Teknik Prosedur SUBLOOK, SUBMISS dan SUBSUNK Kapal Selam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Operasi pencarian kapal selam KRI Nanggala 402 mulai menemukan titik terang, TNI resmi menyatakan KRI Nanggala 402 tenggelam (subsunk) setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak (submiss) . Kapal selam TNI AL itu tenggelam di kedalaman 850 meter di perairan Bali utara.
"Saat ini kita isyaratkan dari sub-miss kita tingkatkan menuju fase sub-sunk," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono dalam jumpa pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai Bali, Sabtu (25/4/2021).
Ada dua tantangan utama dalam mencari kapal selam yang hilang. Pertama adalah tantangan dalam menemukan kapal itu. Kapal selam dirancang untuk tidak mudah dilacak. Saat Nanggala menyelam dalam latihan rutin itu, kecil kemungkinan ada pelacakan terhadap kapal itu.
BACA JUGA - Selain Makhluk seperti Laba-Laba, Mars Diyakini Dihuni Malaikat
Bahkan dalam latihan jarak dekat sekalipun, akan sangat sulit untuk terus-menerus melacak sebuah kapal selam dengan sonar.
Nanggala mungkin memiliki jalur yang sudah direncanakan dalam latihan, tapi lokasi yang bisa kita ketahui dengan jelas adalah lokasi saat awak kapal melakukan kontak terakhir.
Biasanya, petunjuk pertama sebuah kapal selam hilang - kecuali ada tabrakan yang jelas dengan kapal lain di permukaan - adalah tidak ada laporan rutin dari awak.
Angkatan-angkatan laut dunia memiliki prosedur terencana untuk memeriksa dan memulai pencarian jika sebuah kapal selam berhenti melapor.
Prosedur ini akan segea dilakukan saat laporan tidak dilakukan. Otoritas akan segera berganti dari prosedur yang dinamai “SUBLOOK” (pencarian kapal selam) ke prosedur “SUBMISS” (kapal selam hilang). Lalu, jika tidak ada harapan lagi atau ada bukti telah terjadi kecelakaan, ada prosedur “SUBSUNK” (kapal selam tenggelam).
Sebanyak apa pun jumlah pencari dan seberapa canggih pun sensor yang mereka miliki, akan selalu ada ruang ketidakpastian, dan bisa jadi sangat besar.
Semakin cepat kapal selam itu bergerak, semakin lama jangka waktu sejak kontak terakhir, semakin besar ruang ketidakpastian itu.
Kapal selam memiliki pelampung indikator yang dapat dilepaskan untuk memberi tahu posisinya saat terjadi kecelakaan. Ini tentu saja jika kecelakaan itu tidak menghalangi kemampuan awak untuk melepaskan pelampung.
Di perairan dangkal, pelampung-pelampung ini bisa tetap tersambung pada kapal selam. Di perairan dalam, pelampung ini mengapung bebas; sehingga saat tim pencari menemukan pelampung ini, mereka harus mengkalkulasi perkiraan posisi saat pelampung itu dilepas, dengan segala faktor tidak pasti terkait angin dan arus air.
Ini juga bisa dilakukan jika ada puing atau bahan bakar yang ditemukan di permukaan laut - seperti tumpahan oli dan minyak yang mungkin ditemukan oleh tim pencari Nanggala.
Dalam kesempatan tersebut, Hadi menjelaskan bahwa operasi Search and Rescue (SAR) telah memasuki hari keempat sejak dinyatakan hilang pada Rabu (21/4/2021). Sejak awal, seluruh komponen yang dikerahkan telah bekerja semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan kapal selam tersebut.
"TNI Angkatan Laut bersama Kepolisian, Basarnas, KNKT serta negara sahabat telah berupaya semaksimal mungkin mencari keberadaan KRI Nanggala-402," ucap Hadi.
