Laut Stabil, Hasil Riset Minta Penduduk Bumi Harus Waspada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perubahan iklim membuat bumi menjadi semakin hangat. Tak hanya daratan yang merasakannya perubahan, lautan pun merespons perubahan tersebut. Hal ini pun membuat air laut menjadi stabil hal ini sangaat mengganggu ekosistem laut menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
Seperti tertulis dalam Jurnal Oceans 21 terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB, Dalam studi terbaru, dari hasil analisis jutaan sampel, terungkap bahwa selama 5 dekade terakhir, stabilitas lautan meningkat enam kali lebih cepat dari yang diantisipasi oleh para ilmuwan.
Stabilitas lautan adalah pengatur penting untuk iklim global dan produktivitas ekosistem laut yang merupakan sumber pangan bagi manusia di dunia.
Ia mengontrol bagaimana panas, karbon, nutrien, dan gas terlarut berpindah-pindah antara lapisan atas dan bawah lautan.
Baca juga : Cybertank 300, Jawaban China Buat Jeep Wrangler dan G-Class
Jadi, meski pun laut yang lebih stabil terdengar seperti hal yang menggembirakan, sebenarnya ini kurang menyenangkan dalam realitas.
Ini bisa berarti lapisan atas menyerap lebih banyak panas, tidak menyimpan nutrien, yang membawa dampak besar bagi kehidupan dan iklim lautan.
Pemanasan global disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan panas dan karbon dioksida. Sehingga satu abad belakangan ini peningkatkan suhu global rata-rata 1 derajat Fahrenheit atau setara 0,6 derajat Celcius.
Di lautan perubahan ini menyebabkan peningkatan suhu air sekitar 0,18 derajat Fahrenheit atau 0,1 derajat Celcius.
Pemanasan ini juga terjadi dari permukaan hingga kedalaman 2300 kaki (700 meter), di mana kehidupan laut paling subur berada di daerah tersebut.
Organisme laut yang paling rentan terhadap perubahan suhu air laut adalah karang. Sebuah bukti bahwa terumbu akan memutih walau perubahan suhu hanya sedikit. Pemutihan terumbu karang atau bleaching akan memperlambat pertumbuhan sehingga rentan penyakit dan menyebabkan kematian dalam skala besar.
Suhu permukaan laut mendingin semakin jauh dari ekuator dan semakin dekat kutub. Ini sebuah poin sederhana, tetapi memiliki implikasi yang besar.
Suhu, bersama dengan salinitas dan tekanan, mengontrol kepadatan air laut. Artinya, permukaan laut menjadi lebih padat saat menjauhi daerah tropis. BACA JUGA - PS5 Cetak Sejarah, Jadi Konsol dengan Penjualan Tercepat di AS
Kepadatan air laut juga meningkatkan kedalaman karena cahaya matahari yang menghangatkan lautan terserap di permukaan, sedangkan lautan dalam penuh dengan air dingin.
Perubahan kepadatan dengan kedalaman ini yang disebut oleh ahli kelautan sebagai stabilitasSemakin cepat meningkat, maka lautan semakin stabil
Banyak ahli cuaca mengatakan, kita sudah melihat efek peningkatan suhu lain dalam bentuk badai tropis dan lebih sering terjadinya badai atau siklon. Air permukaan yang hangat pun menghilang berubah menjadi uap, sehingga potensi badai laut semakin besar.
Badai kuat juga lebih berpotensi mengakibatkan kerusakan di daratan. Badai ini juga membahayakan ekosistem laut seperti terumbu karang dan rumbut laut. Peningkatan intensitas badai membuat habitat sulit untuk pulih.
Peningkatan suhu laut juga terkait dengan penyebaran spesies bahkan penyakit laut. Faktor yang membuat habitat laut stabil ialah suhu air. Jika ekosistem menjadi lebih hangat menyebabkan bakteri berkembang. Hal ini menyebabkan spesies laut terpaksa bermigrasi kemudian terancam punah.
