Rusak Setelah Bertugas, Pendarat Chang'e 5 Pensiun di Bulan

Selasa, 15 Desember 2020 - 08:59 WIB
loading...
Rusak Setelah Bertugas, Pendarat Change 5 Pensiun di Bulan
Pendarat Change 5 adalah bagian penting dari misi pengembalian sampel dari Bulan ke China. Unit melakukan pendaratan yang menakjubkan dan soft landing di Oceanus Procellarum, atau Ocean of Storms pada 1 Desember 2020. Foto/Ist
A A A
BEIJING - Unit pendarat Chang'e 5 China berhasil menyentuh Bulan dan mengumpulkan sampel satelit Bumi itu untuk pertama dalam rentang waktu hampir 50 tahun. Kini pendarat tersebut sudah tak lagi beroperasi. (Baca juga: Luar Angkasa Berbahaya untuk Kesehatan, Masih Minat Jadi Astronot? )

Pendarat Chang'e 5 adalah bagian penting dari misi pengembalian sampel dari Bulan ke China . Unit melakukan pendaratan yang menakjubkan dan soft landing di Oceanus Procellarum, atau "Ocean of Storms" pada 1 Desember 2020. Setelah pendaratan, unit melakukan pengambilan sampel dan eksperimen sains lainnya.

Matahari sendiri sudah terbenam di atas pesawat ruang angkasa bertenaga surya tersebut. Tanpa unit pemanas radioisotop yang dibawa oleh pendarat Chang'e 3 dan Chang'e 4 yang berumur panjang, sistem elektronik di Chang'e 5 akan mengalami suhu serendah minus 310 derajat Fahrenheit (minus 190 derajat Celcius).

Tampaknya pesawat ruang angkasa tersebut telah berhenti bekerja. Laporan menunjukkan pendarat itu rusak ketika berfungsi sebagai landasan peluncuran untuk kendaraan pendakian misi yang akan diluncurkan guna mencapai orbit rendah Bulan pada 3 Desember.

Space.com melaporkan, kendaraan pendakian membawa sampel yang dikumpulkan dengan bor dan lengan robot pendarat. Lalu mengirimkannya ke pengorbit Chang'e 5 yang mengelilingi Bulan. Kamera di pendarat menangkap lepas landas kendaraan pendakian, yang dimulai dengan mekanisme pegas sebelum menyalakan mesin 3.000 Newton milik ascender.

Pendarat berhasil mengirim data ke Bumi tetapi tidak melakukan aktivitas sejak saat itu. Pelacak radio amatir juga tidak mendeteksi sinyal apa pun dari pendarat itu sejak kendaraan lepas landas.

Hilangnya pesawat ruang angkasa itu bukanlah kejutan atau kegagalan yang tidak direncanakan. Para insinyur dan ilmuwan China telah memprediksi pendarat tersebut mengalami kerusakan selama peluncuran pendakian yang berbahaya. Pendarat telah melaksanakan tujuannya dan memainkan peran penuhnya dalam misi 23 hari yang kompleks.

Selain mengumpulkan sekitar 2 kilogram sampel Bulan, pendarat melakukan eksperimen dengan radar penembus tanah, yang akan memberikan informasi tentang lapisan di bawah lokasi pendaratan. Spektrometer pencitraan menganalisis komposisi regolith permukaan, sementara kamera panorama memberikan pemandangan yang brilian dan mendetail dari Oceanus Procellarum yang masing-masing dibuat dengan menggabungkan 120 foto.

Eksperimen lain mendeteksi debu bermuatan listrik di lokasi pendaratan menggunakan instrumen yang disebut timbangan mikro kristal kuarsa. Para ilmuwan berspekulasi dampak kendaraan pendakian ke permukaan Bulan pada 7 Desember bisa membawa debu ke sekitar pendarat Chang'e 5, di mana instrumen pesawat ruang angkasa mungkin telah mendeteksinya, tetapi dengan kerusakan pendarat, pengamatan semacam itu tampaknya tidak akan ada lagi.

NASA sangat ingin tahu tentang tantangan potensial yang disebabkan oleh debu Bulan yang ditimbulkan oleh pendaratan menjelang rencana badan tersebut untuk mengirim astronot kembali ke Bulan pada tahun 2024 melalui program Artemis.

Pengorbit Chang'e 5 memulai perjalanannya kembali ke Bumi pada 12 Desember, membawa serta kapsul masuk kembali yang berisi sampel Bulan yang berhasil dikumpulkan. Pendaratan di Bumi diperkirakan sekitar tanggal 17 Desember 2020. (Baca juga: AS Akhirnya Sanksi Turki karena Beli Sistem Rudal S-400 Rusia )
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1150 seconds (0.1#10.140)