Jalur Pelayaran Lumpuh, Inilah Sejarah Panjang Terusan Suez

Sabtu, 27 Maret 2021 - 20:33 WIB
loading...
Jalur Pelayaran Lumpuh, Inilah Sejarah Panjang Terusan Suez
Kapal kontainer besar Evergreens Ever Given kandas dan tersangkut di Terusan Suez . FOTO/ IST
A A A
MEDITERANIA - Dunia terus merugi pasca Kapal kontainer besar kandas dan tersangkut di Terusan Suez . Kandasnya Kapal bernama Evergreen's Ever Given telah menyebabkan kekacauan internasional, dengan kemacetan 200 kapal di Laut Merah memaksa perusahaan mengubah rute kapal mereka.

Mengutip dari berbagai sumber, Terusan Suez adalah jalur air permukaan laut buatan di Mesir yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah. Jalur tersebut menawarkan perjalanan lebih pendek antara Atlantik Utara (Eropa) dan Samudera Hindia bagian utara (Asia) melalui Laut Mediterania dan Laut Merah dengan menghindari Atlantik Selatan dan samudra India Selatan.

Terusan Suez membentang dari ujung utara Pelabuhan Said ke ujung selatan Pelabuhan Tewfik (serakarang dikenal Pelabuhan Suez) di kota Suez. Panjangnya 193,30 km (120,11 mil), termasuk saluran akses utara dan selatan.

Ferdinand de Lesseps adalah aktor utama di balik pembangunan Terusan Suez. Ia juga aktor yang mendorong pembangunan Terusan Panama. Ia adalah pendiri Suez Canal Company dan sepak terjangnya memperoleh dukungan dari Napoleon III dan Ratu Eugenie

Pada tahun 1855, Lesseps membujuk temannya Muhammad Said Pasha, Gubernur Mesir, agar memberinya izin untuk membangun kanal tersebut.

Di saat yang bersamaan, Inggris menentang pembangunan kanal karena banyak orang berpikir bahwa ini tidak akan benar-benar memberikan keuntungan, sekaligus ingin membatasi ambisi kekaisaran Prancis.

Tidak terpengaruh, Lesseps meluncurkan kampanye besar untuk mengumpulkan uang guna mendanai pembuatan terusan melalui penjualan saham. Saham utama dipegang oleh Said selaku pemberi izin, sementara saham utama lain dipegang oleh penyelenggara atau diberikan kepada tokoh berpengaruh, dan saham publik dijual di Eropa dan Amerika Serikat.

Said mengambil sebagian besar saham yang tidak terbeli dan penggalian terusan tersebut dimulai pada tahun 1859. Said juga setuju untuk menyediakan pekerja paksa yang berasal dari golongan petani Mesir, untuk membangun kanal tersebut. Kerja paksa ditambah dengan tenaga kerja asing yang dibayar dan mesin yang harganya dua kali lipat dari tenaga kerja manual.

Pada saat itu ekonomi Mesir sedang naik. Mesir diuntungkan dengan naiknya harga kapas sebagai komoditi utama, yang disebabkan turunnya produksi kapas dari Amerika Serikat.

Terusan Suez selesai dibangun pada tahun 1869 dan secara resmi dibuka pada 17 November 1869. Selama tahun-tahun pertamanya, Terusan Suez mengalami kerugian secara finansial, namun pendapatan meningkat secara bertahap.

Kejayaan ekonomi Mesir tidak bertahan lama. Begitu Amerika Serikat kembali memasuki pasar kapas, harga kapas langsung anjlok, dan Mesir pun mengalami kebangkrutan pada 1874.

Gubernur Mesir, Ismail Pasha, terpaksa menjual saham Terusan Sueznya (44 persen dari total kepemilikan saham) dengan harga murah sebesar 4 juta pound ke Inggris Raya, namun Prancis tetap memegang saham mayoritas.

Seiring dengan hutang yang terus bertambah, Prancis dan Inggris membentuk Caisse de la Dette (Komisi Hutang Publik) pada tahun 1876 untuk memastikan pembayaran hutang Mesir.

Ismail dipaksa untuk menyerahkan tahta kepada anaknya Tawfik, seorang pemimpinyang lemah dan mudah dipengaruhi, pada tahun 1879.

Pengendalian atas pembayaran utang Mesir memungkinkan kedua kekuatan kekaisaran tersebut secara bertahap mengambil alih keuangan Mesir dan menyebabkan pendudukan Inggris di Mesir pada tahun 1882. Inggris menduduki Mesir dan Sudan atas permintaan Tewfiq untuk menekan Pemberontakan Urabi terhadap pemerintahannya.

Konvensi Konstantinopel pada tahun 1888 menyatakan Terusan Suez menjadi sebuah zona netral di bawah perlindungan Inggris.

Meskipun Terusan Suez berada di wilayah Mesir dan sebagian besar dibangun dengan tenaga kerja Mesir, namun tetap berada di bawah kendali asing hingga pertengahan abad ke-20.

Baru pada kepemimpinan Gamal Abdul Nasser, Terusan Suez dinasionalisasi pada 26 Juli 1956. Keputusan berani Nasser ini menyebabkan Perang Arab-Israel (1956) antara Mesir melawan aliansi tiga kekuatan; Israel, Prancis dan Inggris.

Meskipun Terusan Suez tidak memiliki kunci, kapal membentuk konvoi utara atau selatan untuk transit antara Port Said dan Suez. The Great Bitter Lake di Kanal sering digunakan sebagai tempat penahanan kapal-kapal untuk berlabuh selama beberapa jam sambil menunggu kapal-kapal berlalu menuju arah lain.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2020 seconds (0.1#10.140)