Misteri Kutukan Mumi Mesir Kuno Terungkap, Ilmuwan Temukan Fakta Ini

Rabu, 25 Agustus 2021 - 06:15 WIB
loading...
Misteri Kutukan Mumi Mesir Kuno Terungkap, Ilmuwan Temukan Fakta Ini
Egyptologist Inggris Howard Carter (1873-1939) dan seorang rekan melihat sarkofagus emas Tutankhamen di Mesir pada awal 1920-an. Foto/Harry Burton
A A A
KAIRO - Sejumlah ilmuwan yang meneliti soal kutukan mumi yang melindungi makam Raja Tutankhamun yang ditemukan pada tahun 1922 menemukan fakta lain. Diketahui kalau George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris yang mendanai penggalian itu jatuh sakit dan meninggal tak lama setelah penemuan makam Raja Tutankhamun.

Pada halaman utama surat kabar The Courier Journal edisi 21 Maret 1923 yang diterbitkan di Louisville, Kentucky, memuat headline "Kutukan Firaun 3.000 tahun Terlihat dalam Penyakit Carnarvons".

Kematian Carnarvon langsung tersebar. Dia menderita infeksi yang dilaporkan akibat kecelakaan bercukur ketika memotong bekas gigitan nyamuk. Laporan itu juga mengabarkan istrinya, Almina Herbert, jatuh sakit tetapi sembuh dan hidup hingga 93 tahun dan meninggal pada tahun 1969.



Tentang kebenaran kutukan mumi itu langsung dipelajari oleh para ilmuwan. Dalam upaya untuk menentukan apakah patogen berumur panjang dapat menyebabkan "kutukan", para ilmuwan menggunakan pemodelan matematika untuk menentukan berapa lama patogen dapat bertahan hidup di dalam makam, menurut makalah yang diterbitkan pada subjek pada tahun 1996 dan 1998 di jurnal Proceedings. dari Royal Society B: Ilmu Biologi.

"Memang, kematian misterius Lord Carnarvon setelah memasuki makam firaun Mesir Tutankhamun berpotensi dijelaskan oleh infeksi patogen yang sangat mematikan dan berumur sangat panjang," tulis Sylvain Gandon dalam artikel jurnal tahun 1998. Gandon adalah seorang peneliti di Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris ketika makalah itu diterbitkan.

Namun, publikasi yang lebih baru muncul untuk membantah kemungkinan ini. Analisis bintik-bintik coklat di makam Tutankhamun menemukan bahwa "organisme yang menciptakan bintik-bintik itu tidak aktif," tulis tim peneliti dalam makalah yang diterbitkan pada 2013 di jurnal International Biodeterioration & Biodegradation.



Selain itu, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Mark Nelson, seorang profesor epidemiologi dan pengobatan pencegahan di Universitas Monash di Australia, tidak menemukan bukti bahwa mereka yang masuk ke dalam makam meninggal pada usia yang sangat muda.

Studinya memeriksa catatan 25 orang yang bekerja atau pergi ke makam tak lama setelah ditemukan. Rata-rata, orang-orang yang masuk ke dalam makam itu hidup sampai usia 70 tahun, usia kematian yang tidak terlalu rendah di awal hingga pertengahan abad ke-20.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2696 seconds (0.1#10.140)