Tidak Takut Air Laut Surut, Ilmuwan Ini Bor Dasar Samudra Atlantik
loading...
A
A
A
SIDNEY - Sekelompok ilmuwan mengebor perut Bumi mengintip ke dalam mantel Bumi, lapisan yang selama ini sulit dijangkau dan menyimpan banyak misteri.
Para ilmuwan secara teratur mengekstraksi sampel inti sampel material berbentuk silinder dari dalam permukaan Bumi untuk memeriksa komposisi berbagai lapisan.
Data tersebut dapat berfungsi sebagai jendela ke masa lalu planet ini, yang menyediakan informasi tentang perubahan iklim dan lingkungan, atau pembentukan Bumi itu sendiri.
Pengeboran di laut dalam memiliki tantangan yang unik, sehingga para peneliti sering kali terpaksa mengeruk batu dari dasar laut.
Menganalisis komposisi batu-batu tersebut dapat mengungkapkan informasi yang berharga, tetapi batu-batu ini dapat diubah oleh tekanan laut dan paparan air garam.
Ekspedisi tersebut berlangsung antara April dan Juni 2023 di wilayah Atlantik Utara yang dikenal sebagai Atlantis Massif, gunung bawah laut yang menjulang setinggi 14.000 kaki (4.267 meter) dari dasar laut.
Lokasi tersebut dipilih karena aktivitas tektonik di area tersebut mendorong batuan yang biasanya berada jauh di dalam mantel Bumi menjadi jauh lebih dekat ke dasar laut, sehingga lebih mudah untuk diambil.
Namun, hal itu masih memerlukan pengeboran yang dalam untuk mendapatkan inti peridotit yang hampir kontinu sepanjang 4.160 kaki (1.268 meter), sejenis batuan beku.
Kedalaman ekstrem ini jauh lebih besar daripada upaya pengeboran sebelumnya ke batuan mantel samudra.
Para ilmuwan secara teratur mengekstraksi sampel inti sampel material berbentuk silinder dari dalam permukaan Bumi untuk memeriksa komposisi berbagai lapisan.
Data tersebut dapat berfungsi sebagai jendela ke masa lalu planet ini, yang menyediakan informasi tentang perubahan iklim dan lingkungan, atau pembentukan Bumi itu sendiri.
Pengeboran di laut dalam memiliki tantangan yang unik, sehingga para peneliti sering kali terpaksa mengeruk batu dari dasar laut.
Menganalisis komposisi batu-batu tersebut dapat mengungkapkan informasi yang berharga, tetapi batu-batu ini dapat diubah oleh tekanan laut dan paparan air garam.
Ekspedisi tersebut berlangsung antara April dan Juni 2023 di wilayah Atlantik Utara yang dikenal sebagai Atlantis Massif, gunung bawah laut yang menjulang setinggi 14.000 kaki (4.267 meter) dari dasar laut.
Lokasi tersebut dipilih karena aktivitas tektonik di area tersebut mendorong batuan yang biasanya berada jauh di dalam mantel Bumi menjadi jauh lebih dekat ke dasar laut, sehingga lebih mudah untuk diambil.
Namun, hal itu masih memerlukan pengeboran yang dalam untuk mendapatkan inti peridotit yang hampir kontinu sepanjang 4.160 kaki (1.268 meter), sejenis batuan beku.
Kedalaman ekstrem ini jauh lebih besar daripada upaya pengeboran sebelumnya ke batuan mantel samudra.