WHO Minta Hentikan Pemberian Vaksin ke Anak-Anak dan Remaja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara kaya untuk sementara waktu menghentikan rencana pemberian vaksin Covid-19 kepada anak-anak dan remaja.
WHO menginformasikan bahwa negara tersebut seharusnya menyumbangkan pasokan vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin yang sangat membutuhkan saat ini.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan keprihatinan atas tindakan sejumlah negara kaya yang ditemukan memvaksinasi anak-anak ketika sebagian besar negara miskin belum mulai memvaksinasi petugas kesehatan dan kelompok berisiko.
Ghebreyesus juga mendesak negara-negara kaya untuk maju menyumbangkan pasokan vaksin Covid-19 ke program Covax guna memastikan penduduk yang membutuhkan di semua negara mendapat perlindungan yang layak.
Padahal, kata dia, langkah itu juga secara tidak langsung bisa menggerakkan inisiatif Covax.
“Kami menemukan bahwa sejumlah negara kaya telah membeli sebagian besar pasokan vaksin dan sekarang yang lebih sedikit berisiko diberikan vaksin.
“Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memberikan vaksin Covid-19 kepada anak-anak dan remaja, tetapi saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali langkah tersebut dan menyumbangkan pasokannya ke Covax.
“Pasalnya di negara berpenghasilan rendah, pasokan vaksin Covid-19 tidak cukup untuk memvaksinasi petugas kesehatan dan rumah sakit yang kebanjiran pasien yang membutuhkan perawatan segera,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan AFP, hampir 1,4 miliar dosis vaksin Covid-19 diberikan di setidaknya 210 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Sebanyak 44 persen dosis vaksin diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi yang hanya mewakili 16 persen populasi dunia.
Kabarnya, hanya 0,3 persen dosis vaksin yang diberikan di 29 negara berpenghasilan rendah yang merupakan sembilan persen dari populasi dunia.
Sementara itu, kata Ghebreyesus, WHO mengeluarkan peringatan bahwa tahun kedua wabah pandemi Covid-19 diperkirakan akan jauh lebih buruk dibandingkan tahun pertama.
WHO menginformasikan bahwa negara tersebut seharusnya menyumbangkan pasokan vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin yang sangat membutuhkan saat ini.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan keprihatinan atas tindakan sejumlah negara kaya yang ditemukan memvaksinasi anak-anak ketika sebagian besar negara miskin belum mulai memvaksinasi petugas kesehatan dan kelompok berisiko.
Ghebreyesus juga mendesak negara-negara kaya untuk maju menyumbangkan pasokan vaksin Covid-19 ke program Covax guna memastikan penduduk yang membutuhkan di semua negara mendapat perlindungan yang layak.
Padahal, kata dia, langkah itu juga secara tidak langsung bisa menggerakkan inisiatif Covax.
“Kami menemukan bahwa sejumlah negara kaya telah membeli sebagian besar pasokan vaksin dan sekarang yang lebih sedikit berisiko diberikan vaksin.
“Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memberikan vaksin Covid-19 kepada anak-anak dan remaja, tetapi saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali langkah tersebut dan menyumbangkan pasokannya ke Covax.
“Pasalnya di negara berpenghasilan rendah, pasokan vaksin Covid-19 tidak cukup untuk memvaksinasi petugas kesehatan dan rumah sakit yang kebanjiran pasien yang membutuhkan perawatan segera,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan AFP, hampir 1,4 miliar dosis vaksin Covid-19 diberikan di setidaknya 210 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Sebanyak 44 persen dosis vaksin diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi yang hanya mewakili 16 persen populasi dunia.
Kabarnya, hanya 0,3 persen dosis vaksin yang diberikan di 29 negara berpenghasilan rendah yang merupakan sembilan persen dari populasi dunia.
Sementara itu, kata Ghebreyesus, WHO mengeluarkan peringatan bahwa tahun kedua wabah pandemi Covid-19 diperkirakan akan jauh lebih buruk dibandingkan tahun pertama.
(wbs)