Gawat, Air Minum Buat Astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional Penuh dengan Bakteri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah laporan ilmiah yang dirilis majalah Nature berjudul "Longitudinal Characterization of Multispecies Microbial Populations Recovered From Spaceflight Potable Water" menyajikan fakta mengejutkan. Dalam laporan itu disebutkan air minum yang dikonsumsi oleh para astronout di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS) penuh dengan bakteri dan berpotensi membahayakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Jiseon Yang dari Arizona State University didasarkan pada penelitian kumpulan sel mikroorganisme atau biofilm yang ada pada sistem air minum yang tersedia di ISS. Selama 2008 hingga 2015, Jiseon Yang bersama sejumlah peneliti lainnya mengumpulkan sampel air minum yang dikirim dari ISS ke bumi. Dari situ mereka mengkarakterisasi populasi mikroba yang berbeda dari sampel air minum yang telah diterima.
"Studi kami memberikan analisis fenotipik mendalam dari isolat bakteri tunggal dan multi-spesies yang dipulihkan dari sistem air ISS. Hal ini dilakukan untuk memahami interaksi mikroba jangka panjang dan adaptasi terhadap lingkungan luar angkasa," tulis Jiseo Yang.
"Melalui penelitian ini kami berharap adanya peningkatan penilaian risiko mikroba di lingkungan buatan manusia baik di luar angkasa maupun di bumi," tambahnya.
Di penelitian itu Jiseon Yang juga berupaya mencari tahu bagaimana interaksi dan perilaku bakteri terhadap kondisi gravitasi mikro seperti di luar angkasa. Pasalnya ada dugaan gravitasi mikro seperti di luar angkasa justru mampu meningkatkan kemampuan bakteri membentuk biofilm di air minum. Tentu hal tersebut menurutnya akan berbahaya bagi para astronot yang menjalankan misi jangka panjang di luar angkasa.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa isolat bakteri yang ditularkan melalui air di ISS menunjukkan resistensi terhadap banyak senyawa antimikroba dan antibiotik. Lebih dari itu, mereka menemukan bahwa begitu biofilm kompleks terbentuk maka kesehatan awak kapal luar angkasa menjadi rentan karena adanya potensi infeksi Burkholderia yang mampu menghancurkan sel darah merah.
Para peneliti mencatat, upaya yang dilakukan sekarang merupakan upaya untuk memahami fungsi mikroba dan akan membantu mengembangkan sistem pendukung kehidupan pesawat ruang angkasa yang penting untuk misi luar angkasa di masa depan. Untuk saat ini air di ISS memang masih aman untuk diminum, meskipun mereka menekankan bahwa situasinya dapat berubah dan membahayakan seiring waktu.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
Penelitian yang dilakukan oleh Jiseon Yang dari Arizona State University didasarkan pada penelitian kumpulan sel mikroorganisme atau biofilm yang ada pada sistem air minum yang tersedia di ISS. Selama 2008 hingga 2015, Jiseon Yang bersama sejumlah peneliti lainnya mengumpulkan sampel air minum yang dikirim dari ISS ke bumi. Dari situ mereka mengkarakterisasi populasi mikroba yang berbeda dari sampel air minum yang telah diterima.
"Studi kami memberikan analisis fenotipik mendalam dari isolat bakteri tunggal dan multi-spesies yang dipulihkan dari sistem air ISS. Hal ini dilakukan untuk memahami interaksi mikroba jangka panjang dan adaptasi terhadap lingkungan luar angkasa," tulis Jiseo Yang.
"Melalui penelitian ini kami berharap adanya peningkatan penilaian risiko mikroba di lingkungan buatan manusia baik di luar angkasa maupun di bumi," tambahnya.
Di penelitian itu Jiseon Yang juga berupaya mencari tahu bagaimana interaksi dan perilaku bakteri terhadap kondisi gravitasi mikro seperti di luar angkasa. Pasalnya ada dugaan gravitasi mikro seperti di luar angkasa justru mampu meningkatkan kemampuan bakteri membentuk biofilm di air minum. Tentu hal tersebut menurutnya akan berbahaya bagi para astronot yang menjalankan misi jangka panjang di luar angkasa.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa isolat bakteri yang ditularkan melalui air di ISS menunjukkan resistensi terhadap banyak senyawa antimikroba dan antibiotik. Lebih dari itu, mereka menemukan bahwa begitu biofilm kompleks terbentuk maka kesehatan awak kapal luar angkasa menjadi rentan karena adanya potensi infeksi Burkholderia yang mampu menghancurkan sel darah merah.
Para peneliti mencatat, upaya yang dilakukan sekarang merupakan upaya untuk memahami fungsi mikroba dan akan membantu mengembangkan sistem pendukung kehidupan pesawat ruang angkasa yang penting untuk misi luar angkasa di masa depan. Untuk saat ini air di ISS memang masih aman untuk diminum, meskipun mereka menekankan bahwa situasinya dapat berubah dan membahayakan seiring waktu.
Lihat Juga: Dosen FISIP UPNVJ Presentasikan Diseminasi Riset Indonesia–Belanda di Universitas Amsterdam
(wsb)