Orang Tidur Ternyata Bisa Diajak Berkomunikasi, Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan telah mengidentifikasi fenomena baru yang mereka gambarkan sebagai "mimpi interaktif". Kondisi ini dimana orang yang sedang tidur nyenyak dan bermimpi dapat mengikuti instruksi, menjawab pertanyaan sederhana, dan bahkan memecahkan masalah matematika dasar.
Studi baru ini meningkatkan pemahaman tentang apa yang terjadi pada otak manusia ketika sedang bermimpi. Hasil penelitian ini juga bisa membantu merawat masalah kesehatan mental tertentu. (Baca: Ilmuwan Berhasil Mengetahui Kedalaman Laut di Bulan Titan)
Ada banyak hal tentang psikologi tidur yang masih menjadi misteri, termasuk tahap rapid eye movement (REM) di mana mimpi biasanya terjadi. Mampu berbicara dengan orang yang tidur bisa sangat berguna. "Kami menemukan bahwa individu dalam tidur REM dapat berinteraksi dengan pelaku eksperimen dan terlibat dalam komunikasi langsung," kata psikolog Ken Paller dari Universitas Northwestern seperti dikutip Science Alert .
Penelitian ini, lanjut Paller, juga menunjukkan bahwa orang yang sedang bermimpi mampu memahami pertanyaan dan memberikan jawaban. "Orang kebanyakan akan mengatakan ini tidak mungkin tapi ini benar-benar bisa dilakukan," katanya.
Para peneliti melakukan eksperimen terhadap 36 orang di empat laboratorium berbeda. Salah satu sukarelawan menderita narkolepsi dan sering mengalami mimpi sambil berjalan. Sementara yang lain bervariasi dalam hal pengalaman mimpi. (Baca juga: Parahnya Cuaca Ekstrem di AS, Bahkan Satelit Cuaca Dibikin Bingung)
Selama tahap tidur terdalam, seperti yang dipantau oleh instrumen electroencephalogram (EEG), para ilmuwan berinteraksi dengan peserta penelitian melalui audio yang diucapkan, lampu berkedip, dan sentuhan fisik. Sukarelawan yang sedang tidur diminta untuk menjawab pertanyaan matematika sederhana, menghitung kilatan cahaya atau sentuhan fisik.
Jawaban diberikan sukerelawan melalui gerakan mata atau gerakan otot wajah yang disepakati sebelumnya. Di 57 sesi tidur, setidaknya satu respons yang benar untuk pertanyaan diamati di 47 persen sesi di mana lucid dream dikonfirmasi oleh peserta.
"Kami menyatukan hasil karena kami merasa bahwa kombinasi hasil dari empat laboratorium berbeda menggunakan pendekatan berbeda yang paling meyakinkan membuktikan realitas fenomena komunikasi dua arah ini," kata ahli saraf Karen Konkoly dari Northwestern University. (Baca juga: Manusia Neanderthal Ikut Andil Dalam Kesembuhan Pasien Covid-19, Bagaimana Caranya?)
Penelitian ini dapat membantu studi masa depan tentang mimpi, ingatan, dan betapa pentingnya tidur untuk memperbaiki ingatan. Mungkin juga berguna dalam pengobatan gangguan tidur. Selanjutnya bahkan mungkin memberi kita cara mengingat apa yang telah kita lihat dan alami dalam mimpi.
Studi baru ini meningkatkan pemahaman tentang apa yang terjadi pada otak manusia ketika sedang bermimpi. Hasil penelitian ini juga bisa membantu merawat masalah kesehatan mental tertentu. (Baca: Ilmuwan Berhasil Mengetahui Kedalaman Laut di Bulan Titan)
Ada banyak hal tentang psikologi tidur yang masih menjadi misteri, termasuk tahap rapid eye movement (REM) di mana mimpi biasanya terjadi. Mampu berbicara dengan orang yang tidur bisa sangat berguna. "Kami menemukan bahwa individu dalam tidur REM dapat berinteraksi dengan pelaku eksperimen dan terlibat dalam komunikasi langsung," kata psikolog Ken Paller dari Universitas Northwestern seperti dikutip Science Alert .
Penelitian ini, lanjut Paller, juga menunjukkan bahwa orang yang sedang bermimpi mampu memahami pertanyaan dan memberikan jawaban. "Orang kebanyakan akan mengatakan ini tidak mungkin tapi ini benar-benar bisa dilakukan," katanya.
Para peneliti melakukan eksperimen terhadap 36 orang di empat laboratorium berbeda. Salah satu sukarelawan menderita narkolepsi dan sering mengalami mimpi sambil berjalan. Sementara yang lain bervariasi dalam hal pengalaman mimpi. (Baca juga: Parahnya Cuaca Ekstrem di AS, Bahkan Satelit Cuaca Dibikin Bingung)
Selama tahap tidur terdalam, seperti yang dipantau oleh instrumen electroencephalogram (EEG), para ilmuwan berinteraksi dengan peserta penelitian melalui audio yang diucapkan, lampu berkedip, dan sentuhan fisik. Sukarelawan yang sedang tidur diminta untuk menjawab pertanyaan matematika sederhana, menghitung kilatan cahaya atau sentuhan fisik.
Jawaban diberikan sukerelawan melalui gerakan mata atau gerakan otot wajah yang disepakati sebelumnya. Di 57 sesi tidur, setidaknya satu respons yang benar untuk pertanyaan diamati di 47 persen sesi di mana lucid dream dikonfirmasi oleh peserta.
"Kami menyatukan hasil karena kami merasa bahwa kombinasi hasil dari empat laboratorium berbeda menggunakan pendekatan berbeda yang paling meyakinkan membuktikan realitas fenomena komunikasi dua arah ini," kata ahli saraf Karen Konkoly dari Northwestern University. (Baca juga: Manusia Neanderthal Ikut Andil Dalam Kesembuhan Pasien Covid-19, Bagaimana Caranya?)
Penelitian ini dapat membantu studi masa depan tentang mimpi, ingatan, dan betapa pentingnya tidur untuk memperbaiki ingatan. Mungkin juga berguna dalam pengobatan gangguan tidur. Selanjutnya bahkan mungkin memberi kita cara mengingat apa yang telah kita lihat dan alami dalam mimpi.
(ysw)