Kasuari Burung Paling Berbahaya Asal Papua Dinyatakan Terancam Punah

Minggu, 09 Juni 2024 - 09:12 WIB
loading...
Kasuari Burung Paling...
Kasuari Burung Paling Berbahaya . FOTO/ IFL Science
A A A
JAYAPURA - Kasuari selatan, burung yang terkenal dengan cakar tajamnya, leher berwarna biru neon, dan helm coklatnya, kini terancam punah.



Seperti dilansir dari IFL Science, Minggu (9/6/2023), burung yang tidak bisa terbang ini memang berbahaya bagi manusia jika merasa terancam, dan bahkan ada yang menewaskan seorang pria pada tahun 2019.

Namun, ironisnya, manusia menjadi ancaman terbesar bagi kasuari selatan. Di habitatnya di Australia dan Papua Nugini, mereka sering mengalami kehilangan dan fragmentasi habitat, serangan anjing, dan tertabrak kendaraan, yang menjadi penyebab utama kematian kasuari dewasa.

Meskipun demikian, jika Anda tidak mengganggu mereka, kemungkinan besar kasuari ini akan menjauh. Namun, jika Anda terlalu dekat, Anda akan segera menyadari bahwa Anda tidak ingin berada di dekat kasuari yang terancam: bahkan ada yang menewaskan seorang pria pada tahun 2019.

Akibatnya, diperkirakan hanya tersisa sekitar 4.000 ekor kasuari dewasa di alam liar, dan jumlahnya terus menurun. Pemerintah Australia mengklasifikasikan mereka sebagai spesies terancam punah, bersama dengan 143 spesies baru lainnya yang ditambahkan ke daftar spesies terancam Australia dalam laporan "2023 Wrap".

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan populasi kasuari selatan terancam punah:

Kehilangan habitat: Hutan hujan yang menjadi habitat alami kasuari selatan dibabat untuk pembangunan, pertambangan, dan pertanian.

Fragmentasi habitat: Pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya memecah habitat kasuari, sehingga mereka sulit untuk mencari makan, kawin, dan membesarkan anak-anak.

Serangan anjing: Anjing liar dan peliharaan sering menyerang dan membunuh kasuari.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1449 seconds (0.1#10.140)