Sehat Mana? Mandi Pagi atau Malam Hari Menurut Sains

Sabtu, 18 Mei 2024 - 18:25 WIB
loading...
Sehat Mana? Mandi Pagi...
Ada alasan biologis di balik dorongan mandi pagi. (Foto: IFL Science)
A A A
JAKARTA - Kebiasaan mandi ternyata menjadi salah satu faktor penentu vitalitas tubuh manusia. Pilihan untuk mandi pagi atau mandi malam hari punya konsekuensi maaing-masing bagi tubuh seseorang.

IFL Science melansir, Sabtu (18/5/2024) menurut survei Sleep Foundation 2022, sebanyak 42 persen orang dewasa di Amerika Serikat memulai hari dengan mandi atau berendam. Angka ini jauh lebih banyak daripada 25 persen yang mandi sebelum tidur, dan bahkan melampaui 38 persen yang melaporkan mandi atau berendam di suatu waktu pada malam hari.

"Saya mandi di pagi hari untuk benar-benar bangun agar merasa segar," komentar dokter kulit Cleveland Clinic Alok Vij.

Ada alasan biologis di balik dorongan mandi pagi. Tubuh manusia bergantung pada isyarat tertentu untuk mengatur ritme sirkadiannya, dan mandi secara teratur dapat menjadi sinyal bahwa sudah waktunya untuk bangun dan menjadi lebih waspada.



Efeknya mungkin kuat jika memilih mandi air dingin daripada air panas. Air yang lebih dingin dapat memicu tubuh untuk melepaskan neurotransmitter seperti serotonin, kortisol, dopamin, dan norepinefrin yang semuanya berperan penting dalam mengatur emosi dan mengurangi tingkat stres.

Mandi pagi setiap hari dengan durasi dan suhu berapapun, selama diakhiri dengan air dingin hingga 90 detik - telah ditunjukkan dalam setidaknya satu penelitian dapat mengurangi jumlah hari sakit seseorang hampir sepertiganya bersama dengan peningkatan kualitas hidup dan tingkat energi yang dilaporkan.

Berada satu atau dua menit di bawah semprotan air dingin di pagi hari tidak terdengar menyenangkan, tetapi ternyata itu sepadan. Lantaran terkuak fakta bahwa 91 persen peserta melaporkan keinginan untuk melanjutkan rutinitas tersebut mungkin merupakan indikasi paling jelas dari manfaat kesehatan.

"Manusia cenderung berkeringat di malam hari," kata Gary Goldenberg, dokter kulit di New York dan profesor di Icahn School of Medicine di Mount Sinai kepada New York Times.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1436 seconds (0.1#10.140)