikenal sebagai kejernihan terminal atau kejernihan paradoks.
Meskipun penelitian telah dilakukan, belum ada jawaban pasti mengenai penyebab pasti di balik kejernihan terminal. Berikut beberapa teori yang diajukan:
1. Perubahan neurokimia: Kematian mendekati kemungkinan memicu pelepasan neurokimia di otak yang secara sementara meningkatkan fungsi kognitif.
2. Pengurangan stres: Saat tubuh mulai mati, stres dan kecemasan mungkin berkurang, memungkinkan fungsi otak yang tersisa untuk bekerja lebih baik.
3. Penggunaan memori yang tersimpan: Kejernihan terminal mungkin bukan pemulihan ingatan, melainkan akses ke memori yang tersimpan dalam yang biasanya ditekan oleh demensia.
4. Kematian sel otak: Kematian sel otak yang terkait dengan demensia mungkin mengikuti pola tertentu, memungkinkan periode kejernihan sementara ketika area otak tertentu yang penting untuk fungsi kognitif mati terakhir.
Penting untuk dicatat bahwa kejernihan terminal bukanlah pengalaman universal bagi pasien demensia. Beberapa orang tidak mengalaminya sama sekali, sementara yang lain mungkin mengalaminya dalam derajat yang berbeda-beda.
Meskipun kita mungkin tidak pernah sepenuhnya memahami misteri kejernihan terminal, fenomena ini memberikan pengingat mengharukan tentang kekuatan dan ketahanan jiwa manusia, bahkan dalam menghadapi kematian.
(wbs)