Manfaatkan Musuh Alami, Pengendalian Hama Lebih Hemat Secara Biologis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengendalian biologis hama serangga melalui penggunaan "musuh alami" untuk mencegah hama telah menyelamatkan petani di Asia dan Pasifik miliaran dolar. Hal tersebut disampaikan dalam sebuah penelitian yang dipimpin Universitas Queensland (UQ).
Dr Kris Wyckhuys dari Sekolah Ilmu Biologi UQ mengatakan, pengendalian biologis dilakukan dengan melepaskan musuh alami dari habitat asli hama. Para ilmuwan dengan cermat memilih serangga menguntungkan yang paling efektif dan paling sedikit menimbulkan gangguan ekologis. (Baca: Pentingnya Mengajarkan Adab Makan Kepada Anak)
“Kami telah meninjau bagaimana pengenalan kontrol biologis telah secara efektif mengelola 43 hama serangga pada makanan, pakan, dan tanaman serat, di wilayah Asia Pasifik selama satu abad,” kata Wyckhuys, mengutip dari Scitechdaily.
Tim menemukan bahwa pengendalian biologis telah membantu mengatur ancaman hama di berbagai tanaman pangan utama, seperti pisang, sukun, dan kelapa. Teknik ini menyelamatkan petani di Asia sekitar 14,6-19,5 miliar dolar Amerika per tahun.
“Itu jumlah uang dan keuntungan yang fenomenal, terutama jika dibandingkan dengan inovasi lain di sektor pertanian,” tambahnya.
Wyckhuys mengungkapkan bahwa Revolusi Hijau di Asia selama akhir 1960-an dapat melipatgandakan produksi beras lokal 3x lipat. Hal itu ditandai dengan meningkatkan penggunaan pupuk kimia, bahan kimia pertanian, dan metode penanaman yang lebih baru.
“Sebagian besar dari dampak Revolusi Hijau dapat dianggap berasal dari varietas padi dengan hasil ganda, yang menghasilkan USD4,3 miliar per tahun di Asia,” katanya. (Baca juga: 5 Tips Jaga daya Tahan Tubuh saat Banjir)
Associate Professor UQ Michael Furlong mengatakan bahwa keberhasilan pengendalian biologis dapat mengarahkan pada pertanian yang lebih tangguh dan makmur secara global. Pengendalian biologis menawarkan peluang besar bagi beberapa petani termiskin di dunia.
“Ini mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bahkan di lingkungan marginal, miskin, dan non-beras,” kata Furlong.
Furlong mencontohkan pada awal abad ke-20, hama kelapa (Aspidiotus destructor) menjadi ancaman bagi kemakmuran ekonomi dan ketahanan pangan di Fiji. Hama ini menimbulkan masalah serius pada tanaman seperti kelapa dan pisang. (Baca juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Suatu Negara Masuk Jurang Resesi)
Dr Kris Wyckhuys dari Sekolah Ilmu Biologi UQ mengatakan, pengendalian biologis dilakukan dengan melepaskan musuh alami dari habitat asli hama. Para ilmuwan dengan cermat memilih serangga menguntungkan yang paling efektif dan paling sedikit menimbulkan gangguan ekologis. (Baca: Pentingnya Mengajarkan Adab Makan Kepada Anak)
“Kami telah meninjau bagaimana pengenalan kontrol biologis telah secara efektif mengelola 43 hama serangga pada makanan, pakan, dan tanaman serat, di wilayah Asia Pasifik selama satu abad,” kata Wyckhuys, mengutip dari Scitechdaily.
Tim menemukan bahwa pengendalian biologis telah membantu mengatur ancaman hama di berbagai tanaman pangan utama, seperti pisang, sukun, dan kelapa. Teknik ini menyelamatkan petani di Asia sekitar 14,6-19,5 miliar dolar Amerika per tahun.
“Itu jumlah uang dan keuntungan yang fenomenal, terutama jika dibandingkan dengan inovasi lain di sektor pertanian,” tambahnya.
Wyckhuys mengungkapkan bahwa Revolusi Hijau di Asia selama akhir 1960-an dapat melipatgandakan produksi beras lokal 3x lipat. Hal itu ditandai dengan meningkatkan penggunaan pupuk kimia, bahan kimia pertanian, dan metode penanaman yang lebih baru.
“Sebagian besar dari dampak Revolusi Hijau dapat dianggap berasal dari varietas padi dengan hasil ganda, yang menghasilkan USD4,3 miliar per tahun di Asia,” katanya. (Baca juga: 5 Tips Jaga daya Tahan Tubuh saat Banjir)
Associate Professor UQ Michael Furlong mengatakan bahwa keberhasilan pengendalian biologis dapat mengarahkan pada pertanian yang lebih tangguh dan makmur secara global. Pengendalian biologis menawarkan peluang besar bagi beberapa petani termiskin di dunia.
“Ini mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bahkan di lingkungan marginal, miskin, dan non-beras,” kata Furlong.
Furlong mencontohkan pada awal abad ke-20, hama kelapa (Aspidiotus destructor) menjadi ancaman bagi kemakmuran ekonomi dan ketahanan pangan di Fiji. Hama ini menimbulkan masalah serius pada tanaman seperti kelapa dan pisang. (Baca juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Suatu Negara Masuk Jurang Resesi)