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengakui Sabtu (24/4/2024) dini hari, merupakan batas akhir live support berupa ketersediaan oksigen bagi seluruh ABK kapal. Namun, hingga batas akhir live support tersebut, keberadaan kapal juga tidak bisa ditemukan.
"Saat ini kita isyaratkan dari sub-miss kita tingkatkan menuju fase sub-sunk," kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono dalam jumpa pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai Bali, Sabtu (25/4/2021).
Ada dua tantangan utama dalam mencari kapal selam yang hilang. Pertama adalah tantangan dalam menemukan kapal itu. Kapal selam dirancang untuk tidak mudah dilacak. Saat Nanggala menyelam dalam latihan rutin itu, kecil kemungkinan ada pelacakan terhadap kapal itu.
BACA JUGA - Selain Makhluk seperti Laba-Laba, Mars Diyakini Dihuni Malaikat
Bahkan dalam latihan jarak dekat sekalipun, akan sangat sulit untuk terus-menerus melacak sebuah kapal selam dengan sonar.
Nanggala mungkin memiliki jalur yang sudah direncanakan dalam latihan, tapi lokasi yang bisa kita ketahui dengan jelas adalah lokasi saat awak kapal melakukan kontak terakhir.
Biasanya, petunjuk pertama sebuah kapal selam hilang - kecuali ada tabrakan yang jelas dengan kapal lain di permukaan - adalah tidak ada laporan rutin dari awak.
Angkatan-angkatan laut dunia memiliki prosedur terencana untuk memeriksa dan memulai pencarian jika sebuah kapal selam berhenti melapor.
Prosedur ini akan segea dilakukan saat laporan tidak dilakukan. Otoritas akan segera berganti dari prosedur yang dinamai “SUBLOOK” (pencarian kapal selam) ke prosedur “SUBMISS” (kapal selam hilang). Lalu, jika tidak ada harapan lagi atau ada bukti telah terjadi kecelakaan, ada prosedur “SUBSUNK” (kapal selam tenggelam).
Sebanyak apa pun jumlah pencari dan seberapa canggih pun sensor yang mereka miliki, akan selalu ada ruang ketidakpastian, dan bisa jadi sangat besar.
Semakin cepat kapal selam itu bergerak, semakin lama jangka waktu sejak kontak terakhir, semakin besar ruang ketidakpastian itu.
Kapal selam memiliki pelampung indikator yang dapat dilepaskan untuk memberi tahu posisinya saat terjadi kecelakaan. Ini tentu saja jika kecelakaan itu tidak menghalangi kemampuan awak untuk melepaskan pelampung.
Di perairan dangkal, pelampung-pelampung ini bisa tetap tersambung pada kapal selam. Di perairan dalam, pelampung ini mengapung bebas; sehingga saat tim pencari menemukan pelampung ini, mereka harus mengkalkulasi perkiraan posisi saat pelampung itu dilepas, dengan segala faktor tidak pasti terkait angin dan arus air.
Ini juga bisa dilakukan jika ada puing atau bahan bakar yang ditemukan di permukaan laut - seperti tumpahan oli dan minyak yang mungkin ditemukan oleh tim pencari Nanggala.
Dalam kesempatan tersebut, Hadi menjelaskan bahwa operasi Search and Rescue (SAR) telah memasuki hari keempat sejak dinyatakan hilang pada Rabu (21/4/2021). Sejak awal, seluruh komponen yang dikerahkan telah bekerja semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan kapal selam tersebut.
"TNI Angkatan Laut bersama Kepolisian, Basarnas, KNKT serta negara sahabat telah berupaya semaksimal mungkin mencari keberadaan KRI Nanggala-402," ucap Hadi.
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengakui Sabtu (24/4/2024) dini hari, merupakan batas akhir live support berupa ketersediaan oksigen bagi seluruh ABK kapal. Namun, hingga batas akhir live support tersebut, keberadaan kapal juga tidak bisa ditemukan.
(wbs)