Terlalu Banyak Waktu Habis di Medsos? Mungkin Anda Harus Puasa Dopamin

Jum'at, 12 Maret 2021 - 19:05 WIB
loading...
Terlalu Banyak Waktu Habis di Medsos? Mungkin Anda Harus Puasa Dopamin
Puasa dopamin bertujuan untuk menghilangkan kecanduan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Puasa dopamin atau dopamine detox belakangan menjadi istilah baru yang penting dan relevan bagi masyarakat urban yang merasa terlalu banyak membuang waktu untuk scrolling linimasa media sosial.

Selama beberapa bulan terakhir, Dini (37) merasa dirinya semakin tidak produktif. Banyak tugasnya yang menumpuk. Praktisi humas itu mengaku banyak sekali waktunya terbuang dalam sehari untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu penting: melihat sosial media. ”Saya merasa dalam sehari menghabiskan sangat banyak waktu untuk screen time,” ungkapnya.



Apa yang dialami Dini sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, sudah banyak dialami oleh masyarakat. Ketika internet semakin cepat, sosial media kian beragam, dan hiburan di ponsel begitu variatif, sangat mudah untuk menghabiskan banyak sekali waktu di layar ponsel.

Terlalu Banyak Waktu Habis di Medsos? Mungkin Anda Harus Puasa Dopamin

Dampaknya, tidak hanya produktivitas berkurang. Tapi, keinginan untuk belajar, membaca buku, berolah raga, serta aktivitas-aktivitas berat lain juga jauh berkurang.
Jika itu sudah terjadi, maka sudah saatnya melakukan 'puasa dopamin atau dopamine detox. Apa itu?

Dopamin adalah neurotransmiter yang penting buat tubuh, karena fungsinya yang menyampaikan pesan ke otak agar bisa mengatur gerakan badan, memantik motivasi, menyampaikan untuk mencari kesenangan, perhatian, dan lainnya.

Singkatnya, hormon dopamin akan aktif ketika kita sedang melakukan aktivitas-aktivitas menyenangkan atau yang menghibur.

Ketika dopamin aktif, kita akan merasa senang dan bahagia. Ini terjadi saat sedang bermain game hingga berselancar internet. Mulai melihat linimasa sosial media, menonton film, mendengarkan musik, bahkan makan makanan favorit. Semua aktivitas itu merilis hormon dopamin.

Yang jadi masalah, ketika kita membiasakan diri dengan kegiatan yang merilis dopamin dalam jumlah banyak, maka menjadi malas atau susah untuk berlama-lama melakukan aktivitas dengan dopamin rendah. Misalnya membaca buku, berolahraga, mengerjakan tugas kantor/kuliah, dan lainnya.

Nah, bagaimana caranya agar tidak terlalu banyak dopamin di otak? Dr. Cameron Sepah, psikolog asal San Fransisco, pertama mengeluarkan istilah puasa dopamin. Ia berpendapat bahwa terlalu banyak melakukan aktivitas yang merilis dopamin dalam jumlah besar seperti media sosial, bisa menyebabkan ketergantungan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1822 seconds (0.1#10.140)