Fenomena Antariksa Selama Agustus, Ada Puncak Hujan Meteor Perseid
loading...
A
A
A
Puncak konjungsi Bulan-Venus terjadi pada pukul 14.00 WIB atau 15.00 WITA atau 16.00 WIT, dengan sudut pisah 4,3 derajat. Fenomena ini baru dapat disaksikan dari arah Barat sekitar 20 menit setelah Matahari terbenam selama 2 jam.
Ketika konjungsi, Bulan berfase Sabit Awal dengan iluminasi 9,2 persen sampai 9,7 persen. Sementara magnitudo Venus sebesar -3,95. Sudut pisah Bulan-Mars sebesar 3,73 derajat sampai 3,64 derajat.
Puncak Hujan Meteor Perseid (12–13 Agustus)
Hujan Meteor Perseid aktif sejak 17 Juli hingga 24 Agustus 2021, dan puncaknya akan terjadi pada 12–13 Agustus mendatang. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian atau titik asal munculnya hujan meteor, yang terletak di konstelasi Perseus.
Hujan meteor ini berasal dari sisa-sia debu komet 109P/Swift-Trutle. Fenomena ini dapat disaksikan dari arah Utara–Barat Laut mulai tengah malam waktu setempat, hingga 20 menit sebelum Matahari terbit.
Fase Bulan Perbani Awal (15 Agustus)
Mulai puncak fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 22.20.39 WIB atau 23.20.39 WITA atau 00.20.39 WIT.
Fenomena ini sudah bisa disaksikan ketika terbit pukul 11.00 waktu setempat dari arah Timur–Tenggara, dan berkulminasi di dekat Zenit (untuk lintang 2 derajat sampai 3 derajat LU), sekitar 30 menit sebelum terbenam Matahari dan kemudian terbenam di arah Barat–Barat Laut ketika tengah malam.
Ketika konjungsi, Bulan berfase Sabit Awal dengan iluminasi 9,2 persen sampai 9,7 persen. Sementara magnitudo Venus sebesar -3,95. Sudut pisah Bulan-Mars sebesar 3,73 derajat sampai 3,64 derajat.
Puncak Hujan Meteor Perseid (12–13 Agustus)
Hujan Meteor Perseid aktif sejak 17 Juli hingga 24 Agustus 2021, dan puncaknya akan terjadi pada 12–13 Agustus mendatang. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian atau titik asal munculnya hujan meteor, yang terletak di konstelasi Perseus.
Hujan meteor ini berasal dari sisa-sia debu komet 109P/Swift-Trutle. Fenomena ini dapat disaksikan dari arah Utara–Barat Laut mulai tengah malam waktu setempat, hingga 20 menit sebelum Matahari terbit.
Fase Bulan Perbani Awal (15 Agustus)
Mulai puncak fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 22.20.39 WIB atau 23.20.39 WITA atau 00.20.39 WIT.
Fenomena ini sudah bisa disaksikan ketika terbit pukul 11.00 waktu setempat dari arah Timur–Tenggara, dan berkulminasi di dekat Zenit (untuk lintang 2 derajat sampai 3 derajat LU), sekitar 30 menit sebelum terbenam Matahari dan kemudian terbenam di arah Barat–Barat Laut ketika tengah malam.
(dan)