Jakarta Termasuk dari 3 Kota Besar di Dunia yang Akan Tenggelam

Sabtu, 03 April 2021 - 11:10 WIB
loading...
Jakarta Termasuk dari 3 Kota Besar di Dunia yang Akan Tenggelam
Ilustrasi cuaca ekstrem. FOTO/ DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Perubahan iklim adalah ancaman besar hal ini memaksa terjadinya penurunan muka tanah di kota-kota besar di dunia termasuk Jakarta. Di daerah pesisir yang padat penduduk, permukaan tanah turun lebih cepat ketimbang kenaikan muka laut.

Seperti dilansir dari Conversation. Penurunan muka tanah secara perlahan terjadi alami di delta sungai dan bisa dipercepat dengan ekstraksi air tanah, minyak dan gas, yang menyebabkan tanah berkonsolidasi dan permukaan kehilangan ketinggian.

Para peneliti baru memahami implikasi global dari ancaman ini sebatas pada kota-kota di pesisir. Kawasan pesisir rata-rata mengalami kenaikan muka laut relatif kurang dari 3 milimeter (mm) per tahun, namun perumahan di kawasan pesisir rata-rata akan mengalami kenaikan sekitar 8mm hingga 10mm per tahun.

Temuan ini merefleksikan bahwa manusia lebih memilih tinggal di delta sungai, dataran banjir, dan daerah rawan tenggelam lainnya. Ini akhirnya mempercepat subsiden.

Kota-kota yang tenggelam memiliki penduduk lebih dari 150 juta jiwa di kawasan pesisir, atau sekitar 20% dari total penduduk tinggal di pesisir.

Kenaikan muka laut relatif akan lebih mendadak dan memiliki dampak parah daripada yang diprediksikan oleh peneliti.

Berikut beberapa kota-kota yang paling terdampak :

Jakarta

Jakarta memiliki penduduk 10 juta jiwa dan dibangun di dataran rendah dekat dengan laut. Penyedotan air tanah menjadi penyebab kota ini turun lebih dari tiga meter dari tahun 1947 hingga 2010 dan banyak bagian dari kota tersebut menurun hingga 10 sentimeter (cm) atau lebih setiap tahun.

Subsiden ini tidak terjadi merata, sehingga menimbulkan risiko yang tidak sama; akibatnya, perencanaan perkotaan menjadi sulit.

Bangunan-bangunan terhantam banjir, banyak kerusakan infrastruktur terlihat di bangunan yang diabaikan.

Jakarta telah membangun dinding laut untuk mengatasi subsiden. Namun, karena air tanah terus menerus disedot, kebijakan ini hanya akan bertahan sementara sebelum masalah yang sama berulang kembali.

Dan, kota ini perlu memompa karena air tanah masih digunakan sebagai air minum.

Menyedot air tanah, yang diperlukan agar manusia bisa bertahan hidup, pada akhirnya membuat kita menghadapi risiko banjir.

Perjuangan mengatasi subsiden semakin lemah, dengan pemerintah di tahun 2019 mengusulkan untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan. Subsiden menjadi salah satu alasan perpindahan ini.

Shanghai

Berkembang pesat selama beberapa dekade belakangan dan kini memiliki 26 juta penduduk, Shanghai menjadi salah satu terancam tenggelam.

Laju maksimal subsiden kota ini mencapai sekitar 2,5cm per tahun.

Ini terjadi akibat rendahnya muka air tanah, yang dipengaruhi oleh saluran drainase untuk membangun pencakar langit, jalur kereta dan jalan (contohnya, Metro Line 1, dibangun tahun 1990-an, menyebabkan penurunan muka tanah).

Apabila tidak ada perlindungan, maka pada tahun 2100, laju subsiden dan kenaikan muka laut akan membuat sebuah badai dapat berisiko membanjiri sekitar 15% dari kota ini.

New Orleans

Di New Orleans, tanggul dan saluran air yang berusia ratusan tahun telah efektif membanjiri dan menenggelamkan kota. Setengah area kota ini berada di bawah muka laut.

Banyak kawasan New Orleans berada di bawah muka laut (merah) dan bergantung pada dinding laut untuk tetap kering. The Data Center, New Orleans, CC BY-SA

Kerugian yang diakibatkan oleh badai ini mencapai sedikitnya USD 40 miliar (Rp577 triliun) dan terutama dialami oleh komunitas Afrika-Amerika di kota tersebut.

Lebih dari 1.570 jiwa meninggal di negara bagian Louisiana. Jika kota ini tidak mengalami subsiden, kerusakan sangat mungkin bisa dikurangi dan banyak jiwa bisa diselamatkan.

Keputusan yang dibuat puluhan tahun lalu telah membuka jalan untuk bencana yang kita lihat saat ini, dan akan mungkin terjadi di masa depan.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0872 seconds (0.1#10.140)