Akan Digunakan di Stasius Pasar Senen dan Stasiun Tugu, Ini Beberapa Fakta dari GeNose C19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan memastikan bahwa GeNose C19 akan dipakai sebagai persyaratan penumpang kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dan Stasiun Tugu, Yogyakarta.
Faktanya, GeNose C19 merupakan alat screening Covid-19 buatan peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yangtelah mengantongi Izin Edar KEMENKES RI AKD 20401022883 dan siap diproduksi massal untuk dipasarkan.
GeNose C19memiliki sensitifitas 90%, spesifisitas 96%, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. Alat inovasi anak bangsa ini memangtidak bisa menggantikanalatswab test Polymerase Chain Reaction (PCR), karena hanya digunakan untuk mendeteksi virus dengan cepat.
"Ini alat untuk skrining, alat untuk deteksi cepat. Jadi tidak bersifat menggantikan diagnosis yang memang hanya bisa dilakukan dengan gold standar PCR,"kataMenteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, seperti diberitakan sebelumnya.
Berbeda dengan alat rapid test lainnya, GeNose C19 menggunakan senyawa yang dihembuskan melalui napas pasien untuk mendeteksi infeksi virus.
GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi senyawa yang dihembuskan napas. Artinya, jika pasien memakan makanan berbau menyekat sebelum melakukan pemeriksaan, kemungkinan hasil yang dideteksi oleh GeNose C19 tidak akurat.
"Satu jam atau terpaksanya itu 30 menit sebelum dites itu jangan makan makanan yang aromanya itu keras. Seperti misalnya jengkol, pete, durian, kopi, ngerokok," jelasKetua pengembang GeNose C19, Kuwat Triyana.
Untuk menggunakan GeNose C19, pasien hanya perlu menghembuskan nafas atau meniup ke dalam plastik yang telah disediakan. Sampel nafas tersebut kemudian dimasukkan ke Sensing Unit yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara.
Setelah itu, dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) yang telah disematkan ke dalam GeNose, secara otomatis akan mendeteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan secara spesifik oleh pengidap Covid-19.
"Alat ini mampu mengidentifikasi VOC seperti seekor anjing yang bisa membedakan bau dari orang berbeda," jelas Dian K. Nurputra, Tim GeNose UGM.
Faktanya, GeNose C19 merupakan alat screening Covid-19 buatan peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yangtelah mengantongi Izin Edar KEMENKES RI AKD 20401022883 dan siap diproduksi massal untuk dipasarkan.
GeNose C19memiliki sensitifitas 90%, spesifisitas 96%, akurasi 93% dengan PPV 88% dan NPV 95%. Alat inovasi anak bangsa ini memangtidak bisa menggantikanalatswab test Polymerase Chain Reaction (PCR), karena hanya digunakan untuk mendeteksi virus dengan cepat.
"Ini alat untuk skrining, alat untuk deteksi cepat. Jadi tidak bersifat menggantikan diagnosis yang memang hanya bisa dilakukan dengan gold standar PCR,"kataMenteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, seperti diberitakan sebelumnya.
Berbeda dengan alat rapid test lainnya, GeNose C19 menggunakan senyawa yang dihembuskan melalui napas pasien untuk mendeteksi infeksi virus.
GeNose C19 bekerja dengan mendeteksi senyawa yang dihembuskan napas. Artinya, jika pasien memakan makanan berbau menyekat sebelum melakukan pemeriksaan, kemungkinan hasil yang dideteksi oleh GeNose C19 tidak akurat.
"Satu jam atau terpaksanya itu 30 menit sebelum dites itu jangan makan makanan yang aromanya itu keras. Seperti misalnya jengkol, pete, durian, kopi, ngerokok," jelasKetua pengembang GeNose C19, Kuwat Triyana.
Untuk menggunakan GeNose C19, pasien hanya perlu menghembuskan nafas atau meniup ke dalam plastik yang telah disediakan. Sampel nafas tersebut kemudian dimasukkan ke Sensing Unit yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara.
Setelah itu, dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) yang telah disematkan ke dalam GeNose, secara otomatis akan mendeteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan secara spesifik oleh pengidap Covid-19.
"Alat ini mampu mengidentifikasi VOC seperti seekor anjing yang bisa membedakan bau dari orang berbeda," jelas Dian K. Nurputra, Tim GeNose UGM.
(wsb)