Penyebab Matahari Berwarna Biru pada Tahun 1831 Akhirnya Terungkap

Selasa, 14 Januari 2025 - 21:19 WIB
loading...
Penyebab Matahari Berwarna...
Penyebab Matahari Berwarna Biru . FOTO/ IFL SCIENCE
A A A
LONDON - Pada bulan Agustus 1831, para ilmuwan saat itu dibuat bingung setelah matahari t ampak berubah menjadi biru dan sekarang para ahli berpikir mereka tahu mengapa hal itu terjadi.



Hampir 200 tahun yang lalu, periode cuaca dingin selama dua tahun di seluruh dunia dimulai saat matahari berubah menjadi biru. Selama peristiwa pendinginan yang singkat dan tajam tersebut, suhu rata-rata turun sekitar 1°C.

Laporan dari seluruh dunia, termasuk Tiongkok, Eropa, AS, dan Karibia, pada bulan Agustus 1831 menggambarkan matahari tampak “biru, ungu, dan hijau”.

Para ahli berteori bahwa penampakan aneh matahari terjadi karena pelepasan debu dan gas vulkanik yang menyebarkan cahaya dengan cara aneh.

Selama bertahun-tahun, lokasi letusan belum diketahui secara pasti, tetapi para ahli kini akhirnya menduga letusan itu berasal dari kaldera Zavaritskii, memecahkan misteri berusia 200 tahun.

Para ilmuwan dari Universitas St Andrews di Skotlandia mengumpulkan bukti bahwa letusan itu muncul di pulau terpencil tak berpenghuni Simushir, dan hasil mereka telah dipublikasikan dalam sebuah penelitian .

Simushir terletak di Laut Okhotsk dan merupakan bagian dari Kepulauan Kuril di Timur Jauh Rusia, cukup dekat dengan Jepang.

Analisis geokimia dari sampel inti es menunjukkan “kecocokan sidik jari yang sempurna” dengan endapan abu lama.

Dr Will Hutchison, penulis utama studi dari School of Earth and Environmental Science di University of St Andrews menjelaskan : "Kami menganalisis kimia es pada resolusi temporal yang sangat tinggi. Hal ini memungkinkan kami untuk menentukan waktu letusan yang tepat pada musim semi-panas 1831, memastikan bahwa letusan tersebut sangat eksplosif, dan kemudian mengekstraksi pecahan-pecahan kecil abu.

“Menemukan kecocokannya memakan waktu lama dan memerlukan kerja sama yang ekstensif dengan rekan-rekan dari Jepang dan Rusia, yang mengirimkan kepada kami sampel yang dikumpulkan dari gunung berapi terpencil ini beberapa dekade lalu.”

“Momen di laboratorium ketika kami menganalisis dua abu secara bersamaan, satu dari gunung berapi dan satu dari inti es, benar-benar menjadi momen eureka. Saya tidak percaya angkanya identik. Setelah ini, saya menghabiskan banyak waktu untuk menyelidiki usia dan ukuran letusan dalam catatan Kuril untuk benar-benar meyakinkan diri sendiri bahwa kecocokan itu nyata,” tambahnya.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1513 seconds (0.1#10.173)