Apa Itu Jam Kiamat? Begini Cara Akurat Membacanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jam kiamat atau doomsday clock merupakan simbol seberapa dekat Bumi dengan kepunahan massal akibat ulah manusia.
The Bulletin of the Atomic Scientists, organisasi yang bertujuan untuk menyebarkan informasi guna mengurangi ancaman buatan manusia, didirikan pada 1945 oleh Albert Einstein dan Universitas Chicago.
Dua tahun kemudian, kelompok tersebut menciptakan Jam Kiamat untuk menandai tengah malam secara simbolis, titik dari bencana global.
Fokus utama awalnya adalah prospek kebakaran nuklir yang mengakhiri dunia pada perang Dingin, tetapi kelompok itu memperluas cakupannya untuk memasukkan ancaman lain terhadap manusia dan planet ini, seperti perubahan iklim.
Jam Kiamat diatur oleh Dewan Sains dan Keamanan Buletin dengan berkonsultasi ke Dewan Sponsornya, yang mencakup 11 peraih Nobel.
Didirikan bersama Albert Einstein, Buletin Ilmuwan Atom menetapkan jam yang dirancang untuk mewakili seberapa dekat umat manusia dengan kiamat.
Selain Einstein, sosok yang terlibat ada J Robert Oppenheimer, dan ilmuwan lain yang bekerja di Proyek Manhattan yang menghasilkan senjata nuklir pertama.
Ketika jam pertama mulai berdetak, Perang Dunia II masih segar dalam pikiran, karena Amerika Serikat dan Uni Soviet akan memulai perlombaan senjata yang akan melihat kedua negara di ambang perang untuk sebagian besar wilayah dari empat dekade berikutnya.
Pada awal 1900-an dan dengan berakhirnya Perang Dingin, Jam Kiamat dikembalikan ke 17 menit sebelum tengah malam — tingkat ancaman terendah yang pernah dirasakan kelompok tersebut. Terobosan signifikan lainnya datang dalam bentuk perjanjian pengurangan senjata.
Jam Kiamat itu tetap tidak berubah pada hari Kamis 20 Januari. Di mana 20 Januari ditetapkan sebagai waktu untuk setting ulang jam sekaligus memperingati lahirnya simbol tersebut.
Meski 2021 memunculkan sejumlah perkembangan baik, tetapi juga membawa tantangan baru. "Jam Kiamat tetap stabil pada 100 detik menjelang tengah malam," kata Presiden Bulletin of the Atomic Scientists, Rachel Bronson.
Buletin mencatat perkembangan yang penuh harapan pada awal 2021, termasuk pembaruan Perjanjian START Baru antara Amerika Serikat dan Rusia, juga beberapa perbaikan dalam respons global yang masih "tidak memadai” terhadap pandemi COVID-19.
Namun, ketegangan internasional terus membayangi, termasuk yang terbaru mengenai Ukraina, Amerika Serikat, Rusia, dan Cina yang sementara itu melanjutkan pengembangan senjata hipersonik mereka.
The Bulletin of the Atomic Scientists, organisasi yang bertujuan untuk menyebarkan informasi guna mengurangi ancaman buatan manusia, didirikan pada 1945 oleh Albert Einstein dan Universitas Chicago.
Dua tahun kemudian, kelompok tersebut menciptakan Jam Kiamat untuk menandai tengah malam secara simbolis, titik dari bencana global.
Fokus utama awalnya adalah prospek kebakaran nuklir yang mengakhiri dunia pada perang Dingin, tetapi kelompok itu memperluas cakupannya untuk memasukkan ancaman lain terhadap manusia dan planet ini, seperti perubahan iklim.
Jam Kiamat diatur oleh Dewan Sains dan Keamanan Buletin dengan berkonsultasi ke Dewan Sponsornya, yang mencakup 11 peraih Nobel.
Didirikan bersama Albert Einstein, Buletin Ilmuwan Atom menetapkan jam yang dirancang untuk mewakili seberapa dekat umat manusia dengan kiamat.
Selain Einstein, sosok yang terlibat ada J Robert Oppenheimer, dan ilmuwan lain yang bekerja di Proyek Manhattan yang menghasilkan senjata nuklir pertama.
Ketika jam pertama mulai berdetak, Perang Dunia II masih segar dalam pikiran, karena Amerika Serikat dan Uni Soviet akan memulai perlombaan senjata yang akan melihat kedua negara di ambang perang untuk sebagian besar wilayah dari empat dekade berikutnya.
Pada awal 1900-an dan dengan berakhirnya Perang Dingin, Jam Kiamat dikembalikan ke 17 menit sebelum tengah malam — tingkat ancaman terendah yang pernah dirasakan kelompok tersebut. Terobosan signifikan lainnya datang dalam bentuk perjanjian pengurangan senjata.
Jam Kiamat itu tetap tidak berubah pada hari Kamis 20 Januari. Di mana 20 Januari ditetapkan sebagai waktu untuk setting ulang jam sekaligus memperingati lahirnya simbol tersebut.
Meski 2021 memunculkan sejumlah perkembangan baik, tetapi juga membawa tantangan baru. "Jam Kiamat tetap stabil pada 100 detik menjelang tengah malam," kata Presiden Bulletin of the Atomic Scientists, Rachel Bronson.
Buletin mencatat perkembangan yang penuh harapan pada awal 2021, termasuk pembaruan Perjanjian START Baru antara Amerika Serikat dan Rusia, juga beberapa perbaikan dalam respons global yang masih "tidak memadai” terhadap pandemi COVID-19.
Namun, ketegangan internasional terus membayangi, termasuk yang terbaru mengenai Ukraina, Amerika Serikat, Rusia, dan Cina yang sementara itu melanjutkan pengembangan senjata hipersonik mereka.
(wbs)