Air laut yang hangat juga menyebabkan mencarinya es di kutub sehingga banyak gunung-gunung es mencair. Pencairan es ini dapat memicu perubahan iklim dengan sangat cepat. Para ilmuwan khawatir ini pun mengganggu conveyor belt, sistem arus global yang mengatur suhu bumi.
Seperti tertulis dalam Jurnal Oceans 21 terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB, Dalam studi terbaru, dari hasil analisis jutaan sampel, terungkap bahwa selama 5 dekade terakhir, stabilitas lautan meningkat enam kali lebih cepat dari yang diantisipasi oleh para ilmuwan.
Stabilitas lautan adalah pengatur penting untuk iklim global dan produktivitas ekosistem laut yang merupakan sumber pangan bagi manusia di dunia.
Ia mengontrol bagaimana panas, karbon, nutrien, dan gas terlarut berpindah-pindah antara lapisan atas dan bawah lautan.
Baca juga : Cybertank 300, Jawaban China Buat Jeep Wrangler dan G-Class
Jadi, meski pun laut yang lebih stabil terdengar seperti hal yang menggembirakan, sebenarnya ini kurang menyenangkan dalam realitas.
Ini bisa berarti lapisan atas menyerap lebih banyak panas, tidak menyimpan nutrien, yang membawa dampak besar bagi kehidupan dan iklim lautan.
Pemanasan global disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan panas dan karbon dioksida. Sehingga satu abad belakangan ini peningkatkan suhu global rata-rata 1 derajat Fahrenheit atau setara 0,6 derajat Celcius.
Di lautan perubahan ini menyebabkan peningkatan suhu air sekitar 0,18 derajat Fahrenheit atau 0,1 derajat Celcius.
Pemanasan ini juga terjadi dari permukaan hingga kedalaman 2300 kaki (700 meter), di mana kehidupan laut paling subur berada di daerah tersebut.
Organisme laut yang paling rentan terhadap perubahan suhu air laut adalah karang. Sebuah bukti bahwa terumbu akan memutih walau perubahan suhu hanya sedikit. Pemutihan terumbu karang atau bleaching akan memperlambat pertumbuhan sehingga rentan penyakit dan menyebabkan kematian dalam skala besar.
Suhu permukaan laut mendingin semakin jauh dari ekuator dan semakin dekat kutub. Ini sebuah poin sederhana, tetapi memiliki implikasi yang besar.
Suhu, bersama dengan salinitas dan tekanan, mengontrol kepadatan air laut. Artinya, permukaan laut menjadi lebih padat saat menjauhi daerah tropis. BACA JUGA - PS5 Cetak Sejarah, Jadi Konsol dengan Penjualan Tercepat di AS
Kepadatan air laut juga meningkatkan kedalaman karena cahaya matahari yang menghangatkan lautan terserap di permukaan, sedangkan lautan dalam penuh dengan air dingin.
Perubahan kepadatan dengan kedalaman ini yang disebut oleh ahli kelautan sebagai stabilitasSemakin cepat meningkat, maka lautan semakin stabil
Banyak ahli cuaca mengatakan, kita sudah melihat efek peningkatan suhu lain dalam bentuk badai tropis dan lebih sering terjadinya badai atau siklon. Air permukaan yang hangat pun menghilang berubah menjadi uap, sehingga potensi badai laut semakin besar.
Badai kuat juga lebih berpotensi mengakibatkan kerusakan di daratan. Badai ini juga membahayakan ekosistem laut seperti terumbu karang dan rumbut laut. Peningkatan intensitas badai membuat habitat sulit untuk pulih.
Peningkatan suhu laut juga terkait dengan penyebaran spesies bahkan penyakit laut. Faktor yang membuat habitat laut stabil ialah suhu air. Jika ekosistem menjadi lebih hangat menyebabkan bakteri berkembang. Hal ini menyebabkan spesies laut terpaksa bermigrasi kemudian terancam punah.
Air laut yang hangat juga menyebabkan mencarinya es di kutub sehingga banyak gunung-gunung es mencair. Pencairan es ini dapat memicu perubahan iklim dengan sangat cepat. Para ilmuwan khawatir ini pun mengganggu conveyor belt, sistem arus global yang mengatur suhu bumi.
(wbs)