Ternyata Palsu, Begini Asal Usul Pesugihan Babi Ngepet di Indonesia Menurut Sejarawan
loading...
A
A
A
Asep menekankan bahwa kebenaran pesugihan sendiri baginya yang rasional sulit diterima. Tetapi, kurang lebih di abad 18 akhir dan awal 19 itulah pesugihan mulai ramai diberitakan. "Banyak akhirnya orang-orang yang percaya hal yang tak masuk akal," sambungnya.
Bentuk pesugihan yang dilakukan salah satunya adalah mendatangi makam keramat. Ritual tumbal pun marak tersebar informasinya di masa itu.
"Praktik pesugihan biasanya melibatkan gunung, sawah, laut dan goa. Keempat unsur tersebut memiliki nilai yang dipercaya. Termasuk binatang-binatang dan di situlah babi ngepet ada," katanya.
Indonesia di era 1800an. Foto: dok Tropenmuseum
Pesugihan pun banyak terjadi di pergantian musim. Ya, dari musim kemarau ke musim hujan, musim panen ke musim tanam, pun sebaliknya.
"Sederhananya, dulu ondel-ondel diarak warga di Batavia dengan maksud agar hasil panen sukses. Sebab, ondel-ondel dipercaya sebagai perwujudan sosok penolak bala," papar Asep.
Kembali ke pembahasan babi ngepet, menurut Asep, masyarakat Indonesia yang didominasi Muslim, babi yang dinilai haram dikonotasikan jadi sesuatu yang buruk. Makanya, ketika ada babi di lingkungan masyarakat Islam, ya, diasosiasikan menjadi sesuatu yang negatif.
"Peran agama juga memengaruhi suatu kepercayaan di masyarakat. Isu kedatangan babi ke suatu kampung pun akhirnya dianggap janggal. Beda dengan babi pink, pasti pemaknaannya lain," terangnya.
Bentuk pesugihan yang dilakukan salah satunya adalah mendatangi makam keramat. Ritual tumbal pun marak tersebar informasinya di masa itu.
"Praktik pesugihan biasanya melibatkan gunung, sawah, laut dan goa. Keempat unsur tersebut memiliki nilai yang dipercaya. Termasuk binatang-binatang dan di situlah babi ngepet ada," katanya.
Indonesia di era 1800an. Foto: dok Tropenmuseum
Pesugihan pun banyak terjadi di pergantian musim. Ya, dari musim kemarau ke musim hujan, musim panen ke musim tanam, pun sebaliknya.
"Sederhananya, dulu ondel-ondel diarak warga di Batavia dengan maksud agar hasil panen sukses. Sebab, ondel-ondel dipercaya sebagai perwujudan sosok penolak bala," papar Asep.
Kembali ke pembahasan babi ngepet, menurut Asep, masyarakat Indonesia yang didominasi Muslim, babi yang dinilai haram dikonotasikan jadi sesuatu yang buruk. Makanya, ketika ada babi di lingkungan masyarakat Islam, ya, diasosiasikan menjadi sesuatu yang negatif.
"Peran agama juga memengaruhi suatu kepercayaan di masyarakat. Isu kedatangan babi ke suatu kampung pun akhirnya dianggap janggal. Beda dengan babi pink, pasti pemaknaannya lain," terangnya.
(dan)