NASA Siap Terjunkan Robot untuk Mengukur Kecepatan Cairnya Es Antartika
loading...
A
A
A
Terbentuknya lapisan es membutuhkan waktu ribuan tahun. Lapisan es itu berfungsi seperti penopang raksasa yang menahan gletser agar tidak mudah meluncur ke lautan di sekitarnya.
Citra satelit telah menunjukkan bahwa bagian luar dari lapisan es tersebut telah "pecah" menjadi gunung es pada tingkat yang lebih tinggi daripada kemampuan alam untuk mengisi kembali pertumbuhan lapisan es.
Pada saat yang sama, meningkatnya suhu lautan mengikis juga lapisan es dari bawah. Sebuah fenomena yang para ilmuwan harapkan dapat diteliti dengan tingkat kepresisian yang lebih tinggi menggunakan wahana IceNode yang dapat tenggelam.
Kendaraan berbentuk silinder ini panjangnya sekitar 8 kaki (2,4 meter) dan diameternya 10 inci (25 cm), yang nantinya akan dilepaskan dari lubang bor di es atau dari kapal di laut.
Meskipun tidak dilengkapi dengan penggerak apa pun, robot penjelajah akan hanyut mengikuti arus, menggunakan panduan perangkat lunak khusus, untuk mencapai "zona pendaratan". Yaitu sebuah tempat lapisan air tawar beku bertemu dengan air laut asin dan daratan. Rongga-rongga ini tidak dapat ditembus bahkan oleh sinyal satelit.
"Tujuannya adalah untuk mendapatkan data langsung pada titik pertemuan es dan lautan yang mencair," kata Ian Fenty, ilmuwan iklim JPL.
Setelah tiba di sasarannya, kapal selam tersebut akan menjatuhkan pemberatnya dan mengapung ke atas untuk menempelkan diri ke bagian bawah lapisan es dengan melepaskan "roda pendaratan" bercabang tiga yang keluar dari salah satu ujung kendaraan.
IceNode kemudian akan terus merekam data dari bawah es hingga jangka waktu satu tahun, termasuk fluktuasi musiman, sebelum melepaskan diri untuk kembali ke laut lepas dan mengirimkan pembacaan melalui satelit.
Sebelumnya, penipisan lapisan es didokumentasikan oleh altimeter satelit yang mengukur perubahan ketinggian es dari atas.
Selama uji lapangan pada Maret lalu, prototipe IceNode menyelam 330 kaki (100 meter) ke dalam laut untuk mengumpulkan data salinitas, suhu, dan aliran.
Citra satelit telah menunjukkan bahwa bagian luar dari lapisan es tersebut telah "pecah" menjadi gunung es pada tingkat yang lebih tinggi daripada kemampuan alam untuk mengisi kembali pertumbuhan lapisan es.
Pada saat yang sama, meningkatnya suhu lautan mengikis juga lapisan es dari bawah. Sebuah fenomena yang para ilmuwan harapkan dapat diteliti dengan tingkat kepresisian yang lebih tinggi menggunakan wahana IceNode yang dapat tenggelam.
Kendaraan berbentuk silinder ini panjangnya sekitar 8 kaki (2,4 meter) dan diameternya 10 inci (25 cm), yang nantinya akan dilepaskan dari lubang bor di es atau dari kapal di laut.
Meskipun tidak dilengkapi dengan penggerak apa pun, robot penjelajah akan hanyut mengikuti arus, menggunakan panduan perangkat lunak khusus, untuk mencapai "zona pendaratan". Yaitu sebuah tempat lapisan air tawar beku bertemu dengan air laut asin dan daratan. Rongga-rongga ini tidak dapat ditembus bahkan oleh sinyal satelit.
"Tujuannya adalah untuk mendapatkan data langsung pada titik pertemuan es dan lautan yang mencair," kata Ian Fenty, ilmuwan iklim JPL.
Setelah tiba di sasarannya, kapal selam tersebut akan menjatuhkan pemberatnya dan mengapung ke atas untuk menempelkan diri ke bagian bawah lapisan es dengan melepaskan "roda pendaratan" bercabang tiga yang keluar dari salah satu ujung kendaraan.
IceNode kemudian akan terus merekam data dari bawah es hingga jangka waktu satu tahun, termasuk fluktuasi musiman, sebelum melepaskan diri untuk kembali ke laut lepas dan mengirimkan pembacaan melalui satelit.
Sebelumnya, penipisan lapisan es didokumentasikan oleh altimeter satelit yang mengukur perubahan ketinggian es dari atas.
Selama uji lapangan pada Maret lalu, prototipe IceNode menyelam 330 kaki (100 meter) ke dalam laut untuk mengumpulkan data salinitas, suhu, dan aliran.