Ilmuwan Berhasil Mengetahui Kedalaman Laut di Bulan Titan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para peneliti mengukur kedalaman salah satu muara di Titan untuk memperkirakan kemungkinan berapa kedalaman laut di sana. Titan sendiri merupakan bulan di Planet Saturnus yang diketahui, satu-satunya di tata surya kita yang memiliki cairan di permukaannya.
Namun berdasarkan penelitian, cairan yang ada di permukaan Titan sangat berbahaya. Cairan di Titan merupakan hidrokarbon cair, kebanyakan metana dan etana. (Baca: Berukuran 7 Kali Bumi, Imuwan Temukan Planet Baru dengan 3 Matahari)
Dalam makalah yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research, para ilmuwan planet telah memperkirakan kedalaman Moray Sinus, yang terletak di ujung utara Kraken Mare, laut terbesar yang diketahui ada di permukaan Titan.
Misi Cassini yang mempelajari Saturnus dan bulannya selama lebih dari satu dekade. Menggunakan altimeter RADAR, tim menggunakan perbedaan waktu dari sinyal balik yang dipantulkan oleh permukaan laut di muara dan sinyal yang melewati cairan dan dipantulkan dari dasar laut untuk mengetahui kedalaman muara dan laut.
Berdasarkan cara tersebut, tim dapat memperkirakan bahwa muara itu memiliki kedalaman sekitar 85 meter (280 kaki). Data juga memungkinkan para peneliti untuk memperkirakan bahwa Laut Kraken memiliki kedalaman sekitar 300 meter (1.000 kaki). (Baca juga: Benarkan Orang yang Divaksin Covid-19 Dilarang Donor Darah Selama Setahun?)
"Kedalaman dan komposisi dari masing-masing laut Titan telah diukur, kecuali laut terbesar Titan , Kraken Mare yang mengandung sekitar 80% cairan di permukaan bulan," penulis utama Valerio Poggiali, seorang rekan peneliti di Cornell Center for Astrophysics and Planetary Science.
Berdasarkan perkiraan ini, tampaknya laut Kraken Mare berisi etana bukan air. Ini merupakan fakta penting dalam pemahaman ilmuwan tentang Titan. Secara kimiawi, metana di atmosfer Titan diubah menjadi etana oleh sinar matahari. Jadi, setelah miliaran tahun, semestinya semuanya adalah etana, tetapi metana tetap ada dan sumbernya saat ini masih menjadi misteri.
Eksplorasi bulan Titan lebih lanjut direncanakan pada pertengahan 2026 dengan misi Dragonfly NASA yang bertujuan untuk mencari asal atau tanda-tanda kehidupan. Dragonfly NASA diperkirakan tiba Titan pada tahun 2034. (Baca juga: Ilmuwan Menemukan Fakta Baru Semprotan Bisa Ular Kobra)
Ilmuwan juga sedang melihat kemungkinan mengirim kapal selam robotik dapat menjelajahi laut dan danau dalam misi di masa depan di Titan. Sesuatu yang menurut para peneliti akan sangat penting untuk menjelajahi Kraken Mare.
Namun berdasarkan penelitian, cairan yang ada di permukaan Titan sangat berbahaya. Cairan di Titan merupakan hidrokarbon cair, kebanyakan metana dan etana. (Baca: Berukuran 7 Kali Bumi, Imuwan Temukan Planet Baru dengan 3 Matahari)
Dalam makalah yang diterbitkan di Journal of Geophysical Research, para ilmuwan planet telah memperkirakan kedalaman Moray Sinus, yang terletak di ujung utara Kraken Mare, laut terbesar yang diketahui ada di permukaan Titan.
Misi Cassini yang mempelajari Saturnus dan bulannya selama lebih dari satu dekade. Menggunakan altimeter RADAR, tim menggunakan perbedaan waktu dari sinyal balik yang dipantulkan oleh permukaan laut di muara dan sinyal yang melewati cairan dan dipantulkan dari dasar laut untuk mengetahui kedalaman muara dan laut.
Berdasarkan cara tersebut, tim dapat memperkirakan bahwa muara itu memiliki kedalaman sekitar 85 meter (280 kaki). Data juga memungkinkan para peneliti untuk memperkirakan bahwa Laut Kraken memiliki kedalaman sekitar 300 meter (1.000 kaki). (Baca juga: Benarkan Orang yang Divaksin Covid-19 Dilarang Donor Darah Selama Setahun?)
"Kedalaman dan komposisi dari masing-masing laut Titan telah diukur, kecuali laut terbesar Titan , Kraken Mare yang mengandung sekitar 80% cairan di permukaan bulan," penulis utama Valerio Poggiali, seorang rekan peneliti di Cornell Center for Astrophysics and Planetary Science.
Berdasarkan perkiraan ini, tampaknya laut Kraken Mare berisi etana bukan air. Ini merupakan fakta penting dalam pemahaman ilmuwan tentang Titan. Secara kimiawi, metana di atmosfer Titan diubah menjadi etana oleh sinar matahari. Jadi, setelah miliaran tahun, semestinya semuanya adalah etana, tetapi metana tetap ada dan sumbernya saat ini masih menjadi misteri.
Eksplorasi bulan Titan lebih lanjut direncanakan pada pertengahan 2026 dengan misi Dragonfly NASA yang bertujuan untuk mencari asal atau tanda-tanda kehidupan. Dragonfly NASA diperkirakan tiba Titan pada tahun 2034. (Baca juga: Ilmuwan Menemukan Fakta Baru Semprotan Bisa Ular Kobra)
Ilmuwan juga sedang melihat kemungkinan mengirim kapal selam robotik dapat menjelajahi laut dan danau dalam misi di masa depan di Titan. Sesuatu yang menurut para peneliti akan sangat penting untuk menjelajahi Kraken Mare.
(ysw)